25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Budaya Malu Solusi Masalah Tawuran

Firman Allah surat Al-Anfal ayat 27:28: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan RasulNya dan jangan pula kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah ujian bagimu dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.

Negara yang kuat adalah negara yang memiliki generasi yang sehat. Generasi yang sehat adalah generasi yang sehat jasmani dan rohani, tanpa terkontaminasi oleh unsur-unsur yang memiliki ketergantungan, terlarang dan berbahaya antara lain tawuran. Generasi yang dimaksud adalah generasi muda harapan bangsa dan negara, sekaligus merupakan generasi penerus pembangunan bangsa dan negara.

Bangsa Indonesia memiliki program pembangunan yang jelas program pembangunan jangka panjang dan jangka pendek, bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Pembangunan kepemudaaan pada hakekatnya adalah upaya mewujudkan pemuda sebagai pewaris nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, serta insan pembangunan yang memiliki serta percaya akan kemampuan dan kekuatan sendiri yang bersumber dari Pancasila dan kepribadian bangsa. Oleh karena itu, sebagai konsekwensinya adalah bahwa bangsa yang memiliki generasi yang sehat adalah bangsa yang memiliki masa depan yang kuat dan utuh (integral) dan sebaliknya bangsa yang tidak memiliki generasi yang sehat adalah bangsa yang tidak memiliki masa depan yang kuat dan rapuh (desintegral).

Untuk itu, maka harus dilakukan pembinaan generasi muda sedini mungkin, agar mampu menjadi pemikir dan pelaksana (teknokrat) pembangunan bangsa dan negara kelak. Namun apa yang menjadi kendala atau tantangan dalam pembinaan generasi muda agar menjadi sehat, tidak lebih adalah “dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil”. (Al-Maidah: 8).

Demikian juga, kita dianjurkan untuk selalu berhati-hati, bahkan di dalam keseharian bercakap-cakap di antara kita, adalah hal terlarang, bagi kita berkata-kata dusta, menggunjing, ataupun mengatakan hal apapun yang dapat mencelakakan atau melukai perasaan orang lain, ataupun berakibat kerugian materi pada orang lain.

Teladan Faktor Penentu

Teladan merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam memperbaiki anak atau merusaknya. Jika seorang pengasuh atau pendidik itu memiliki akhlak yang baik, mulia, berani dan menjaga kehormatan dirinya, anak akan tumbuh dalam kejujuran, amanah, berakhlak mulia, berani dan menjaga dirinya. Sebaliknya, apabila pendidik itu memiliki sifat pendusta, khianat, memutuskan silaturahmi, pengecut, dan hina, maka anak juga akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, memutuskan silaturahmi, pengecut dan hina.

Karena itu, pendahulu kita telah memperhatikan hal ini dengan memilih sebaik-baik pengasuh atau pendidik bagi anak-anak mereka. Umar bin Utbah menulis pada pengasuh anaknya “Hendaklah langkah pertama dalam memperbaiki anakku, adalah memperbaiki dirimu terlebih dahulu, karena mata mereka tergantung pada matamu, sehingga yang baik bagi mereka adalah apa yang engkau tinggalkan. Jadi satu teladan buruk saja adalah sudah cukup berpengaruh bagi seorang anak, dan sebaliknya. Karena itu hindarilah kontradiksi antara ucapan dan perbuatan kita, seandainya kita merenungi Alquran Alkarim, niscaya akan mendapati di dalamnya sangat mengingkari segala sesuatu yang bertentangan antara perbuatan dan ucapannya, termasuk di dalamnya, para ayah, ibu dan pendidik lainnya, serta seluruhnya orang yang di pundaknya memikul tanggung jawab pendidik.

