Jubileum 150 Tahun HKBP (1861-2011)
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) saat ini tak hanya memberikan pencerahan rohani dan surgawi. Tapi juga berupaya menyejahterakan warganya dalam hal perekonomian. Karena dengan perekonomian warga yang meningkat, maka keaktifan beribadah ke gereja akan meningkat pula. Karena belakangan ini aktivitas warga gereja dinilai menurun.
S ebagai upaya menyejahterakan warga HKBP tersebut, panitia Jubileum 150 Tahun HKBP untuk wilayah II menggelar seminar nasional dengan tema ‘Revitalisasi Peran Lembaga Agama terhadap Kesejahteraan Warga’ di Grand Ballroom Hotel Grand Angkasa pada Kamis, 7 April lalu.
Hadir pada seminar tersebut sebagai keynote speaker, Ephorus HKBP Pendeta Bonar Napitupulu, pembicara Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Puskopdit Sumut PM Sitanggang, Wakil Rektor Universitas HKBP Nommensen T Sihol Nababan, Timbul Raya Manurung dan Ketua Badan Usaha HKBP St Dumoli Siahaan.
Dalam makalahnya ‘Mengembalikan Jati Diri HKBP,’ Ephorus HKBP Pendeta Bonar Napitupulu mengurai peran HKBP sebagai lembaga agama untuk kesejahteraan warga. “Sejak awal bedirinya HKBP selalu melayani masyarakat secara holistic dan menyeluruh,” terangnya.
Ia juga menjelaskan, jika HKBP membangun gedung gereja selalu serentak dengan pembangunan sekolah, sentra pelayanan kesehatan (rumah sakit atau poliklinik) dan sentra peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat. “Ciri pelayanan yang seperti itulah yang sempat mengalami degradasi atau pelunturan dalam diri HKBP. Oleh sebab itu, perlu gerakan atau usaha pengembalian jati diri HKBP khususnya di bidang pelayanan holistik,” tutur Bonar.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, menyejahterakan warga diperlukan revitalisasi. “Organisasi keagamaan harus mampu memberikan kesejahteraan. Hal itu dapat dilakukan melalui etos kerja, semangat dan kemampuan untuk mengelola. Dan untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang dapat menggerakkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki,” ungkapnya.
Syamsuddin juga menjelaskan, Muhammadiyah yang banyak memiliki usaha atau aset di berbagai daerah semuanya adalah milik pusat. “Dengan konsep seperti itu, maka daerah tidak semena-mena menjual aset tersebut dan harus memperoleh persetujuan pusat,” katanya.
Di kesempatan sama, Ketua Puskopdit Sumut PM Sitanggang membagi informasi tentang mengelola Credit Union (CU) yang sudah berusia 40 tahun dan saat ini di Sumut memiliki anggota 250.000 orang dan beraset Rp1 triliun. “Mendirikan CU tak perlu diberikan modal awal dari relawan, tapi harus dari anggota untuk anggota,” jelasnya.
Kalau mendirikan CU dengan memberikan modal awal, sambungnya, maka hal tersebut tak akan berkembang. “Kalau ada bantuan lebih baik dikembangkan untuk sarana. Kalau modal usaha maka anggota akan bertingkah dengan tak mau mengembalikan pinjamannya. CU itu kumpulan orang bukan uang, jangan lecehkan orang miskin sebagai anggota, karena mereka punya sesuatu,” ujarnya.
Ketua Umum Panitia Jubileum 150 Tahun HKBP Wilayah II RE Nainggolan dalam sambutannya mengatakan, seminar itu digelar untuk mencari usaha apa yang akan dijalankan untuk menyejahterakan warga.
Berbagai usulan dan masukan dari seminar nasional tersebut akan direkomendasikan pada puncak pelaksanaan jubileum. “Gereja agar intens memberikan perhatian kepada warganya. Kita harapkan nantinya tak ada lagi jemaat air mata, tapi jemaat mata air,” harapnya.
Perayaan Jubileum 150 Tahun HKBP ini juga diisi berbagai kegiatan sosial, spiritual dan akademik. Di bidang spiritual, puncak perayaan berupa ibadah raya akan diselenggarakan pada pertengahan Oktober 2011 mendatang. Di bidang sosial, aksi sosial pelayanan kesehatan sudah digelar sejak akhir 2010 lalu dan masih terus berjalan hingga saat ini. Seperti telah diterangkan, kegiatan sosial ini disponsori Yayasan Surya Kebenaran Internasional.
Drg Anita selaku bagian langsung dari Yayasan Surya Kebenaran Internasional didampingi Ketua Bidang Kesehatan dalam kepanitiaan kegiatan Dr Betthin Marpaung, mengatakan, mungkin yang dilaksanakan ini sudah biasa dilakukan dimana-mana. “Namun, yang ingin disampaikan di sini adalah, dengan mendapatkan layanan ini, paling tidak mereka mendapat kenangan baik terhadap HKBP. Karena layanan ini sedikitpun tak memandang suku, ras dan agama. Semua dapat menikmati layanan ini,” kata Anita.
Adapun layanan tersebut, seperti pengobatan gratis oleh dokter umum dan spesialis, pemasangan kaki dan tangan palsu yang telah mencapai 900 pasang, pengoperasian 300 bibir sumbing dan katarak, pemeriksanaan pap smear, golongan darah, gula darah, KB hingga pemangkasan rambut.
Tak hanya itu, sambung Betthin, bidang pelayanan kesehatan di HKBP juga telah membuat program bank donor darah yang akan dibentuk di setiap gereja. “Dan fungsi bank donor darah ini juga tak hanya harus bisa dinikmati orang-orang yang berada di dalam gereja. Tapi seluruh masyarakat yang membutuhkannya tanpa membedakan suku, ras dan agama,” ujarnya. (m sazali)