29 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Tomcat Bukan Penggenapan Wahyu

Wabah Serangga Mirip Kalajengking Jadi Pembahasan Umat Tuhan

Wahyu 9:3-5, 10
Dan dari asap itu berkeluaranlah belalang-belalang ke atas bumi dan kepada mereka diberikan kuasa sama seperti kuasa kalajengking-kalajengking di bumi.
Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusakkan rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di dahinya.
Dan mereka diperkenankan bukan untuk membunuh manusia, melainkan hanya untuk menyiksa mereka lima bulan lamanya, dan siksaan itu seperti siksaan kalajengking, apabila ia menyengat manusia.
Dan ekor mereka sama seperti kalajengking dan ada sengatnya, dan di dalam ekor mereka itu terdapat kuasa mereka untuk menyakiti manusia, lima bulan lamanya.

Fenomena serangga tomcat yang menghebohkan masyarakat di Surabaya, oleh sebagian orang dikaitkan dengan kitab Wahyu. Saat ini kehebohan bahkan hamper mencapai Jakarta. “Tinggal 20 kilometer lagi, serangan tomcat akan masukibukota,” demikian televisi swasta mengabarkan, Jumat (25/3).

Dari berita yang menyebar lewat Blackberry Messenger (BBM),  serangan ini disebut-sebut sebagai penggenapan Firman yang tertulis di Wahyu 9:3-5 dan ayat 10 diadopsi untuk menyatakan bahwa serangga tomcat adalah pertanda akhir zaman.

Lewat pesan di BBM, serangan ini menjadi pembahasan alot para penggiat Firman. Bahkan, di jejaring sosial lain dan di dunia maya, serangan tomcat yang dihubungkan dengan Wahyu  9 inim enjadi trending topic.

Benarkah tomcat terkait Wahyu 9? Berikut beberapa pendapat para hamba Tuhan.

Pdm Edison Sinurat STh berpandangan, tidak setuju dengan pandangan demikian. “Agak terlalu dipaksakan . Tidak ada hubungan tomcat dengan Wahyu 9. Walau kita harus tetap mewaspadainya sebagai tanda-tanda akhir zaman,” ujar pengajar Kitab Wahyu di Sekolah Tinggi Alkitab Purbasari di Simalungun ini kemarin (23/3).

Dipaparkannya, penggenapan Wahyu 9 terjadi saat gereja-gereja Tuhan dan umatNya sudah diselamatkan. Serangan itu akan mengarah kepada mereka-mereka yang belum dimaterai Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus di dahinya. “Kalau tomcat ini kan menyerang siapa saja. Dan orang-orang percaya pun belum terangkat. Jadi saya kira belum kea rah sana,” sebut salah satu pelayan di GPdI ini.

Dijelaskannya, Wahyu 9 akan digenapi menjelang kedatangan Yesus kedua kali, saat pemerintahan antikristus selama 3,5 tahun. Saat itu aka nada penganiayaan besar. Lantas, kapan itu terjadi? “Tidak ada yang tahu, hanya Bapa yang tahu seperti tertulis di Matius 24,” katanya dengan pasti dan meminta umat Tuhan terus berjaga.

Pendapat hamper serupa disebutkan JP Simamora, orang yang bergelut di bidang teologia. Menurut Simamora, apa yang tertulis di kitab Wahyu tentang binatang yang menyerupai belalang dan kalajengking memang akan digenapi, namun hal itu bukanlah apa yang terjadi saat ini.

“Tujuh materai saja belum semua digenapi, padahal apa yang dikaitkan dengan fenomena tomcat itu sudah masuk peniupan sangkakala. Jadi apa yang terjadi saat ini belum apa-apa dan masih ada yang lebih hebat lagi nantinya,” ungkap koordinator konselor program televisi Onecubed.tv.
Simamora memastikan, semua yang tertulis di kitab Wahyu memang akan digenapi, namun menurutnya hal itu tidaklah leterlek atau sama persis dengan teks. Dia mengambil contoh tentang binatang buas, menurutnya saat ini binatang buas yang dimaksud kitab Wahyu bukanlah harimau, macan, singa dan lain sebagainya yang notabene sudah bisa dikendalikan oleh manusia, tetapi lebih kepada virus-virus yang mematikan yang belum bisa dikalahkan oleh manusia.

“Binatang buas yang di kitab Wahyu lebih cenderung kepada virus, bakteri, bahkan nyamuk,” jelas Simamora.

Walaupun demikian, Simamora mengungkapkan bahwa fenomena tomcat ini sebagai peringatan bahwa Tuhan akan menggenapi apa yang tertulis di kitab Wahyu. Simamora menghimbau agar masyarakat merespon hal ini dengan bijaksana dan menggunakan kesempatan ini untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan.

Hal yang sama juga disampaikan Daniel Salim, segmen producer program televisi SOLUSI. Menurutnya, jika tidak hati-hati dalam mengaitkan fenomena-fenomena tertentu dengan kitab Wahyu, justru akan membuat kitab Wahyu kehilangan karismanya.

