28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Berjiwa Kristiani dan Nasionalis Sejati

Dr Johanes Leimena, Perintis Berdirinya GMKI

Hari Kebangkitan Nasional kembali mengingatkan kita untuk mensyukuri seluruh perjuangan para pendahulu bangsa ini dalam meraih kemerdekaan secara gigih berani.

Dengan kebanggan yang tinggi pula umat Kristen di Indonesia perlu mensyukuri tampilnya para tokoh Kristen yang turut membawa bangsa ini melalui berbagai macam persoalan, namun menghadapinya dengan kasih dan kesederhanaan seperti yang ditunjukkan Johanes Leimena.

Lahir dalam lingkungan keluarga berpendidikan di Desa Ema Ambon, politisi yang meraih gelar Doktor pada tahun 1939 dan akrab disapa “Oom Jo” ini mempunyai keresahan sosial yang tinggi memandang kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib Indonesia. Semangat inilah yang menginspirasinya dalam membentuk Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV), gerakan oikumenis mahasiswa cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950.

Dirilis Terang Indonesia, Leimena dikenal mempunyai ketenangan yang luar biasa, kritis, dan penuh tanggung jawab. Hal ini pula yang membuat Bung Karno selalu memilihnya sebagai pejabat presiden kala sang proklamator berkunjung ke luar negeri.

“Ambillah misalnya Leimena, saat bertemu dengannya aku merasakan rangsangan indra keenam, dan bila gelombang intuisi dari hati nurani yang begitu keras seperti itu menguasai diriku, aku tidak pernah salah. Aku merasakan dia adalah seorang yang paling jujur yang pernah kutemui,” seru Bung Karno.

Melihat beberapa pandangan Leimena mengenai hubungan gereja dan negara pun perlu kita tinjau hubungannya. Dirinya memandang bahwa negara berkewajiban menyelenggarakan/memelihara ketertiban itu, dengan demikian menjadi pegawai Allah. Karena Allah dalam Yesus Kristus adalah Tuhan dari dunia dan sorga, maka kekuasaan negara berasal dari Tuhan. Dan gereja harus turut serta menegakkan ketertiban tersebut di atas. Ia tidak dapat membagi kehidupannya ke dalam dua lapangan yang terpisah sama sekali: kehidupan batindan kehidupan politik, tetapi kerajaan Allah harus dikabarkan dalam semua lapangan kehidupan, juga dalam lapangan politik.

Baginya Indonesia adalah suatu bangsa majemuk di bawah satu ideologi, Pancasila. Pandangan seperti itu lah yang menggambarkan sosok ideal cendekiawan Indonesia ini , yang menyatukan dalam dirinya wawasan moral, keagamaan, kemanusiaan, nasionalisme, kepemimpinan, dan intelektualitas, yang dibingkai dalam sosok yang tenang, sederhana, dan rendah hati. Hal ini membuatnya resmi mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah pada tahun lalu.(jc/net)

Dr Johanes Leimena, Perintis Berdirinya GMKI

Hari Kebangkitan Nasional kembali mengingatkan kita untuk mensyukuri seluruh perjuangan para pendahulu bangsa ini dalam meraih kemerdekaan secara gigih berani.

Dengan kebanggan yang tinggi pula umat Kristen di Indonesia perlu mensyukuri tampilnya para tokoh Kristen yang turut membawa bangsa ini melalui berbagai macam persoalan, namun menghadapinya dengan kasih dan kesederhanaan seperti yang ditunjukkan Johanes Leimena.

Lahir dalam lingkungan keluarga berpendidikan di Desa Ema Ambon, politisi yang meraih gelar Doktor pada tahun 1939 dan akrab disapa “Oom Jo” ini mempunyai keresahan sosial yang tinggi memandang kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib Indonesia. Semangat inilah yang menginspirasinya dalam membentuk Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV), gerakan oikumenis mahasiswa cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950.

Dirilis Terang Indonesia, Leimena dikenal mempunyai ketenangan yang luar biasa, kritis, dan penuh tanggung jawab. Hal ini pula yang membuat Bung Karno selalu memilihnya sebagai pejabat presiden kala sang proklamator berkunjung ke luar negeri.

“Ambillah misalnya Leimena, saat bertemu dengannya aku merasakan rangsangan indra keenam, dan bila gelombang intuisi dari hati nurani yang begitu keras seperti itu menguasai diriku, aku tidak pernah salah. Aku merasakan dia adalah seorang yang paling jujur yang pernah kutemui,” seru Bung Karno.

Melihat beberapa pandangan Leimena mengenai hubungan gereja dan negara pun perlu kita tinjau hubungannya. Dirinya memandang bahwa negara berkewajiban menyelenggarakan/memelihara ketertiban itu, dengan demikian menjadi pegawai Allah. Karena Allah dalam Yesus Kristus adalah Tuhan dari dunia dan sorga, maka kekuasaan negara berasal dari Tuhan. Dan gereja harus turut serta menegakkan ketertiban tersebut di atas. Ia tidak dapat membagi kehidupannya ke dalam dua lapangan yang terpisah sama sekali: kehidupan batindan kehidupan politik, tetapi kerajaan Allah harus dikabarkan dalam semua lapangan kehidupan, juga dalam lapangan politik.

Baginya Indonesia adalah suatu bangsa majemuk di bawah satu ideologi, Pancasila. Pandangan seperti itu lah yang menggambarkan sosok ideal cendekiawan Indonesia ini , yang menyatukan dalam dirinya wawasan moral, keagamaan, kemanusiaan, nasionalisme, kepemimpinan, dan intelektualitas, yang dibingkai dalam sosok yang tenang, sederhana, dan rendah hati. Hal ini membuatnya resmi mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah pada tahun lalu.(jc/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/