27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Lebih Giat dari yang Lain

1 Korintus 15:10
“ Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”

Oleh:   Pdm. Edison Sinurat STh

Rasul Paulus mengakui bahwa dirinya adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak pantas disebut rasul mengingat aktivitasnya di masa lalu yang menganiaya jemaat Allah. Tetapi Tuhan Yesus berkenan menjadikannya sebagai rasul-Nya melalui sebuah perjumpaan yang mengubahkan hidupnya dari seorang penganiaya jemaat Allah menjadi seorang pemberita Injil yang militan. Paulus menganggap bahwa perkenanan Tuhan itu adalah sebuah kasih karunia, sebuah anugerah.
Dirinya yang sepatutnya dihukum tetapi justru dipakai menjadi alat-Nya Tuhan.

Menyikapi kemurahan Allah tersebut, maka rasul Paulus bekerja segiat-giatnya bagi pekabaran Injil. Totalitas merupakan prinsip hidupnya kini bagi pekabaran Injil yang semula sangat ditentangnya. Ia bahkan bekerja lebih keras, lebih giat dari rasul-rasul yang lain. Ini dapat kita buktikan setelah membaca surat Kisah Para Rasul.

Perjuangannya dalam pemberitaan Injil tidaklah mudah. Seperti pengakuannya yang dicatat dalam surat Korintus berikut ini: “Apakah mereka pelayan Kristus? aku berkata seperti orang gila aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.

Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.

Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.” (2 Korintus 11:23-28). Segala sesuatu dihadapi dengan tegar demi tersampaikannya Injil kepada sebanyak mungkin orang.

Kita dapat memperhatikan perjalanan penginjilannya di halaman-halaman terakhir Alkitab, ada tiga kali ia melakukan perjalanan penginjilan, mulai dari Yerusalem, ke Antiokhia, ke Asia Kecil (Turky sekarang) sampai ke Eropa (Roma), baik melalui darat maupun laut. Membuktikan bahwa ia bekerja lebih giat dari rasul-rasul yang lain. Ia berupaya mengejar ketertinggalannya dari rasul-rasul yang lain dengan membuktikannya melalui keseriusannya melayani Tuhan.

Orang yang mengalami kasih Tuhan patutlah meneladani rasul Paulus ini. Sebagai pelayan Kristus, kita pun harus bekerja lebih giat lagi. Bukankah kita yang hidup di zaman ini juga telah banyak mengalami kemurahan Tuhan? Bandingkan dengan umat yang hidup di zaman Torat.

Semua kita yang telah ditebus oleh darah Yesus adalah imamat rajani, digelar sebagai duta-duta Injil yang harus menyampaikan berita keselamatan ini kepada setiap orang. Dengan segala risiko dan konsekuensi, kita harus siap mengingat kedatangan Kristus kedua kali sudah di ambang pintu.

Waktunya sangat singkat, saatnya bagi kita untuk lebih bergiat melayani Tuhan sesuai dengan talenta yang dikaruniakan untuk merefleksikan kasih Allah kepada setiap orang yang berduyun-duyun menuju kebinasaan. Kepada anak rohaninya Timotius, rasul Paulus mensehatkan agar memberitakan Injil ini baik atau tidak baik waktunya.

Roh belas kasihan merupakan motor bagi pekerjaan mulia ini yang harus kita miliki seperti ada pada Yesus Kristus (Matius 9:35-37). Sesungguhnya ladang telah menguning dan siap dituai oleh kita. Masih banyak orang yang membutuhkan belas kasihan Yesus yang diharapkan mengalir melalui kita. Injil harus menjangkau seluruh bangsa, suku, kaum, bahasa, semua segmen dan seluruh lapisan strata masyarakat. Saya tidak akan henti-hentinya menyuarakan hal ini.

