Dari Seminar Nasional dan Diskusi Panel Kerukunan Umat Beragama
MEDAN-Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang beragam. Tak kurang dari 1.128 suku bangsa mendiami wilayah-wilayah Indonesia.
Agama yang dianut berbeda-beda. Kebudayaan bahasa dan istiadat juga berbeda.
Karena keberagaman itu, Indonesia cocok dijadikan laboraturium ideal bagi kajian pluralisme dan multikulturalisme.
“Kerukunan umat beragam juga merupkan satu dari bahasa Bhihineka Tunggal Ika,”ucap Ketua MK, Prof DR Mahfud MD saat berbicara di acara seminar nasional dan diskusi panel Kerukunan Umat Beragama yang diselenggarakan dalam rangka perayaan Natal Oikumene tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Syukuran Tahun Baru di convetition Hotel Danau Toba Jalan Imam Bonjol Medan, Sabtu (19/1).
Dilanjutkan Mahfud, pluralisme lazim dipahami sebagai suatu kerangka interaksi. Setiap orang atau kelompok memiliki dan menampilkan rasa hormat satu sama lain.
“Dalam kalimat lain pluralisme merupkan sikap menghargai perbedaan dan keberagaman. Bukan sekadar wacana atau di mulut melainkan diwujudkaan ke dalam realitas tingkah laku kehidupannya,”ujarnya.
Sisi lain, sambung Mahfud, pluralisem dalam beragama adalah adanya pengakuan dan penghormatan secara aktif terhadap agama lain.
Agama lain haruslah dihormati keberadaanya sebagaiman keberadaan agama yang dipeluk yang bersangkutan.
“Untuk itulah kita harus galangkan hormati menghormati. Sehingga, kerukunan umat beragama akan dapat terwujud dengan baik,”sebutnya.
Sekjen PBNU, KH Marzukie Suhut juga menyebutkan kalau kerukunan umat beragama itu memang harus ditingkatkan. Misalnya, saling menghormati kebebasan beribadah.
“Saya yakin betul, bila saling menghormati itu dilakukan setiap umat bangsa yang ada di Indonesia, pasti kerukunan umat beragama terjalin,” katanya.
Bisa juga dilakukan dengan cara yang terbaik kepada sesama pemeluk agama, contonya, saling menolong.
“Selaku umat manusia di Bumi kita haris saling tolong menolok bila ada musibah yang menimpa bangsa indonesia,” sebutnya.(omi)