29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jangan Sekali-kali Bentak Orangtuamu

Tidak dapat dipastikan, seberapa banyak kaum perempuan Indonesia  tahu dan peduli akan peringatan hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Yang hampir dapat dipastikan bahwa yang sadar akan kehadiran peringatan hari Ibu, adalah mereka yang kebanyakan berada di lingkungan birokrasi maupun aktivis non pemerintah. Biasanya selalu saja kegiatan dan acara serta aktifitas yang dirancang dan diselenggarakan dalam kaitan dengan peringatan hari Ibu setiap tahunnya. Terlepas dari berbagai macam motif dan tujuan diadakannya peringatan hari Ibu yang di Indonesia saja telah menjadi peringatan yang ke-83, maupun tanpa memperdebatkan bentuk dan cara yang banyak dilakukan orang-orang dalam memperingati dan merayakan hari Ibu, renungan mendasar yang selayaknya tidak boleh dilepaskan dari momen peringatan hari Ibu adalah seberapa jauh kita memahami arti dan nilai menjadi seorang ibu serta sejauh apa menjalani peran sebagai seorang  “Ibu terbaik bagi keluarganya” telah menjadi hal yang menarik dan memiliki kedudukan utama di dalam pandangan masyarakat muslim Indonesia khususnya di dalam fikiran muslimah kita ?

Dengan melandaskan pemahaman kita kepada Alquran maupun hadis, maka cukup gampang dan sederhana saja, siapapun kita akan dapat memahami bahwa betapa tinggi dan mulianya kedudukan orang tua di dalam sebuah keluarga. Melalui Alquran, kita bisa mendapatkan  bimbingan:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang  mulia . (Al Isra-23).
Begitu tinggi kedudukan orang tua dalam pandangan Islam, sehingga Allah sendiri mengikatkan keridhoanNya maupun kemurkaanNya pada keridhoan orang tua.

Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim.

Namun orang tua yang bagaimana yang mempunyai kedudukan dan kemuliaan yang cukup tinggi tersebut ?  Tentu tidak sembarang orang tua yang diberi Allah kemuliaan dan hak ridho maupun hak marah ataupun murka. Selain orang tua yang memang senantiasa di dalam keterikatan iman, tentunya juga mereka adalah orang tua yang memelihara kualitas taqwa keluarganya. Di dalam pengertian taqwa itu sendiri, terangkum tugas untuk membangun ketaatan kepada Allah dengan mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Simaklah bagaimana Allah Ta’ala membimbing kita :

“Hai orang-orang yang beriman; peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).
Tidak susah dipahami bahwa orang tua yang diharapkan adalah orang tua yang membangun rumah tangga mereka di atas dasar ketaqwaan dan keinginan mencapai ridho Ilahi. Justru  yang sulit adalah motivasi, kesadaran dan komitmen ataupun keteguhan untuk menjadikan rumah tangga menjadi ladang kebaikan dan  lahan subur meningkatkan ketaqwaan. Semakin baik hal yang dilakukan para orang tua di dalam mendidik anak-anak mereka maka lebih baik dari itulah yang akan dijadikan permohonan dan doa anak mereka kelak. Artinya, bila buruk hal yang dilakukan para orang tua di dalam mendidik putera dan puteri mereka, maka akan buruk pulalah balasan yang dimohonkan oleh anak-anak mereka. Bukankah Allah sendiri telah memberikan gambaran ini melalui pengajaranNya kepada kita dalam mendoakan orang tua kita :

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (al-Isra : 24)

Melalui Alquran dan hadis Rasulullah s.a.w pula kita dapat memahami bahwa peran dan kedudukan kaum perempuan tidak lebih rendah dari kaum laki-laki. Kedudukan kedua orang tua (ayah dari kaum laki-laki maupun ibu dari kaum perempuan) yang dalam pemikiran kesetaraan gender (jenis kelamin) sering dituntut dalam bingkai kesetaraan justru menjadi tidak setara dengan diletakkannya posisi ibu yang lebih mulia daripada posisi ayah. Lebih sulitnya dan lebih besarnya sakit dan derita yang dialami seorang ibu mulai dari proses kehamilan, melahirkan, menyusui dan hingga mengasuk anak-anaknya, ternyata menjadi hal-hal yang sangat diperhitungkan di dalam Islam.

