29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Tidak Pungut Uang Infak

Bangunan Masjid Haji Maraset masih terlihat kokoh. Padahal, masjid yang dikelola keluarga Haji Maraset tersebut dibangun sejak 1930 dan resmi digunakan sejak 1932. Uniknya, semua biaya yang dikeluarkan untuk operasional masjid yang terletak di Jalan Sei Deli Nomor 139, Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat ini ditanggung oleh keturuanan Haji Maraset.

MASIH KOKOH: Bangunan Masjid Haji Maraset masih terlihat kokoh  suasananya asri karena halaman masjid dipenuhi pepohonan  rumput. Pengurus masjid tidak memungut uang infaq dari jemaah untuk biaya operasional masjid, melainkan ditanggung oleh keturunan Haji Maraset.//andika/sumut pos
MASIH KOKOH: Bangunan Masjid Haji Maraset masih terlihat kokoh dan suasananya asri karena halaman masjid dipenuhi pepohonan dan rumput. Pengurus masjid tidak memungut uang infaq dari jemaah untuk biaya operasional masjid, melainkan ditanggung oleh keturunan Haji Maraset.//andika/sumut pos

Masjid Haji Maraset merupakan wakaf dari Haji Maraset Parinduri, pria kelahiran Kota Nopan, Kampung Sayur Maincat, Mandailing Natal. Dengan harta yang dimilikinya saat itu, dia berkeinginan membangun sebuah masjid keluarga. Sayang, saat proses pembangunan masjid berlangsung, dirinya dipanggil Allah Swt sehingga pihak keluarga yang meneruskan pembangunan hingga selesai.

Saat awal berdiri, masjid ini dikelilingi pepohonan seperti pohon rambutan dan sebagainya. Kini seiring berjalannya waktu, telah banyak bangunan pemukiman penduduk mengelilingi masjid. Namun begitu, bentuk dan posisi bangunan masjid tidak pernah berubah. Hanya sedikit saja terjadi renovasi di bagian luar. Namun itupun tidak mengubah bangunan aslinya. Sedangkan bagian dalam sama sekali belum ada perubahan yang mencolok.
Pintu, jendela, tiang-tiang pondasi yang berjumlah 53 buah juga masih sama seperti dulu, hanya diberi sentuhan dengan memberikan cat yang baru untuk menambah keindahan masjid.

Di bagian depan, awalnya merupakan tempat penampungan air yang dijadikan tempat berwudhu jamaah yang hendak melaksanakan salat, namun saat ini bak tersebut sudah ditutup dengan beberapa lembar papan dan di atasnya sering dijadikan tempat beristirahat para musyafir yang melaksanakan salat di masjid ini.

Yang paling unik, kita tak akan menemukan satupun kotak infak di masjid ini. Ya, ini membuktikan kalau pengurus masjid ini tidak menerima sumbangan dalam bentuk infaq. Karena seluruh biaya yang dikeluarkan oleh masjid menjadi tanggung jawab keturuanan Haji Maraset.

Suasana sejuk sangat jelas terasa jika kita duduk di teras masjid. Pasalnya, suasana masjid terkesan asri dengan banyaknya pohon-pohon yang rindang di halaman masjid. Angin yang bertiup membuat jemaah yang hendak melaksanakan salat dihinggapi rasa kantuk, dan tidak sedikit jama’ah ketika sudah selesai salat memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak di teras masjid.

Hingga kini, Masjid Haji Maraset sudah sering dikunjungi tokoh-tokoh penting pada masanya seperti mantan Bupati Langkat Almarhum Zulkifli Harahap dan mantan Gubernur Sumut Syamsul Arifin. Bahkan, Menteri Agama Kabinet Gotong Royong Said Agil juga pernah menyempatkan diri berkunjung di masjid ini. Bukan hanya berkunjung, para pejabat yang hadir ketika itu juga memberikan sumbangan kepada warga yang kurang mampu di sekitar masjid.
Asmawi (62), merupakan satu dari beberapa jama’ah yang tersisa pada zamannya, mengatakan, masjid ini merupakan milik keturunan Haji Maraset, pengelolaan keuangan atau apapun itu menggunakan uang pribadi. Tanpa melakukan pungutan infaq yang terjadi seperti di masjid-masjid lain.
Pria kelahiran 27 Desember 1951 ini merupakan warga asli Jalan Sei Deli. Namun beberapa tahun yang lalu karena alasan satu dan lain hal keluaranya pindah ke Delitua. Namun dirinya selalu menyempatkan diri untuk salat berjaamah di Masjid H Marasit untuk mengingat masa lalu.

“Banyak kenangan semasa kecil di masjid ini, jadi untuk mengingatnya saya sempatkan untuk salat berjamaah pada waktu Ashar atau Maghrib,” katanya.
Sementara itu Rusman Parinduri, yang juga warga Jalan Sei Deli mengatakan, Masjid Haji Maraset ini selalu ramai. Apalagi saat Bulan Ramadan. Biasanya menjelang berbuka puasa, masjid ini selalu ramai.

