25.6 C
Medan
Thursday, May 30, 2024

Pimpinan… Pimpinannnn!!!!!

Dame Ambarita

Pasti lebih gampang jadi anggota DPR RI era Soeharto. Cukup koor setuju, beres. Ketuanya pun tak perlu capek-capek menjawab interupsi karena tak ada interupsi menjengkelkan.

Mungkin karena itulah, Iwan Fals sampai-sampai mempopularkan lagu Surat untuk Wakil Rakyat. Isinya, agar wakil rakyat di era Soeharto mau bersuara.

Wakil rakyat seharusnya merakyat//Jangan tidur waktu sidang soal rakyat//Wakil rakyat bukan paduan suara//Hanya tahu nyanyian lagu “setuju……”

Tidak demokratiskah itu? Mungkin saja, tergantung kacamata yang melihat. Lantas, mari kita simak demokrasi yang berlangsung di gedung parlemen kita tadi malam. Penuh dengan interupsi. Interupsinya pakai menjerit lagi: Pimpinan…. Pimpinannnn!!!!!

Menonton sidang paripurna DPR pusat di senayan tadi malam, kita bisa melihat pemimpin sidang lelah merespon seluruh interupsi dari anggota dewan. Tapi lantas kita sadari kemudian, sebenarnya tak hanya pemimpin sidang yang lelah. Penonton lebih lelah lagi. Lelah menahan emosi ingin mengebrak para anggota dewan yang tingkahnya menjengkelkan (baca: menjijikkan).

Anggota dewan yang ‘hebat’ itu ingin memaksakan kehendak, semua ingin bicara. Semua merasa hebat. Semua mengaku berbicara atas nama rakyat. Mereka tak paham. Bahwa rakyat yg mereka pikir mereka wakili, justru muak mendengar celoteh mereka.

Saat mereka merasa, yang akan mereka kemukakan itu penting sehingga perlu menjerit: Pimpinan…. Pimpinannnn… Pimpinaaaaaannnnn!!!!!… Rakyat jadi kepengen menggetok palu dan berteriak: tertibbbbbbb!!!

Tak hanya itu, rakyat juga jadi mau membalas celoteh mereka dengan tekad tak memilih mereka nantinya. Sayang, pilihan memang tak banyak. Pileg 2014 pun, nampaknya karakter anggota dpr kita bakal begitu2 juga. Suka menjerit: Pimpianan… Pimpinan… Pimpinannnnnnnn!!!

Iwan Fals tampaknya harus menyanyikan lagunya tadi. Syaratnya, tanpa bait yang bicara soal tidur dan korr setuju. Wakil rakyat kini sudah beda. Istilah orang Medan: Pantang tak top!

Ya, aksi ingin tampil malah mengaburkan perjuangan mereka. Itulah sebab, sebait lagu Iwan Fals tampaknya penting diulang. Biar, wakil rakyat itu sadar bahwa berada di Senayan bersuara keras, tapi keras membela rakyat!

Ayo Iwan Fals, nyanyikan lagi lagumu!

//Di kantong safarimu kami titipkan//Masa depan kami dan negeri ini//Dari Sabang sampai Merauke. (*)

*penulis adalah Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Dame Ambarita

Pasti lebih gampang jadi anggota DPR RI era Soeharto. Cukup koor setuju, beres. Ketuanya pun tak perlu capek-capek menjawab interupsi karena tak ada interupsi menjengkelkan.

Mungkin karena itulah, Iwan Fals sampai-sampai mempopularkan lagu Surat untuk Wakil Rakyat. Isinya, agar wakil rakyat di era Soeharto mau bersuara.

Wakil rakyat seharusnya merakyat//Jangan tidur waktu sidang soal rakyat//Wakil rakyat bukan paduan suara//Hanya tahu nyanyian lagu “setuju……”

Tidak demokratiskah itu? Mungkin saja, tergantung kacamata yang melihat. Lantas, mari kita simak demokrasi yang berlangsung di gedung parlemen kita tadi malam. Penuh dengan interupsi. Interupsinya pakai menjerit lagi: Pimpinan…. Pimpinannnn!!!!!

Menonton sidang paripurna DPR pusat di senayan tadi malam, kita bisa melihat pemimpin sidang lelah merespon seluruh interupsi dari anggota dewan. Tapi lantas kita sadari kemudian, sebenarnya tak hanya pemimpin sidang yang lelah. Penonton lebih lelah lagi. Lelah menahan emosi ingin mengebrak para anggota dewan yang tingkahnya menjengkelkan (baca: menjijikkan).

Anggota dewan yang ‘hebat’ itu ingin memaksakan kehendak, semua ingin bicara. Semua merasa hebat. Semua mengaku berbicara atas nama rakyat. Mereka tak paham. Bahwa rakyat yg mereka pikir mereka wakili, justru muak mendengar celoteh mereka.

Saat mereka merasa, yang akan mereka kemukakan itu penting sehingga perlu menjerit: Pimpinan…. Pimpinannnn… Pimpinaaaaaannnnn!!!!!… Rakyat jadi kepengen menggetok palu dan berteriak: tertibbbbbbb!!!

Tak hanya itu, rakyat juga jadi mau membalas celoteh mereka dengan tekad tak memilih mereka nantinya. Sayang, pilihan memang tak banyak. Pileg 2014 pun, nampaknya karakter anggota dpr kita bakal begitu2 juga. Suka menjerit: Pimpianan… Pimpinan… Pimpinannnnnnnn!!!

Iwan Fals tampaknya harus menyanyikan lagunya tadi. Syaratnya, tanpa bait yang bicara soal tidur dan korr setuju. Wakil rakyat kini sudah beda. Istilah orang Medan: Pantang tak top!

Ya, aksi ingin tampil malah mengaburkan perjuangan mereka. Itulah sebab, sebait lagu Iwan Fals tampaknya penting diulang. Biar, wakil rakyat itu sadar bahwa berada di Senayan bersuara keras, tapi keras membela rakyat!

Ayo Iwan Fals, nyanyikan lagi lagumu!

//Di kantong safarimu kami titipkan//Masa depan kami dan negeri ini//Dari Sabang sampai Merauke. (*)

*penulis adalah Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/