Dimulai dari penitipan ruh dan jasad mini kita di dalam sebuah wadah yang Allah sendiri menamai wadah itu dengan namaNya sendiri, yakni, Rahim yang bermakna cinta, kasih sayang, maka Allah telah melebihkan kedudukan kaum perempuan yang bersiap menjadi ibu bagi calon manusia ciptaan Allah sendiri. Ini adalah kondisi yang tidak dimiliki oleh lelaki manapun di muka bumi ini.

Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan  melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ali Imran : 6)

Allah tidak pernah lalai memberikan penghormatan dan penghargaan kepada kedua orang tua, khususnya ibu yang menjalani tahap demi tahap beberapa kesulitan dan kepayahan yang dialami ibu. Allah bahkan menerangkan sendiri gambaran kesulitan tersebut untuk menjadi pengajaran bagi manusia akan layak dan wajarnya kemuliaan kedudukan ibu yang menjadi lebih tinggi daripada ayah.  Perhatikanlah ucapan sang  Khaliq :

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah . Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan  kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

Kini, walaupun telah 83 kali bangsa ini memperingati hari Ibu dengan berbagai macam bentuk dan program yang dijalankan untuk meningkatkan kualitas perempuan maupun kualitas ibu, kenyataannya, semakin banyak muslimah kita  kehilangan alasan yang dianggap logis dan rasional serta maju dan modern untuk bangga menjalani peran sebagai seorang ibu.

Mari kita gugah kesadaran kita akan keutamaan dan kemuliaan peran dan posisi ibu dengan menyimak pemaparan hadis berikut :

Dari al-Mughirah Ibnu Syu’bah bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menahan dan menuntut; dan Dia tidak suka kalian banyak bicara, banyak bertanya, dan menghambur-hamburkan harta.” Muttafaq Alaihi.

Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat.” Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits hasan menurut Tirmidzi. Wallahu a’lam bis showab.(*)

Ditulis/Pengirim: Bechta Perkasa Asky,MA.
Staff Ahli DPD RI Daerah
Sumatera Utara

Tidak dapat dipastikan, seberapa banyak kaum perempuan Indonesia  tahu dan peduli akan peringatan hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Yang hampir dapat dipastikan bahwa yang sadar akan kehadiran peringatan hari Ibu, adalah mereka yang kebanyakan berada di lingkungan birokrasi maupun aktivis non pemerintah. Biasanya selalu saja kegiatan dan acara serta aktifitas yang dirancang dan diselenggarakan dalam kaitan dengan peringatan hari Ibu setiap tahunnya. Terlepas dari berbagai macam motif dan tujuan diadakannya peringatan hari Ibu yang di Indonesia saja telah menjadi peringatan yang ke-83, maupun tanpa memperdebatkan bentuk dan cara yang banyak dilakukan orang-orang dalam memperingati dan merayakan hari Ibu, renungan mendasar yang selayaknya tidak boleh dilepaskan dari momen peringatan hari Ibu adalah seberapa jauh kita memahami arti dan nilai menjadi seorang ibu serta sejauh apa menjalani peran sebagai seorang  “Ibu terbaik bagi keluarganya” telah menjadi hal yang menarik dan memiliki kedudukan utama di dalam pandangan masyarakat muslim Indonesia khususnya di dalam fikiran muslimah kita ?

Dengan melandaskan pemahaman kita kepada Alquran maupun hadis, maka cukup gampang dan sederhana saja, siapapun kita akan dapat memahami bahwa betapa tinggi dan mulianya kedudukan orang tua di dalam sebuah keluarga. Melalui Alquran, kita bisa mendapatkan  bimbingan:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang  mulia . (Al Isra-23).
Begitu tinggi kedudukan orang tua dalam pandangan Islam, sehingga Allah sendiri mengikatkan keridhoanNya maupun kemurkaanNya pada keridhoan orang tua.

Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim.

