26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Dibangun untuk Persatukan Umat Islam

TEBINGTINGGI- Masjid Raya yang kini sudah berganti nama menjadi Masjid Nur Addin adalah masjid tertua  di Kota Tebingtinggi. Masjid ini terletak di jantung kota, tepatnya di Jalan Suprapto Kota Tebingtinggi. Masjid Raya Nur Addin ini sehari-hari dipakai untuk beribadah umat muslim di Kota Tebingtinggi dan kegiatan syiar-syiar agama Islam.

Masjid Raya ini berdiri sekitar 1861 yang didirikan Raja Negeri Padang (Tebingtinggi) Tengku Haji Muhammad Nurdin dan juga sekaligus beliaulah sang pendiri Kota Tebingtinggi. Beliau meninggal pada 1914 dan lahir di tanah Tebingtinggi yang dulunya kerajaan Padang sekitar tahun 1836. Makam dan kerabat serta istrinya terletak di Jalan Pala I, Lingkungan III, Kelurahan Bandar Utama, Kota Tebingtinggi.

Saat menelusuri sekilas sejarah Masjid Raya (Nur Addin) Sumut Pos, Kamis (28/2) mencoba mendatangi rumah kediaman keturunan dari Almarhum Raja Tengku Haji Muhammad Nurdin, Almarhum Tengku Harun melalui anaknya Tengku Mahmud  (45), warga Jalan Pala I  Kelurahan  Bandar Utama adalah keturunan dari ke delapan dari istri pertama Raja  Negeri Padang  Hj Ramah yang wafat tahun 1920.

Mahmud menceritakan sejarah dibangunnya masjid raya yang menurut keterangan orangtuanya adalah untuk mempersatukan umat Islam yang pada saat itu masih di bawah Pemerintahan Kesultanan Deli (Istana Maimun). Jadi, warga muslim bisa menjalankan ibadahnya di pusat pemerintahan Kerajaan Negeri Padang saat itu yang membawahi kekuasaan untuk kerajaan lainya di Bandar Khalifah, Kerajaan Sipispis, Kerajaan Bedagai dan Kerajaan Dolok Merawan yang tunduk dengan Kerajaan Negeri Padang yang berpusat di pemerintahan Tebingtinggi.

Tetapi ada sedikit terjadi pengklaiman tentang siapa pendiri nama Tebingtinggi yang sekarang menjadi Kota Tebingtinggi ini. Pihak Datuk Bandar Kajum mengklaim, pendiri Kota Tebingtinggi adalah Datuk Bandar Kajum, namun setelah ditelaah sejarah lahirnya nama Tebingtinggi adalah karena dulu terjadi peperangan antara Raja Batak dengan Raja Deli. Karena kalah, Raja Deli memohon bantuan Kesultanan Deli dan secara resmi Tengku H Muhammad Nurdin diangkat menjadi raja kedua lagi oleh Kesultanan Deli sekitar tahun 1888 karena memenangkan pertempuran tersebut.

Menurut Mahmud, Sang pendiri Masjid Raya , T H Muhammad Nurdin mempunyai empat orang istri , yang pertama Hajah Ramah wafat tahun 1920, kedua Cek Mas wafat tahun 1905, ketiga T Syarifah Jawiyah wafat tahun 1940 dan keempat Cek etek yang wafat tahun 1946.

Saksi hidup istri dari keturunan Raja Negeri Padang, Tengku Yunus keturunan Ke dua yang wafat tahun 1989. Menurut cerita almarhum Tengku Samiah kepada cucunya Mahmud, sewaktu kecilnya beliau melihat bahwa Masjid Raya itu dulu dibangun dengan mengunakan kayu sejenis Siam dan bangunan masjid itu dulu tempat masyarakat menunaikan ibadah salat fardhu  baik salat Jumat, bahkan warga yang datang jauh–jauh dari Bandar Khalifah, Sipispis, Bedagai dan Dolok Merawan di bawah kekuasaan Raja Negeri Padang sang pendiri Masjid Raya.

Namun nilai sejarah Masjid Raya tidak nampak lagi setelah dipugar oleh pihak Pemerintah Kota Tebingtinggi, peninggalan barang–barang di masjid pun sampai saat ini tak terlihat dan pengantian nama masjid itu pun tidak memberitahukan pihak keturunan raja Negeri Padang Almarhum Tengku Haji Muhammad Nurdin. “Tidak lagi tampak nilai sejarahnya Masjid itu setelah dipugar, awalnya terbuat dari kayu sejenis Siam dan sekarang berubah menjadi bangunan masjid beton,” ungkap Mahmud.

Keterangan dari Ketua BKM Masjid  Nur Addin,  Bapak Zamzam bahwa Masjid ini menjadi tempat beribadah warga masyarakat Kota Tebingtinggi, banyak juga warga yang sedang melintasi Kota Tebingtinggi dan menjalankan ibadah salatnya di sini. Kegiatan agama tetap dilaksanakan seperti digelar pengajiaan-pengajiaan. Masjid Raya ini sangat dikenal di Kota Tebingtinggi sebagai masjid pertama yang didirikan Kerajaan Negeri Padang dan sudah dua kali orang penting yang salat di masjid ini, yakni Presiden Pertama Republik Indonesi Ir Soekarno dan Presiden sekarang Drs Susilo Bambang Yudoyono (SBY) .(ian)

TEBINGTINGGI- Masjid Raya yang kini sudah berganti nama menjadi Masjid Nur Addin adalah masjid tertua  di Kota Tebingtinggi. Masjid ini terletak di jantung kota, tepatnya di Jalan Suprapto Kota Tebingtinggi. Masjid Raya Nur Addin ini sehari-hari dipakai untuk beribadah umat muslim di Kota Tebingtinggi dan kegiatan syiar-syiar agama Islam.

