SUMUTPOS.Co – Masjid al-Ghamamah yang memiliki nama lain Masjid Awan letaknya bersebelahan dengan Masjid Nabawi, sehingga tak banyak difungsikan. Masjid ini memang tidak sepopuler Masjid Nabawi, meski posisinya sekitar 100 meter dari Pintu Nomor 6 Masjid Nabawi di daerah al-Manakha.
Masjid ini memiliki sejarah yang sangat mengagumkan. Di sinilah Rasulullah SAW mendirikan salat Idul Fitri maupun Idul Adha. Konon, peristiwa itu terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Karena itu, masjid ini memiliki sejarah penting dalam kehidupan umat Islam. Abu Hurairah berkata, “Setiap kali Rasulullah melalui Al- Mushalla, Baginda akan menghadap ke arah Kiblat dan berdoa.”
Menurut sejumlah riwayat, selain untuk tempat salat Id, di tempat ini Rasul mendirikan salat Istisqa, yaitu salat yang didirikan untuk minta hujan kepada Allah SWT. Saat itu, cuaca sangat panas. Sejumlah jamaah juga tampak sangat kepanasan. Rasulullah SAW berdoa. Kala itu, permintaan Nabi SAW langsung dikabulkan Allah SWT. Begitu Nabi SAW selesai berdoa, awan-awan datang menaungi Rasulullah SAW dan jamaah. Tak lama kemudian, turunlah hujan lebat.
Itulah mengapa masjid ini kemudian lebih dikenal dengan nama al-Ghamamah (awan yang menaungi) atau mendung. Demikian disebutkan Khalil Ibrahim Malla Kathir, dalam kitabnya Fadhail al-Madinah al-Munawarah, cetakan ke-1 jilid II (Madinah: Maktabah Dar at-Turats, 1993, hlm 100). Tentu saja, hujan yang dimaksudkan adalah hujan yang memberi rahmat bagi umat manusia. “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atapnya.
“Dan, Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS al- Baqarah [2]: 22).
Al-Ghamamah dalam bahasa Arab berarti awan atau mendung. Nama asli masjid ini adalah Masjid al-Mushalla yang berarti masjid tempat salat. Lokasi tempat berdirinya masjid awalnya adalah tanah lapang. (ihc/ram)