31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

1 September, Hari Doa Perdamaian

Dewan Gereja-Gereja Dunia menyerukan kepada gereja-gereja dan jemaat di seluruh dunia untuk ikut serta dalam Hari Doa Perdamaian Internasional yang jatuh pada 21 September mendatang. Hari tersebut bertepatan dengan Hari Perdamaian Internasional yang diprakarsai oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Di tanggal itu, para peserta secara khusus diundang untuk berdoa dan bertindak bersama-sama mewujudkan perdamaian di masyarakat, bangsa dan dunia.
Doa dari berbagai belahan dunia akan dibagikan melalui cara online, termasuk Facebook dan Twitter. Orang yang tidak aktif pada media-media sosial ini dapat membagikan doa mereka melalui email.

Doa untuk Perdamaian ini mengangkat keseluruhan aspek yang ada di tengah kehidupan masyarakat dan bernegara yakni sosial, ekonomi, ekologi, dan bahkan politik-militer.

Tahun lalu, rantai Doa untuk Perdamaian mengelilingi ke sejumlah negara di dunia yakni dimulai dari Kuba, lalu ke Fiji, setelah itu ke Indonesia, Rwanda, Jerman dan terakhir adalah ke Kanada.

Kegiatan Hari Doa Perdamaian Internasional dimulai sejak 2004 lalu. Acara tersebut diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan antara pimpinan Dewan Gereja-Gereja Dunia dengan PBB di tahun itu juga.

Mari gereja-gereja Tuhan di Indonesia, kita kembali turut ambil ambil bagian berdoa di Hari Doa Perdamaian Internasional ini. Percayalah, doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan pasti memberi dampak yang besar khususnya bagi perdamaian dunia.

Bersatu di Bawah Ancaman Perang

Perang yang masih berkecamuk di Suriah membuat jutaan penduduk mengungsi untuk keluar dari rezim yang kini sangat diinginkan untuk turun tersebut. Banyak umat Kristen yang turut dalam pengungsian itu.

Namun tidak sedikit pula yang tetap bertahan di Suriah untuk saling menguatkan dan menjaga sesama yang tidak mampu mengungsi.

Menurut Open Doors, banyak dari para umat Kristen yang tetap di Suriah karena beberapa faktor yang membuat mereka tidak bisa meninggalkan negara yang terus membara oleh perang tersebut. “Kami tak percaya kalau ratusan ribu umat Kristen telah meninggalkan negara ini. Banyak yang tetap tinggal karena mereka tak tahu harus pergi kemana. Hanya orang-orang kaya yang bisa pergi ke Libanon. Di antara para pengungsi ada beberapa orang Kristen, tapi jumlah mereka pastinya tidak mencapai ratusan ribu.”

Yang lebih mengharukan lagi adalah kabar para pemimpin jemaat dan pendeta yang tetap teguh dan berkeras tinggal di Suriah untuk menemani, memberikan penguatan dan menolong jemaat yang tertahan disana.

“Beberapa dari mereka telah diberi nasehat oleh keluarga yang pergi, untuk segera meninggalkan Suriah. Tapi mereka menolak, mereka tetap ingin tinggal dan melayani orang-orang.”

Tetap tinggalnya mereka yang ingin melayani di Suriah disaat perang berkecamuk, merupakan kabar baik bagi siapapun yang terjebak disana. Gereja-gereja tetap menjangkau banyak orang dan melayani dengan setia. Kabar Injil dibagikan dan orang-orang menerima dengan baik.

“Jemaat gereja melakukan kunjungan ke rumah-rumah dan memberikan bantuan medis serta membagikan makanan dan bahan-bahan lain dan terkadang juga membantu para pengungsi dengan membayar sewa mereka. Banyak pengungsi yang ditinggalkan dan merasa malu akan penderitaan yang mereka alami.”

