27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Menghargai Waktu

Oleh:   Pdt. Edison Sinurat STh

Kolose 4:5
“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.”

Jika hidup sampai tujuh puluh tahun, rata-rata orang menggunakan waktu: 20 tahun untuk tidur, 20 tahun untuk bekerja, 6 tahun untuk makan, 7 tahun untuk bermain, 5 tahun untuk berpakaian, 1 tahun untuk bertelepon, 2 ½ tahun di tempat tidur, 3 tahun menunggu seseorang, 6 bulan mengikat tali sepatu, 2 ½ tahun untuk hal-hal lain (termasuk 1 ½ tahun di gereja). Disadur dari buku 24 jam dengan bijak, terbitan Metanoia.

Dua minggu yang lalu, setelah selesai pelayanan di Lapas Siantar, saya melanjutkan perjalanan menuju pulau Samosir, karena esok harinya pelayanan di Rutan Pangururan. Saya mengejar jadwal Fery penyeberangan dari Ajibata ke Tomok pada pukul 14.30. Sayang sekali, saya terlambat sekitar 5 menit, dan Fery yang terkenal dengan kedisiplinan jadwal itu, baru saja meninggalkan Ajibata. Beberapa pengendara mobil lain juga mengalami nasib seperti saya.
Kami harus menunggu sekitar tiga jam lagi untuk penyeberangan berikutnya. Saya harus kehilangan kesempatan untuk dapat menikmati indahnya pantai danau Toba di Tuktuk pada sore hari itu. Pengalaman tersebut mengingatkan saya betapa berharganya waktu itu. Semua kita pernah mengalami yang namanya terlambat.

Alkitab mengajarkan kepada kita untuk hidup bijaksana, menghargai waktu yang diberikan Tuhan. Ada banyak ayat-ayat Alkitab menyinggung soal ’waktu’. “…dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:16). Dari semua waktu yang telah kita lewati, berapa banyak yang kita habiskan dengan sia-sia?

Dalam bahasa Inggris, kalimat ’pergunakanlah waktu yang ada’ diartikan ‘redeeming the time’ yang berarti ’tebus waktu’ atau ’rebut waktu’. Sesungguhnya waktu yang telah lewat tidak akan kembali lagi, jadi pengertian ’tebus waktu’ menasihatkan kita untuk mengelola waktu yang ada di depan kita dengan sebaik-baiknya. Kalau di waktu lalu kita menghambur-hamburkan waktu, maka saat ini dan ke depan kita harus mengelolanya dengan bijaksana. Ingat! Waktu itu tidak akan kembali lagi. Kita hanya dapat ’mengurusi’ waktu di depan kita.

Musa dalam Mazmur 90:12 berdoa agar Tuhan ajari menghitung hari-harinya, supaya beroleh hati yang bijaksana.

Ia pernah ’kehilangan waktu’ di padang gurun selama 40 tahun setelah 40 tahun sebelumnya ia hidup di istana Firaun. Namun Tuhan masih member kesempatan baginya untuk melayani Tuhan, membebaskan bangsa Israel dari tanah perbudakan Mesir dan membawanya ke perbatasan tanah Kanaan yang ditempuh dalam waktu 40 tahun.

Di masa tuanya, dalam doanya, kita mendapat nasihat agar memiliki hati yang bijaksana. Setiap kesempatan yang dikaruniakan Tuhan harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Di bumi ini kita masih dibatasi oleh ruang dan waktu.

Dalam segala hal kita terbatas, khususnya soal waktu. Henry Ford berkata: “Menurut pengamatan saya, banyak orang melangkah lebih ke depan ketika waktu disia-siakan orang lain.”

Kekayaan yang disia-siakan, kadang-kadang bisa diperoleh kembali; kesehatan yang disia-siakan, jarang diperoleh kembali; tetapi waktu yang disia-siakan, tidak pernah diperoleh kembali.(*)

Oleh:   Pdt. Edison Sinurat STh

Kolose 4:5
“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.”

Jika hidup sampai tujuh puluh tahun, rata-rata orang menggunakan waktu: 20 tahun untuk tidur, 20 tahun untuk bekerja, 6 tahun untuk makan, 7 tahun untuk bermain, 5 tahun untuk berpakaian, 1 tahun untuk bertelepon, 2 ½ tahun di tempat tidur, 3 tahun menunggu seseorang, 6 bulan mengikat tali sepatu, 2 ½ tahun untuk hal-hal lain (termasuk 1 ½ tahun di gereja). Disadur dari buku 24 jam dengan bijak, terbitan Metanoia.

Dua minggu yang lalu, setelah selesai pelayanan di Lapas Siantar, saya melanjutkan perjalanan menuju pulau Samosir, karena esok harinya pelayanan di Rutan Pangururan. Saya mengejar jadwal Fery penyeberangan dari Ajibata ke Tomok pada pukul 14.30. Sayang sekali, saya terlambat sekitar 5 menit, dan Fery yang terkenal dengan kedisiplinan jadwal itu, baru saja meninggalkan Ajibata. Beberapa pengendara mobil lain juga mengalami nasib seperti saya.
Kami harus menunggu sekitar tiga jam lagi untuk penyeberangan berikutnya. Saya harus kehilangan kesempatan untuk dapat menikmati indahnya pantai danau Toba di Tuktuk pada sore hari itu. Pengalaman tersebut mengingatkan saya betapa berharganya waktu itu. Semua kita pernah mengalami yang namanya terlambat.

Alkitab mengajarkan kepada kita untuk hidup bijaksana, menghargai waktu yang diberikan Tuhan. Ada banyak ayat-ayat Alkitab menyinggung soal ’waktu’. “…dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:16). Dari semua waktu yang telah kita lewati, berapa banyak yang kita habiskan dengan sia-sia?

Dalam bahasa Inggris, kalimat ’pergunakanlah waktu yang ada’ diartikan ‘redeeming the time’ yang berarti ’tebus waktu’ atau ’rebut waktu’. Sesungguhnya waktu yang telah lewat tidak akan kembali lagi, jadi pengertian ’tebus waktu’ menasihatkan kita untuk mengelola waktu yang ada di depan kita dengan sebaik-baiknya. Kalau di waktu lalu kita menghambur-hamburkan waktu, maka saat ini dan ke depan kita harus mengelolanya dengan bijaksana. Ingat! Waktu itu tidak akan kembali lagi. Kita hanya dapat ’mengurusi’ waktu di depan kita.

Musa dalam Mazmur 90:12 berdoa agar Tuhan ajari menghitung hari-harinya, supaya beroleh hati yang bijaksana.

Ia pernah ’kehilangan waktu’ di padang gurun selama 40 tahun setelah 40 tahun sebelumnya ia hidup di istana Firaun. Namun Tuhan masih member kesempatan baginya untuk melayani Tuhan, membebaskan bangsa Israel dari tanah perbudakan Mesir dan membawanya ke perbatasan tanah Kanaan yang ditempuh dalam waktu 40 tahun.

Di masa tuanya, dalam doanya, kita mendapat nasihat agar memiliki hati yang bijaksana. Setiap kesempatan yang dikaruniakan Tuhan harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Di bumi ini kita masih dibatasi oleh ruang dan waktu.

Dalam segala hal kita terbatas, khususnya soal waktu. Henry Ford berkata: “Menurut pengamatan saya, banyak orang melangkah lebih ke depan ketika waktu disia-siakan orang lain.”

Kekayaan yang disia-siakan, kadang-kadang bisa diperoleh kembali; kesehatan yang disia-siakan, jarang diperoleh kembali; tetapi waktu yang disia-siakan, tidak pernah diperoleh kembali.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/