Pertebal Rasa Malu

Dalam masa-masa tawuran antara warga dengan warga, antara mahasiswa dengan mahasiswa, antara alat negera (TNI) dengan alat negara (Polri), antara mahasiswa dengan Polri yang sekarang terjadi di seantro kota-kota besar kita, untuk memberantasnya, solusi yang paling efektif dan efisien, bahwa lebih mendasar adalah dengan cara menyadarkan warga masyarakat yang terlibat maupun yang berlum terlibat, dengan cara mempertebal rasa malu (memberi malu) setiap masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, budaya malu merupakan solusi memberantas masalah tersebut. Islam menggambarkan cara yang benar untuk membentuk kepribadian, hati, akal, pikiran dan perilaku seseorang, supaya ia bisa menjadi manusia yang sehat tubuh, akal dan jiwanya menjadi sebuah kekuatan dan unsur positif yang patut bagi masyarakatnya yang luas dan menjadi pejuang, pemberani yang tidak dapat dikalahkan di medan perang (laga), karena kegigihannya dalam membela agama, kehormatan dan tanah airnya.

Islam juga menggambarkan cara untuk membentuk masyarakat insani yang utama dan ideal. Untuk itu Islam menyiapkan semangat yang kondusif untuk pertumbuhan yang sehat dan pendidikan yang baik, sebagaimana Islam juga memperlihatkan kemampuan-kemampuannya yang tersimpan.
Akhirnya, marilahkita pelajari dan memberi pandangan kepada masyarakat terhadap masalah ini. Indikasi terbesar pemicu tawuran atau perkelahian dan keribuatan adalah disebabkan pengaruh zat narkoba maupun miras, sehingga seseorang memilki keberanian dan kemauan yang tinggi untuk bertindak, yang akhirnya dapat meresahkan dan mengganggu aktivitas atau usaha orang lain, baik untuk mencari nafkah maupun kegiatan masyarakat lainnya, sehingga masyarakat takut berusaha, sebab akan menjadi korban keributan.

Mari kita bermohon kehadirat Allah swt. mudah-mudahan kita selalu dilimpahi petunjuk menuju jalan yang benar dan diridhoi selama kita mengabdikan diri kepada-Nya di dunia ini dan juga semoga mendapatkan nikmat kelak di hari akhir, amin. (*)

Penulis Dosen STAI Sumatera, PTI
Al-Hikmah dan STAI RA Batang Kuis

Firman Allah surat Al-Anfal ayat 27:28: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan RasulNya dan jangan pula kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah ujian bagimu dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.

Negara yang kuat adalah negara yang memiliki generasi yang sehat. Generasi yang sehat adalah generasi yang sehat jasmani dan rohani, tanpa terkontaminasi oleh unsur-unsur yang memiliki ketergantungan, terlarang dan berbahaya antara lain tawuran. Generasi yang dimaksud adalah generasi muda harapan bangsa dan negara, sekaligus merupakan generasi penerus pembangunan bangsa dan negara.

Bangsa Indonesia memiliki program pembangunan yang jelas program pembangunan jangka panjang dan jangka pendek, bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Pembangunan kepemudaaan pada hakekatnya adalah upaya mewujudkan pemuda sebagai pewaris nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, serta insan pembangunan yang memiliki serta percaya akan kemampuan dan kekuatan sendiri yang bersumber dari Pancasila dan kepribadian bangsa. Oleh karena itu, sebagai konsekwensinya adalah bahwa bangsa yang memiliki generasi yang sehat adalah bangsa yang memiliki masa depan yang kuat dan utuh (integral) dan sebaliknya bangsa yang tidak memiliki generasi yang sehat adalah bangsa yang tidak memiliki masa depan yang kuat dan rapuh (desintegral).

Untuk itu, maka harus dilakukan pembinaan generasi muda sedini mungkin, agar mampu menjadi pemikir dan pelaksana (teknokrat) pembangunan bangsa dan negara kelak. Namun apa yang menjadi kendala atau tantangan dalam pembinaan generasi muda agar menjadi sehat, tidak lebih adalah “dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil”. (Al-Maidah: 8).

Demikian juga, kita dianjurkan untuk selalu berhati-hati, bahkan di dalam keseharian bercakap-cakap di antara kita, adalah hal terlarang, bagi kita berkata-kata dusta, menggunjing, ataupun mengatakan hal apapun yang dapat mencelakakan atau melukai perasaan orang lain, ataupun berakibat kerugian materi pada orang lain.