Namun orang tua yang bagaimana yang mempunyai kedudukan dan kemuliaan yang cukup tinggi tersebut ?  Tentu tidak sembarang orang tua yang diberi Allah kemuliaan dan hak ridho maupun hak marah ataupun murka. Selain orang tua yang memang senantiasa di dalam keterikatan iman, tentunya juga mereka adalah orang tua yang memelihara kualitas taqwa keluarganya. Di dalam pengertian taqwa itu sendiri, terangkum tugas untuk membangun ketaatan kepada Allah dengan mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Simaklah bagaimana Allah Ta’ala membimbing kita :

“Hai orang-orang yang beriman; peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).
Tidak susah dipahami bahwa orang tua yang diharapkan adalah orang tua yang membangun rumah tangga mereka di atas dasar ketaqwaan dan keinginan mencapai ridho Ilahi. Justru  yang sulit adalah motivasi, kesadaran dan komitmen ataupun keteguhan untuk menjadikan rumah tangga menjadi ladang kebaikan dan  lahan subur meningkatkan ketaqwaan. Semakin baik hal yang dilakukan para orang tua di dalam mendidik anak-anak mereka maka lebih baik dari itulah yang akan dijadikan permohonan dan doa anak mereka kelak. Artinya, bila buruk hal yang dilakukan para orang tua di dalam mendidik putera dan puteri mereka, maka akan buruk pulalah balasan yang dimohonkan oleh anak-anak mereka. Bukankah Allah sendiri telah memberikan gambaran ini melalui pengajaranNya kepada kita dalam mendoakan orang tua kita :

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (al-Isra : 24)

Melalui Alquran dan hadis Rasulullah s.a.w pula kita dapat memahami bahwa peran dan kedudukan kaum perempuan tidak lebih rendah dari kaum laki-laki. Kedudukan kedua orang tua (ayah dari kaum laki-laki maupun ibu dari kaum perempuan) yang dalam pemikiran kesetaraan gender (jenis kelamin) sering dituntut dalam bingkai kesetaraan justru menjadi tidak setara dengan diletakkannya posisi ibu yang lebih mulia daripada posisi ayah. Lebih sulitnya dan lebih besarnya sakit dan derita yang dialami seorang ibu mulai dari proses kehamilan, melahirkan, menyusui dan hingga mengasuk anak-anaknya, ternyata menjadi hal-hal yang sangat diperhitungkan di dalam Islam.

Dimulai dari penitipan ruh dan jasad mini kita di dalam sebuah wadah yang Allah sendiri menamai wadah itu dengan namaNya sendiri, yakni, Rahim yang bermakna cinta, kasih sayang, maka Allah telah melebihkan kedudukan kaum perempuan yang bersiap menjadi ibu bagi calon manusia ciptaan Allah sendiri. Ini adalah kondisi yang tidak dimiliki oleh lelaki manapun di muka bumi ini.

Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan  melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ali Imran : 6)

Allah tidak pernah lalai memberikan penghormatan dan penghargaan kepada kedua orang tua, khususnya ibu yang menjalani tahap demi tahap beberapa kesulitan dan kepayahan yang dialami ibu. Allah bahkan menerangkan sendiri gambaran kesulitan tersebut untuk menjadi pengajaran bagi manusia akan layak dan wajarnya kemuliaan kedudukan ibu yang menjadi lebih tinggi daripada ayah.  Perhatikanlah ucapan sang  Khaliq :

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah . Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan  kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

Kini, walaupun telah 83 kali bangsa ini memperingati hari Ibu dengan berbagai macam bentuk dan program yang dijalankan untuk meningkatkan kualitas perempuan maupun kualitas ibu, kenyataannya, semakin banyak muslimah kita  kehilangan alasan yang dianggap logis dan rasional serta maju dan modern untuk bangga menjalani peran sebagai seorang ibu.

Mari kita gugah kesadaran kita akan keutamaan dan kemuliaan peran dan posisi ibu dengan menyimak pemaparan hadis berikut :

Dari al-Mughirah Ibnu Syu’bah bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menahan dan menuntut; dan Dia tidak suka kalian banyak bicara, banyak bertanya, dan menghambur-hamburkan harta.” Muttafaq Alaihi.

Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat.” Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits hasan menurut Tirmidzi. Wallahu a’lam bis showab.(*)

Ditulis/Pengirim: Bechta Perkasa Asky,MA.
Staff Ahli DPD RI Daerah
Sumatera Utara

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/