Pekerjaan ini merupakan prioritas setiap orang percaya, untuk inilah Roh Kudus dicurahkan kepada kita agar kita dapat menjadi saksi-Nya sampai Injil tersebar ke seluruh dunia. Kerinduan untuk bertemu Yesus pada kedatangan-Nya kedua kali harus kita wujudkan dalam pekabaran Injil secara lebih serius lagi. Manfaatkanlah waktu yang ada, potensi yang dipunya, tekhnologi yang tersedia, dengan roh yang menyala-nyala membawa jiwa sebanyak-banyaknya ke dalam kerajaan Sorga. Haleluyah. (*)

1 Korintus 15:10
“ Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”

Oleh:   Pdm. Edison Sinurat STh

Rasul Paulus mengakui bahwa dirinya adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak pantas disebut rasul mengingat aktivitasnya di masa lalu yang menganiaya jemaat Allah. Tetapi Tuhan Yesus berkenan menjadikannya sebagai rasul-Nya melalui sebuah perjumpaan yang mengubahkan hidupnya dari seorang penganiaya jemaat Allah menjadi seorang pemberita Injil yang militan. Paulus menganggap bahwa perkenanan Tuhan itu adalah sebuah kasih karunia, sebuah anugerah.
Dirinya yang sepatutnya dihukum tetapi justru dipakai menjadi alat-Nya Tuhan.

Menyikapi kemurahan Allah tersebut, maka rasul Paulus bekerja segiat-giatnya bagi pekabaran Injil. Totalitas merupakan prinsip hidupnya kini bagi pekabaran Injil yang semula sangat ditentangnya. Ia bahkan bekerja lebih keras, lebih giat dari rasul-rasul yang lain. Ini dapat kita buktikan setelah membaca surat Kisah Para Rasul.

Perjuangannya dalam pemberitaan Injil tidaklah mudah. Seperti pengakuannya yang dicatat dalam surat Korintus berikut ini: “Apakah mereka pelayan Kristus? aku berkata seperti orang gila aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.

Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.

Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.” (2 Korintus 11:23-28). Segala sesuatu dihadapi dengan tegar demi tersampaikannya Injil kepada sebanyak mungkin orang.

Kita dapat memperhatikan perjalanan penginjilannya di halaman-halaman terakhir Alkitab, ada tiga kali ia melakukan perjalanan penginjilan, mulai dari Yerusalem, ke Antiokhia, ke Asia Kecil (Turky sekarang) sampai ke Eropa (Roma), baik melalui darat maupun laut. Membuktikan bahwa ia bekerja lebih giat dari rasul-rasul yang lain. Ia berupaya mengejar ketertinggalannya dari rasul-rasul yang lain dengan membuktikannya melalui keseriusannya melayani Tuhan.

Orang yang mengalami kasih Tuhan patutlah meneladani rasul Paulus ini. Sebagai pelayan Kristus, kita pun harus bekerja lebih giat lagi. Bukankah kita yang hidup di zaman ini juga telah banyak mengalami kemurahan Tuhan? Bandingkan dengan umat yang hidup di zaman Torat.

Semua kita yang telah ditebus oleh darah Yesus adalah imamat rajani, digelar sebagai duta-duta Injil yang harus menyampaikan berita keselamatan ini kepada setiap orang. Dengan segala risiko dan konsekuensi, kita harus siap mengingat kedatangan Kristus kedua kali sudah di ambang pintu.

Waktunya sangat singkat, saatnya bagi kita untuk lebih bergiat melayani Tuhan sesuai dengan talenta yang dikaruniakan untuk merefleksikan kasih Allah kepada setiap orang yang berduyun-duyun menuju kebinasaan. Kepada anak rohaninya Timotius, rasul Paulus mensehatkan agar memberitakan Injil ini baik atau tidak baik waktunya.

Roh belas kasihan merupakan motor bagi pekerjaan mulia ini yang harus kita miliki seperti ada pada Yesus Kristus (Matius 9:35-37). Sesungguhnya ladang telah menguning dan siap dituai oleh kita. Masih banyak orang yang membutuhkan belas kasihan Yesus yang diharapkan mengalir melalui kita. Injil harus menjangkau seluruh bangsa, suku, kaum, bahasa, semua segmen dan seluruh lapisan strata masyarakat. Saya tidak akan henti-hentinya menyuarakan hal ini.

Pekerjaan ini merupakan prioritas setiap orang percaya, untuk inilah Roh Kudus dicurahkan kepada kita agar kita dapat menjadi saksi-Nya sampai Injil tersebar ke seluruh dunia. Kerinduan untuk bertemu Yesus pada kedatangan-Nya kedua kali harus kita wujudkan dalam pekabaran Injil secara lebih serius lagi. Manfaatkanlah waktu yang ada, potensi yang dipunya, tekhnologi yang tersedia, dengan roh yang menyala-nyala membawa jiwa sebanyak-banyaknya ke dalam kerajaan Sorga. Haleluyah. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/