Pasalnya, pengurus masjid menyediakan makanan berbuka puasa untuk para musafir dan masyarakat yang hendak berbuka puasa di masjid ini. “Setiap tahunnya, banyak masyarakat yang mengikuti buka puasa bersama di masjid ini,” ujarnya. (mag-8)

 

 

Bangunan Masjid Haji Maraset masih terlihat kokoh. Padahal, masjid yang dikelola keluarga Haji Maraset tersebut dibangun sejak 1930 dan resmi digunakan sejak 1932. Uniknya, semua biaya yang dikeluarkan untuk operasional masjid yang terletak di Jalan Sei Deli Nomor 139, Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat ini ditanggung oleh keturuanan Haji Maraset.

MASIH KOKOH: Bangunan Masjid Haji Maraset masih terlihat kokoh  suasananya asri karena halaman masjid dipenuhi pepohonan  rumput. Pengurus masjid tidak memungut uang infaq dari jemaah untuk biaya operasional masjid, melainkan ditanggung oleh keturunan Haji Maraset.//andika/sumut pos
MASIH KOKOH: Bangunan Masjid Haji Maraset masih terlihat kokoh dan suasananya asri karena halaman masjid dipenuhi pepohonan dan rumput. Pengurus masjid tidak memungut uang infaq dari jemaah untuk biaya operasional masjid, melainkan ditanggung oleh keturunan Haji Maraset.//andika/sumut pos

Masjid Haji Maraset merupakan wakaf dari Haji Maraset Parinduri, pria kelahiran Kota Nopan, Kampung Sayur Maincat, Mandailing Natal. Dengan harta yang dimilikinya saat itu, dia berkeinginan membangun sebuah masjid keluarga. Sayang, saat proses pembangunan masjid berlangsung, dirinya dipanggil Allah Swt sehingga pihak keluarga yang meneruskan pembangunan hingga selesai.

Saat awal berdiri, masjid ini dikelilingi pepohonan seperti pohon rambutan dan sebagainya. Kini seiring berjalannya waktu, telah banyak bangunan pemukiman penduduk mengelilingi masjid. Namun begitu, bentuk dan posisi bangunan masjid tidak pernah berubah. Hanya sedikit saja terjadi renovasi di bagian luar. Namun itupun tidak mengubah bangunan aslinya. Sedangkan bagian dalam sama sekali belum ada perubahan yang mencolok.
Pintu, jendela, tiang-tiang pondasi yang berjumlah 53 buah juga masih sama seperti dulu, hanya diberi sentuhan dengan memberikan cat yang baru untuk menambah keindahan masjid.

Di bagian depan, awalnya merupakan tempat penampungan air yang dijadikan tempat berwudhu jamaah yang hendak melaksanakan salat, namun saat ini bak tersebut sudah ditutup dengan beberapa lembar papan dan di atasnya sering dijadikan tempat beristirahat para musyafir yang melaksanakan salat di masjid ini.

Yang paling unik, kita tak akan menemukan satupun kotak infak di masjid ini. Ya, ini membuktikan kalau pengurus masjid ini tidak menerima sumbangan dalam bentuk infaq. Karena seluruh biaya yang dikeluarkan oleh masjid menjadi tanggung jawab keturuanan Haji Maraset.

Suasana sejuk sangat jelas terasa jika kita duduk di teras masjid. Pasalnya, suasana masjid terkesan asri dengan banyaknya pohon-pohon yang rindang di halaman masjid. Angin yang bertiup membuat jemaah yang hendak melaksanakan salat dihinggapi rasa kantuk, dan tidak sedikit jama’ah ketika sudah selesai salat memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak di teras masjid.

Hingga kini, Masjid Haji Maraset sudah sering dikunjungi tokoh-tokoh penting pada masanya seperti mantan Bupati Langkat Almarhum Zulkifli Harahap dan mantan Gubernur Sumut Syamsul Arifin. Bahkan, Menteri Agama Kabinet Gotong Royong Said Agil juga pernah menyempatkan diri berkunjung di masjid ini. Bukan hanya berkunjung, para pejabat yang hadir ketika itu juga memberikan sumbangan kepada warga yang kurang mampu di sekitar masjid.
Asmawi (62), merupakan satu dari beberapa jama’ah yang tersisa pada zamannya, mengatakan, masjid ini merupakan milik keturunan Haji Maraset, pengelolaan keuangan atau apapun itu menggunakan uang pribadi. Tanpa melakukan pungutan infaq yang terjadi seperti di masjid-masjid lain.
Pria kelahiran 27 Desember 1951 ini merupakan warga asli Jalan Sei Deli. Namun beberapa tahun yang lalu karena alasan satu dan lain hal keluaranya pindah ke Delitua. Namun dirinya selalu menyempatkan diri untuk salat berjaamah di Masjid H Marasit untuk mengingat masa lalu.

“Banyak kenangan semasa kecil di masjid ini, jadi untuk mengingatnya saya sempatkan untuk salat berjamaah pada waktu Ashar atau Maghrib,” katanya.
Sementara itu Rusman Parinduri, yang juga warga Jalan Sei Deli mengatakan, Masjid Haji Maraset ini selalu ramai. Apalagi saat Bulan Ramadan. Biasanya menjelang berbuka puasa, masjid ini selalu ramai.

Pasalnya, pengurus masjid menyediakan makanan berbuka puasa untuk para musafir dan masyarakat yang hendak berbuka puasa di masjid ini. “Setiap tahunnya, banyak masyarakat yang mengikuti buka puasa bersama di masjid ini,” ujarnya. (mag-8)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/