26.7 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Di Pematangsiantar, Gereja dan Masjid Berdiri Berdampingan

Jika di Jakarta kita bisa melihat posisi Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang jaraknya berdekatan, pemandangan yang kurang lebih serupa juga bisa disaksikan di Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Harmonis: Bangunan Gereja  Mesjid berdiri berdampingan  Kota Pemetang Sinatar //sumut pos
Harmonis: Bangunan Gereja dan Mesjid berdiri berdampingan di Kota Pemetang Sinatar //sumut pos

Masjid Bhakti dan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) yang berlokasi di Simpang Pertamin, kilometer 6 Jalan Medan-Siantar, di lingkungan Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Martoba tampak akrab berdiri sejak puluhan tahun lalu.

Menurut nazir Masjid Bhakti, Abdul Muis, hal ini dapat terjadi karena masing-masing umat saling menjaga diri dan kesucian ibadah masing-masing, bahkan saling mendukung jika melakukan kegiatan keagamaan.

“Saat beribadah shalat Jumat misalnya, umat Kristiani menghentikan aktivitasnya. Kami saling menjaga dan mendukung,” ujar Abdul Muis.
Menariknya, kerukunan antar umat muslim dan Kristiani ini tidak hanya terjalin di tingkat orang tua, tetapi juga sampai anak-anak dan remaja. “Kami sering mengundang remaja Kristiani dan mereka datang. Demikian sebaliknya,” timpal anggota remaja Masjid Bhakti Ogin Anggawa, yang sudah tinggal selama 21 tahun di lingkungan Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Martoba, Pematangsiantar, Sumut.

Sebagai sesama anak bangsa rasa saling menghormati harus senantiasa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan hanya karena perbedaan kepercayaan kita terpecah belah dan saling curiga. Ingatlah, Indonesia butuh setiap kita untuk bisa maju seperti negara-negara lain.

Gereja dan Mesjid Berdiri Satu Dinding

Sejumlah gereja dan mesjid di Indonesia ditemukan berdiri secara berdampingan dan saling mendukung. Tak hanya itu, bahkan dalam berbagai kegiatan keagamaan pun kedua rumah ibadat itu saling melengkapi.

Seperti Gereja dan Mesjid yang berdiri di Jalan Enggano No 52 Tanjung Priok, Jakarta Utara. Gereja Protestan Mahanaim dan Mesjid Al-Muqarrabin yang memiliki satu dinding. Menurut sejarahnya, gereja tersebut berdiri dua tahun sebelum hadirnya mesjid di  tahun 1957.

Dalam perjalanannya yang sudah cukup lama, jemaat dari kedua rumah ibadat ini tidak pernah menghadapi perseteruan. Disaat-saat perayaan keagamaan, seperti Natal dan  Ramadhan, mereka akan saling menjaga.

Selanjutnya, Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) dan Masjid Bakti di Simpang Pertamina, Pondok Sayur, Kecamatan Martoba,Medan juga berdiri berdampingan. Dikabarkan kedua rumah ibadat juga tetap menjaga kerukunan hidup beragama baik pada saat pelaksanaan ibadah maupun saat merayaan hari besar masing-masing agama.

Sementara yang lain, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah di Solo, Jawa Tengah. GKJ Joyodiningratan didirikan pada tahun 1939  lalu kemudian diikuti berdirinya Masjid Al-Hikmah pada tahun 1947. Keduanya pun tetap hidup saling mendukung dan membantu dalam berbagai kegiatan keagamaan.

Kerukunan beragama yang ditunjukkan oleh sejumlah gereja dan mesjid ini sudah langka ditemukan. Hal ini patut dijadikan sebagai barometer keharmonisan hidup antarumat beragama di Indonesia bahkan juga di berbagai negara rawan konflik agama lainnya.(bbs/net/jpnn)

Jika di Jakarta kita bisa melihat posisi Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang jaraknya berdekatan, pemandangan yang kurang lebih serupa juga bisa disaksikan di Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Harmonis: Bangunan Gereja  Mesjid berdiri berdampingan  Kota Pemetang Sinatar //sumut pos
Harmonis: Bangunan Gereja dan Mesjid berdiri berdampingan di Kota Pemetang Sinatar //sumut pos

Masjid Bhakti dan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) yang berlokasi di Simpang Pertamin, kilometer 6 Jalan Medan-Siantar, di lingkungan Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Martoba tampak akrab berdiri sejak puluhan tahun lalu.

Menurut nazir Masjid Bhakti, Abdul Muis, hal ini dapat terjadi karena masing-masing umat saling menjaga diri dan kesucian ibadah masing-masing, bahkan saling mendukung jika melakukan kegiatan keagamaan.

“Saat beribadah shalat Jumat misalnya, umat Kristiani menghentikan aktivitasnya. Kami saling menjaga dan mendukung,” ujar Abdul Muis.
Menariknya, kerukunan antar umat muslim dan Kristiani ini tidak hanya terjalin di tingkat orang tua, tetapi juga sampai anak-anak dan remaja. “Kami sering mengundang remaja Kristiani dan mereka datang. Demikian sebaliknya,” timpal anggota remaja Masjid Bhakti Ogin Anggawa, yang sudah tinggal selama 21 tahun di lingkungan Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Martoba, Pematangsiantar, Sumut.

Sebagai sesama anak bangsa rasa saling menghormati harus senantiasa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan hanya karena perbedaan kepercayaan kita terpecah belah dan saling curiga. Ingatlah, Indonesia butuh setiap kita untuk bisa maju seperti negara-negara lain.

Gereja dan Mesjid Berdiri Satu Dinding

Sejumlah gereja dan mesjid di Indonesia ditemukan berdiri secara berdampingan dan saling mendukung. Tak hanya itu, bahkan dalam berbagai kegiatan keagamaan pun kedua rumah ibadat itu saling melengkapi.

Seperti Gereja dan Mesjid yang berdiri di Jalan Enggano No 52 Tanjung Priok, Jakarta Utara. Gereja Protestan Mahanaim dan Mesjid Al-Muqarrabin yang memiliki satu dinding. Menurut sejarahnya, gereja tersebut berdiri dua tahun sebelum hadirnya mesjid di  tahun 1957.

Dalam perjalanannya yang sudah cukup lama, jemaat dari kedua rumah ibadat ini tidak pernah menghadapi perseteruan. Disaat-saat perayaan keagamaan, seperti Natal dan  Ramadhan, mereka akan saling menjaga.

Selanjutnya, Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) dan Masjid Bakti di Simpang Pertamina, Pondok Sayur, Kecamatan Martoba,Medan juga berdiri berdampingan. Dikabarkan kedua rumah ibadat juga tetap menjaga kerukunan hidup beragama baik pada saat pelaksanaan ibadah maupun saat merayaan hari besar masing-masing agama.

Sementara yang lain, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah di Solo, Jawa Tengah. GKJ Joyodiningratan didirikan pada tahun 1939  lalu kemudian diikuti berdirinya Masjid Al-Hikmah pada tahun 1947. Keduanya pun tetap hidup saling mendukung dan membantu dalam berbagai kegiatan keagamaan.

Kerukunan beragama yang ditunjukkan oleh sejumlah gereja dan mesjid ini sudah langka ditemukan. Hal ini patut dijadikan sebagai barometer keharmonisan hidup antarumat beragama di Indonesia bahkan juga di berbagai negara rawan konflik agama lainnya.(bbs/net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/