Marilah kita terus ikut mendoakan situasi di Suriah agar berangsur baik dan para pemimpin jemaat berikut pendeta yang melayani disana terus meneguhkan hati dan bertekun didalam Firman Tuhan, berikut para jemaat yang kini dirundung rasa cemas dan khawatir akan perang yang belum juga berakhir.(jc/tms)

Dewan Gereja-Gereja Dunia menyerukan kepada gereja-gereja dan jemaat di seluruh dunia untuk ikut serta dalam Hari Doa Perdamaian Internasional yang jatuh pada 21 September mendatang. Hari tersebut bertepatan dengan Hari Perdamaian Internasional yang diprakarsai oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Di tanggal itu, para peserta secara khusus diundang untuk berdoa dan bertindak bersama-sama mewujudkan perdamaian di masyarakat, bangsa dan dunia.
Doa dari berbagai belahan dunia akan dibagikan melalui cara online, termasuk Facebook dan Twitter. Orang yang tidak aktif pada media-media sosial ini dapat membagikan doa mereka melalui email.

Doa untuk Perdamaian ini mengangkat keseluruhan aspek yang ada di tengah kehidupan masyarakat dan bernegara yakni sosial, ekonomi, ekologi, dan bahkan politik-militer.

Tahun lalu, rantai Doa untuk Perdamaian mengelilingi ke sejumlah negara di dunia yakni dimulai dari Kuba, lalu ke Fiji, setelah itu ke Indonesia, Rwanda, Jerman dan terakhir adalah ke Kanada.

Kegiatan Hari Doa Perdamaian Internasional dimulai sejak 2004 lalu. Acara tersebut diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan antara pimpinan Dewan Gereja-Gereja Dunia dengan PBB di tahun itu juga.

Mari gereja-gereja Tuhan di Indonesia, kita kembali turut ambil ambil bagian berdoa di Hari Doa Perdamaian Internasional ini. Percayalah, doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan pasti memberi dampak yang besar khususnya bagi perdamaian dunia.

Bersatu di Bawah Ancaman Perang

Perang yang masih berkecamuk di Suriah membuat jutaan penduduk mengungsi untuk keluar dari rezim yang kini sangat diinginkan untuk turun tersebut. Banyak umat Kristen yang turut dalam pengungsian itu.

Namun tidak sedikit pula yang tetap bertahan di Suriah untuk saling menguatkan dan menjaga sesama yang tidak mampu mengungsi.

Menurut Open Doors, banyak dari para umat Kristen yang tetap di Suriah karena beberapa faktor yang membuat mereka tidak bisa meninggalkan negara yang terus membara oleh perang tersebut. “Kami tak percaya kalau ratusan ribu umat Kristen telah meninggalkan negara ini. Banyak yang tetap tinggal karena mereka tak tahu harus pergi kemana. Hanya orang-orang kaya yang bisa pergi ke Libanon. Di antara para pengungsi ada beberapa orang Kristen, tapi jumlah mereka pastinya tidak mencapai ratusan ribu.”

Yang lebih mengharukan lagi adalah kabar para pemimpin jemaat dan pendeta yang tetap teguh dan berkeras tinggal di Suriah untuk menemani, memberikan penguatan dan menolong jemaat yang tertahan disana.

“Beberapa dari mereka telah diberi nasehat oleh keluarga yang pergi, untuk segera meninggalkan Suriah. Tapi mereka menolak, mereka tetap ingin tinggal dan melayani orang-orang.”

Tetap tinggalnya mereka yang ingin melayani di Suriah disaat perang berkecamuk, merupakan kabar baik bagi siapapun yang terjebak disana. Gereja-gereja tetap menjangkau banyak orang dan melayani dengan setia. Kabar Injil dibagikan dan orang-orang menerima dengan baik.

“Jemaat gereja melakukan kunjungan ke rumah-rumah dan memberikan bantuan medis serta membagikan makanan dan bahan-bahan lain dan terkadang juga membantu para pengungsi dengan membayar sewa mereka. Banyak pengungsi yang ditinggalkan dan merasa malu akan penderitaan yang mereka alami.”

Marilah kita terus ikut mendoakan situasi di Suriah agar berangsur baik dan para pemimpin jemaat berikut pendeta yang melayani disana terus meneguhkan hati dan bertekun didalam Firman Tuhan, berikut para jemaat yang kini dirundung rasa cemas dan khawatir akan perang yang belum juga berakhir.(jc/tms)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/