“Kalau sudah di blow up secara berlebihan tapi ternyata tidak terjadi apa-apa, dan lewat begitu saja, nanti kitab Wahyu bisa dianggap sebelah mata dan kehilangan kharismanya. Lalu saat tanda-tanda itu benar terjadi, orang-orang sudah terlanjur tidak percaya,” ungkap Daniel.
Tanpa dihubungkan dengan fenomena tomcat ataupun fenomena-fenomena lainnya, sebagai orang Kristen kita harus sadar bahwa Yesus akan datang untuk kedua kalinya untuk itu kita harus berjaga-jaga, karena hari Tuhan akan datang seperti seorang pencuri.(tms/jc)

Wabah Serangga Mirip Kalajengking Jadi Pembahasan Umat Tuhan

Wahyu 9:3-5, 10
Dan dari asap itu berkeluaranlah belalang-belalang ke atas bumi dan kepada mereka diberikan kuasa sama seperti kuasa kalajengking-kalajengking di bumi.
Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusakkan rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di dahinya.
Dan mereka diperkenankan bukan untuk membunuh manusia, melainkan hanya untuk menyiksa mereka lima bulan lamanya, dan siksaan itu seperti siksaan kalajengking, apabila ia menyengat manusia.
Dan ekor mereka sama seperti kalajengking dan ada sengatnya, dan di dalam ekor mereka itu terdapat kuasa mereka untuk menyakiti manusia, lima bulan lamanya.

Fenomena serangga tomcat yang menghebohkan masyarakat di Surabaya, oleh sebagian orang dikaitkan dengan kitab Wahyu. Saat ini kehebohan bahkan hamper mencapai Jakarta. “Tinggal 20 kilometer lagi, serangan tomcat akan masukibukota,” demikian televisi swasta mengabarkan, Jumat (25/3).

Dari berita yang menyebar lewat Blackberry Messenger (BBM),  serangan ini disebut-sebut sebagai penggenapan Firman yang tertulis di Wahyu 9:3-5 dan ayat 10 diadopsi untuk menyatakan bahwa serangga tomcat adalah pertanda akhir zaman.

Lewat pesan di BBM, serangan ini menjadi pembahasan alot para penggiat Firman. Bahkan, di jejaring sosial lain dan di dunia maya, serangan tomcat yang dihubungkan dengan Wahyu  9 inim enjadi trending topic.

Benarkah tomcat terkait Wahyu 9? Berikut beberapa pendapat para hamba Tuhan.

Pdm Edison Sinurat STh berpandangan, tidak setuju dengan pandangan demikian. “Agak terlalu dipaksakan . Tidak ada hubungan tomcat dengan Wahyu 9. Walau kita harus tetap mewaspadainya sebagai tanda-tanda akhir zaman,” ujar pengajar Kitab Wahyu di Sekolah Tinggi Alkitab Purbasari di Simalungun ini kemarin (23/3).

Dipaparkannya, penggenapan Wahyu 9 terjadi saat gereja-gereja Tuhan dan umatNya sudah diselamatkan. Serangan itu akan mengarah kepada mereka-mereka yang belum dimaterai Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus di dahinya. “Kalau tomcat ini kan menyerang siapa saja. Dan orang-orang percaya pun belum terangkat. Jadi saya kira belum kea rah sana,” sebut salah satu pelayan di GPdI ini.

Dijelaskannya, Wahyu 9 akan digenapi menjelang kedatangan Yesus kedua kali, saat pemerintahan antikristus selama 3,5 tahun. Saat itu aka nada penganiayaan besar. Lantas, kapan itu terjadi? “Tidak ada yang tahu, hanya Bapa yang tahu seperti tertulis di Matius 24,” katanya dengan pasti dan meminta umat Tuhan terus berjaga.

Pendapat hamper serupa disebutkan JP Simamora, orang yang bergelut di bidang teologia. Menurut Simamora, apa yang tertulis di kitab Wahyu tentang binatang yang menyerupai belalang dan kalajengking memang akan digenapi, namun hal itu bukanlah apa yang terjadi saat ini.

“Tujuh materai saja belum semua digenapi, padahal apa yang dikaitkan dengan fenomena tomcat itu sudah masuk peniupan sangkakala. Jadi apa yang terjadi saat ini belum apa-apa dan masih ada yang lebih hebat lagi nantinya,” ungkap koordinator konselor program televisi Onecubed.tv.
Simamora memastikan, semua yang tertulis di kitab Wahyu memang akan digenapi, namun menurutnya hal itu tidaklah leterlek atau sama persis dengan teks. Dia mengambil contoh tentang binatang buas, menurutnya saat ini binatang buas yang dimaksud kitab Wahyu bukanlah harimau, macan, singa dan lain sebagainya yang notabene sudah bisa dikendalikan oleh manusia, tetapi lebih kepada virus-virus yang mematikan yang belum bisa dikalahkan oleh manusia.

“Binatang buas yang di kitab Wahyu lebih cenderung kepada virus, bakteri, bahkan nyamuk,” jelas Simamora.

Walaupun demikian, Simamora mengungkapkan bahwa fenomena tomcat ini sebagai peringatan bahwa Tuhan akan menggenapi apa yang tertulis di kitab Wahyu. Simamora menghimbau agar masyarakat merespon hal ini dengan bijaksana dan menggunakan kesempatan ini untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan.

Hal yang sama juga disampaikan Daniel Salim, segmen producer program televisi SOLUSI. Menurutnya, jika tidak hati-hati dalam mengaitkan fenomena-fenomena tertentu dengan kitab Wahyu, justru akan membuat kitab Wahyu kehilangan karismanya.

“Kalau sudah di blow up secara berlebihan tapi ternyata tidak terjadi apa-apa, dan lewat begitu saja, nanti kitab Wahyu bisa dianggap sebelah mata dan kehilangan kharismanya. Lalu saat tanda-tanda itu benar terjadi, orang-orang sudah terlanjur tidak percaya,” ungkap Daniel.
Tanpa dihubungkan dengan fenomena tomcat ataupun fenomena-fenomena lainnya, sebagai orang Kristen kita harus sadar bahwa Yesus akan datang untuk kedua kalinya untuk itu kita harus berjaga-jaga, karena hari Tuhan akan datang seperti seorang pencuri.(tms/jc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/