TERLETAK di sebelah barat Sungai Bani, Djenne jadi kota paling penting di wilayah Afrika Barat. Di kota satu ini dikenal arsitektur bangunannya yang unik, salah satunya adalah Masjid Raya Djenne yang didirikan pada abad ke 13, atau sekitar tahun 1220 dan dibangun kembali pada 1907.
Ada yang menarik dengan bahan baku untuk membangun Masjid Raya Djenne ini. Masyarakat setempat menggunakan lumpur untuk membangunnya. Selain itu, tempat ini menjadi situs warisan Dunia UNESSCO yang diakui pada tahun 1988.
Tapi perlu Anda tahu, jika masjid ini tidak seutuhnya dibangun dengan lumpur. Sebagai strukturnya, masjid ini menggunakan bahan dasar kayu, kemudian dilapisi lumpur sebagai bahan lapisannya.
Dilansir dari laman Kabar Muhammadiyah, cara menjaga bangunan unik ini biasanya masyarakat Djenne melakukan tradisi khusus yang sudah dijalan sejak turun temurun, yaitu dengan rutin mereserpasi atau memperbaiki masjid dengan lumpur yang baru setiap satu tahun sekali.
Melalui tradisi La Crespissage atau disebut pemelsteran yang biasa dilakukan setiap April, atau sebelum musim hujan tiba yang bisa mengacaukan proses perbaikannya. Masyarakat Djenne berkumpul untuk menambal bagian rusak yang teerletak di bagian masjid tersebut.
Tradisi ini tidak sembarang dilakukan. Tapi memerlukan komando, yaitu oleh ahli arsitektur di daerah setempat. Dibagi ke dalam beberapa tim, dimana setiap orang akan diberikan ember berisi lumpur. Kemudian masing-masing orang akan diberi tugas untuk memperbaiki bagian yang rusak.
Selain itu, kota Djenne juga dikenal sebagai wilayah pusat penyebaran Islam di masa lalu. Pertumbuhannya sangat kuat, terlebih di kawasan Afrika Barat lainnya. Khususnya Djenne, pertumbuhan Muslim di kota ini sangat pesat ditambah dengan banyaknya bagunan-bangunan unik terbuat dari lumpur. Masjid Raya Djenne salah satunya.(okz/ram)
TERLETAK di sebelah barat Sungai Bani, Djenne jadi kota paling penting di wilayah Afrika Barat. Di kota satu ini dikenal arsitektur bangunannya yang unik, salah satunya adalah Masjid Raya Djenne yang didirikan pada abad ke 13, atau sekitar tahun 1220 dan dibangun kembali pada 1907.
Ada yang menarik dengan bahan baku untuk membangun Masjid Raya Djenne ini. Masyarakat setempat menggunakan lumpur untuk membangunnya. Selain itu, tempat ini menjadi situs warisan Dunia UNESSCO yang diakui pada tahun 1988.
Tapi perlu Anda tahu, jika masjid ini tidak seutuhnya dibangun dengan lumpur. Sebagai strukturnya, masjid ini menggunakan bahan dasar kayu, kemudian dilapisi lumpur sebagai bahan lapisannya.
Dilansir dari laman Kabar Muhammadiyah, cara menjaga bangunan unik ini biasanya masyarakat Djenne melakukan tradisi khusus yang sudah dijalan sejak turun temurun, yaitu dengan rutin mereserpasi atau memperbaiki masjid dengan lumpur yang baru setiap satu tahun sekali.
Melalui tradisi La Crespissage atau disebut pemelsteran yang biasa dilakukan setiap April, atau sebelum musim hujan tiba yang bisa mengacaukan proses perbaikannya. Masyarakat Djenne berkumpul untuk menambal bagian rusak yang teerletak di bagian masjid tersebut.
Tradisi ini tidak sembarang dilakukan. Tapi memerlukan komando, yaitu oleh ahli arsitektur di daerah setempat. Dibagi ke dalam beberapa tim, dimana setiap orang akan diberikan ember berisi lumpur. Kemudian masing-masing orang akan diberi tugas untuk memperbaiki bagian yang rusak.
Selain itu, kota Djenne juga dikenal sebagai wilayah pusat penyebaran Islam di masa lalu. Pertumbuhannya sangat kuat, terlebih di kawasan Afrika Barat lainnya. Khususnya Djenne, pertumbuhan Muslim di kota ini sangat pesat ditambah dengan banyaknya bagunan-bangunan unik terbuat dari lumpur. Masjid Raya Djenne salah satunya.(okz/ram)