Teladan Faktor Penentu

Teladan merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam memperbaiki anak atau merusaknya. Jika seorang pengasuh atau pendidik itu memiliki akhlak yang baik, mulia, berani dan menjaga kehormatan dirinya, anak akan tumbuh dalam kejujuran, amanah, berakhlak mulia, berani dan menjaga dirinya. Sebaliknya, apabila pendidik itu memiliki sifat pendusta, khianat, memutuskan silaturahmi, pengecut, dan hina, maka anak juga akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, memutuskan silaturahmi, pengecut dan hina.

Karena itu, pendahulu kita telah memperhatikan hal ini dengan memilih sebaik-baik pengasuh atau pendidik bagi anak-anak mereka. Umar bin Utbah menulis pada pengasuh anaknya “Hendaklah langkah pertama dalam memperbaiki anakku, adalah memperbaiki dirimu terlebih dahulu, karena mata mereka tergantung pada matamu, sehingga yang baik bagi mereka adalah apa yang engkau tinggalkan. Jadi satu teladan buruk saja adalah sudah cukup berpengaruh bagi seorang anak, dan sebaliknya. Karena itu hindarilah kontradiksi antara ucapan dan perbuatan kita, seandainya kita merenungi Alquran Alkarim, niscaya akan mendapati di dalamnya sangat mengingkari segala sesuatu yang bertentangan antara perbuatan dan ucapannya, termasuk di dalamnya, para ayah, ibu dan pendidik lainnya, serta seluruhnya orang yang di pundaknya memikul tanggung jawab pendidik.

Pertebal Rasa Malu

Dalam masa-masa tawuran antara warga dengan warga, antara mahasiswa dengan mahasiswa, antara alat negera (TNI) dengan alat negara (Polri), antara mahasiswa dengan Polri yang sekarang terjadi di seantro kota-kota besar kita, untuk memberantasnya, solusi yang paling efektif dan efisien, bahwa lebih mendasar adalah dengan cara menyadarkan warga masyarakat yang terlibat maupun yang berlum terlibat, dengan cara mempertebal rasa malu (memberi malu) setiap masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, budaya malu merupakan solusi memberantas masalah tersebut. Islam menggambarkan cara yang benar untuk membentuk kepribadian, hati, akal, pikiran dan perilaku seseorang, supaya ia bisa menjadi manusia yang sehat tubuh, akal dan jiwanya menjadi sebuah kekuatan dan unsur positif yang patut bagi masyarakatnya yang luas dan menjadi pejuang, pemberani yang tidak dapat dikalahkan di medan perang (laga), karena kegigihannya dalam membela agama, kehormatan dan tanah airnya.

Islam juga menggambarkan cara untuk membentuk masyarakat insani yang utama dan ideal. Untuk itu Islam menyiapkan semangat yang kondusif untuk pertumbuhan yang sehat dan pendidikan yang baik, sebagaimana Islam juga memperlihatkan kemampuan-kemampuannya yang tersimpan.
Akhirnya, marilahkita pelajari dan memberi pandangan kepada masyarakat terhadap masalah ini. Indikasi terbesar pemicu tawuran atau perkelahian dan keribuatan adalah disebabkan pengaruh zat narkoba maupun miras, sehingga seseorang memilki keberanian dan kemauan yang tinggi untuk bertindak, yang akhirnya dapat meresahkan dan mengganggu aktivitas atau usaha orang lain, baik untuk mencari nafkah maupun kegiatan masyarakat lainnya, sehingga masyarakat takut berusaha, sebab akan menjadi korban keributan.

Mari kita bermohon kehadirat Allah swt. mudah-mudahan kita selalu dilimpahi petunjuk menuju jalan yang benar dan diridhoi selama kita mengabdikan diri kepada-Nya di dunia ini dan juga semoga mendapatkan nikmat kelak di hari akhir, amin. (*)

Penulis Dosen STAI Sumatera, PTI
Al-Hikmah dan STAI RA Batang Kuis

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/