25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Usai Serangan di Christchurch, Warga Selandia Baru Banyak yang Jadi Mualaf

Lovelady (warga Selandiabaru)

Serangan teroris 15 Maret 2019 lalu di dua masjid Al Noor, Christchurch menjatuhkan korban hingga 51 orang. Bahkan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Arden turun tangan menunjukan rasa solidaritasnya terhadap umat Muslim di negaranya ini.

Dia pun jadi sorotam publik karena datang mengenakan jilbab hitam kala itu. Sebagai upaya menunjukkan solidaritas kepada umat Muslim.

Setelah kejadian itu berangsur berlalu, akhirnya salah satu warga Selandia Baru yang ikut menyaksikan serangan mematikan itu, Megan Lovelady memutuskan jadi Mualaf. Hal ini ditemukan setelah bertahun-tahun kehilangan rasa spiritualitasnya.

“Allah memanggilku pulang,” katanya seperti dilansir lari laman Abaout Islam.

Dari situ Lovelady terus mencari siapa sebenarnya Tuhan yang telah menyelamatkannya dari berbagai musibah? Mencari tahu tentang Allah dan akhirnya memeluk Islam.

Bukan hanya itu, dia merasa kehilangan arah ketika kejadian buruk menimpa kekasihnnya. Saat itu Lovelady harus melihat dengan mata dan kepala sendiri pacarnya tertabrak kereta, sangat tragis.

“Kenapa aku, kenapa aku harus melalui itu? Jika Tuhan begitu perkasa, Dia selalu menyelamatkanku dari kejadian itu (kecelakaan dan penembakan di masjid),” ujar Lovelady.

Pada Jumat setelah Lovelady mendapatkan serangan aksi penembakan brutal di masjid tersebut, ia menghadiri salat di Masjid Al Noor. Padahal saat itu kondisi masih berbahaya, dan dalam pengamanan polisi.

Ketika menyambangi masjid tersebut, saat itu Lovelady belum memeluk agama Islam. Rasa solidaritasnya yang tinggi terhadap perbedaan, membuat ia ikhlas ikut menjaga masjid dari orang yang ingin menghancurkannya.

“Saya ingin bergabung untuk melakukan gerakan (salat) tetapi saya tidak tahu bagaimana – jadi saya hanya berdiri di sana dan saya menangis,” katanya.

Setelah kejadian tersebut, ternyata bukan hanya Lovelady yang terpanggil hatinya untuk jadi mualaf. Namun, beberapa warga lainnya pun banyak yang akhirnya Mualaf.

Mereka banyak yang tersentuh oleh keindahan dan ketabahan umat Muslim saat mendapatkan cobaan yang sangat menyedihkan.

Imam Thanvi mengatakan, dalam beberapa minggu setelah serangan itu, tiga hingga lima orang dalam sehari telah megucapkan dua kalimat syahadat di sebuah masjid Wellington. Setelah itu, hampir setiap bulannya sekitar satu atau dua hari juga ada yang jadi Mualaf.

Di Manawatu, Ketua Asosiasi Muslim setempat, Zulfiqar Buton, juga bertemu enam orang mualaf bahkan lebih. Sedangkan di Otago, juga terjadi hal serupa.

Menurut Tahir Nawaz, presiden Asosiasi Muslim Internasional Selandia Baru, jumlah Muslim Selandia Baru telah mencapai hampir 60 ribu orang. (okz/ram)

Lovelady (warga Selandiabaru)

Serangan teroris 15 Maret 2019 lalu di dua masjid Al Noor, Christchurch menjatuhkan korban hingga 51 orang. Bahkan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Arden turun tangan menunjukan rasa solidaritasnya terhadap umat Muslim di negaranya ini.

Dia pun jadi sorotam publik karena datang mengenakan jilbab hitam kala itu. Sebagai upaya menunjukkan solidaritas kepada umat Muslim.

Setelah kejadian itu berangsur berlalu, akhirnya salah satu warga Selandia Baru yang ikut menyaksikan serangan mematikan itu, Megan Lovelady memutuskan jadi Mualaf. Hal ini ditemukan setelah bertahun-tahun kehilangan rasa spiritualitasnya.

“Allah memanggilku pulang,” katanya seperti dilansir lari laman Abaout Islam.

Dari situ Lovelady terus mencari siapa sebenarnya Tuhan yang telah menyelamatkannya dari berbagai musibah? Mencari tahu tentang Allah dan akhirnya memeluk Islam.

Bukan hanya itu, dia merasa kehilangan arah ketika kejadian buruk menimpa kekasihnnya. Saat itu Lovelady harus melihat dengan mata dan kepala sendiri pacarnya tertabrak kereta, sangat tragis.

“Kenapa aku, kenapa aku harus melalui itu? Jika Tuhan begitu perkasa, Dia selalu menyelamatkanku dari kejadian itu (kecelakaan dan penembakan di masjid),” ujar Lovelady.

Pada Jumat setelah Lovelady mendapatkan serangan aksi penembakan brutal di masjid tersebut, ia menghadiri salat di Masjid Al Noor. Padahal saat itu kondisi masih berbahaya, dan dalam pengamanan polisi.

Ketika menyambangi masjid tersebut, saat itu Lovelady belum memeluk agama Islam. Rasa solidaritasnya yang tinggi terhadap perbedaan, membuat ia ikhlas ikut menjaga masjid dari orang yang ingin menghancurkannya.

“Saya ingin bergabung untuk melakukan gerakan (salat) tetapi saya tidak tahu bagaimana – jadi saya hanya berdiri di sana dan saya menangis,” katanya.

Setelah kejadian tersebut, ternyata bukan hanya Lovelady yang terpanggil hatinya untuk jadi mualaf. Namun, beberapa warga lainnya pun banyak yang akhirnya Mualaf.

Mereka banyak yang tersentuh oleh keindahan dan ketabahan umat Muslim saat mendapatkan cobaan yang sangat menyedihkan.

Imam Thanvi mengatakan, dalam beberapa minggu setelah serangan itu, tiga hingga lima orang dalam sehari telah megucapkan dua kalimat syahadat di sebuah masjid Wellington. Setelah itu, hampir setiap bulannya sekitar satu atau dua hari juga ada yang jadi Mualaf.

Di Manawatu, Ketua Asosiasi Muslim setempat, Zulfiqar Buton, juga bertemu enam orang mualaf bahkan lebih. Sedangkan di Otago, juga terjadi hal serupa.

Menurut Tahir Nawaz, presiden Asosiasi Muslim Internasional Selandia Baru, jumlah Muslim Selandia Baru telah mencapai hampir 60 ribu orang. (okz/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/