Masjid Raya ini berdiri sekitar 1861 yang didirikan Raja Negeri Padang (Tebingtinggi) Tengku Haji Muhammad Nurdin dan juga sekaligus beliaulah sang pendiri Kota Tebingtinggi. Beliau meninggal pada 1914 dan lahir di tanah Tebingtinggi yang dulunya kerajaan Padang sekitar tahun 1836. Makam dan kerabat serta istrinya terletak di Jalan Pala I, Lingkungan III, Kelurahan Bandar Utama, Kota Tebingtinggi.

Saat menelusuri sekilas sejarah Masjid Raya (Nur Addin) Sumut Pos, Kamis (28/2) mencoba mendatangi rumah kediaman keturunan dari Almarhum Raja Tengku Haji Muhammad Nurdin, Almarhum Tengku Harun melalui anaknya Tengku Mahmud  (45), warga Jalan Pala I  Kelurahan  Bandar Utama adalah keturunan dari ke delapan dari istri pertama Raja  Negeri Padang  Hj Ramah yang wafat tahun 1920.

Mahmud menceritakan sejarah dibangunnya masjid raya yang menurut keterangan orangtuanya adalah untuk mempersatukan umat Islam yang pada saat itu masih di bawah Pemerintahan Kesultanan Deli (Istana Maimun). Jadi, warga muslim bisa menjalankan ibadahnya di pusat pemerintahan Kerajaan Negeri Padang saat itu yang membawahi kekuasaan untuk kerajaan lainya di Bandar Khalifah, Kerajaan Sipispis, Kerajaan Bedagai dan Kerajaan Dolok Merawan yang tunduk dengan Kerajaan Negeri Padang yang berpusat di pemerintahan Tebingtinggi.

Tetapi ada sedikit terjadi pengklaiman tentang siapa pendiri nama Tebingtinggi yang sekarang menjadi Kota Tebingtinggi ini. Pihak Datuk Bandar Kajum mengklaim, pendiri Kota Tebingtinggi adalah Datuk Bandar Kajum, namun setelah ditelaah sejarah lahirnya nama Tebingtinggi adalah karena dulu terjadi peperangan antara Raja Batak dengan Raja Deli. Karena kalah, Raja Deli memohon bantuan Kesultanan Deli dan secara resmi Tengku H Muhammad Nurdin diangkat menjadi raja kedua lagi oleh Kesultanan Deli sekitar tahun 1888 karena memenangkan pertempuran tersebut.

Menurut Mahmud, Sang pendiri Masjid Raya , T H Muhammad Nurdin mempunyai empat orang istri , yang pertama Hajah Ramah wafat tahun 1920, kedua Cek Mas wafat tahun 1905, ketiga T Syarifah Jawiyah wafat tahun 1940 dan keempat Cek etek yang wafat tahun 1946.

Saksi hidup istri dari keturunan Raja Negeri Padang, Tengku Yunus keturunan Ke dua yang wafat tahun 1989. Menurut cerita almarhum Tengku Samiah kepada cucunya Mahmud, sewaktu kecilnya beliau melihat bahwa Masjid Raya itu dulu dibangun dengan mengunakan kayu sejenis Siam dan bangunan masjid itu dulu tempat masyarakat menunaikan ibadah salat fardhu  baik salat Jumat, bahkan warga yang datang jauh–jauh dari Bandar Khalifah, Sipispis, Bedagai dan Dolok Merawan di bawah kekuasaan Raja Negeri Padang sang pendiri Masjid Raya.

Namun nilai sejarah Masjid Raya tidak nampak lagi setelah dipugar oleh pihak Pemerintah Kota Tebingtinggi, peninggalan barang–barang di masjid pun sampai saat ini tak terlihat dan pengantian nama masjid itu pun tidak memberitahukan pihak keturunan raja Negeri Padang Almarhum Tengku Haji Muhammad Nurdin. “Tidak lagi tampak nilai sejarahnya Masjid itu setelah dipugar, awalnya terbuat dari kayu sejenis Siam dan sekarang berubah menjadi bangunan masjid beton,” ungkap Mahmud.

Keterangan dari Ketua BKM Masjid  Nur Addin,  Bapak Zamzam bahwa Masjid ini menjadi tempat beribadah warga masyarakat Kota Tebingtinggi, banyak juga warga yang sedang melintasi Kota Tebingtinggi dan menjalankan ibadah salatnya di sini. Kegiatan agama tetap dilaksanakan seperti digelar pengajiaan-pengajiaan. Masjid Raya ini sangat dikenal di Kota Tebingtinggi sebagai masjid pertama yang didirikan Kerajaan Negeri Padang dan sudah dua kali orang penting yang salat di masjid ini, yakni Presiden Pertama Republik Indonesi Ir Soekarno dan Presiden sekarang Drs Susilo Bambang Yudoyono (SBY) .(ian)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/