32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Mabes Polri Diserang: JAD Diduga Utus Perempuan

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Markas Besar (Mabes) Polri diserang terduga teroris, Rabu (31/3) sore. Pelaku berjenis kelamin perempuan itu membawa senjata api jenis pistol dan berpakaian serba hitam. Dia berhasil ditembak mati oleh aparat kepolisian. Aksi teror di Mabes Polri tersebut diduga sebagai aksi balas dendam dari jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dengan mengutus seorang perempuan.

DARI rekaman video amatir yang beredar, perempuan terduga teroris yang diketahui berinisial ZA itu menyelinap masuk ke kompleks Markas Besar Polri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia terlihat mendekati kantor Kapolri, Listyo Sigit Prabowo. Ada dugaan, pelaku ini mengincar Kapolri.

Perempuan itu terlihat mengenakan kerudung berwarna biru dan pakaian panjang berwarna hitam. Teroris ini awalnya terlihat membawa map berwarna kuning.

Saat berada beberapa langkah dari kantor Kapolri, perempuan itu terlihat mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Badannya juga memperlihatkan pose memegang senjata. Kemudian, perempuan itu mendekati pos penjagaan di depan kantor Kapolri. Ia tampak mengacungkan senjata berjenis pistol ke arah polisi yang berjaga.

Tak lama, dua orang petugas kepolisian muncul dari dekat pos penjagaan. Perempuan itu pun menodongkan pistolnya ke arah dua polisi itu hingga mereka mundur bersembunyi.

Perempuan penyerang Mabes Polri itu terlihat mengecek para petugas yang berjaga. Entah mengapa, ia terlihat mundur dari kantor itu sambil tetap mengacungkan pistolnya.

Petugas keamanan yang berjaga terlihat mengawasi agak jauh perempuan itu dan melaporkan situasi. Setelah itu, polisi mulai melancarkan tujuh kali tembakan ke arah perempuan itu.

Perempuan itu terlihat terus mengacungkan pistolnya ke kiri dan kanan. Ia juga mundur ke tempat terbuka hingga sebuah tembakan dari tim Gegana membunuhnya. Penyerang itu terlihat telungkup dan menjatuhkan map serta pistol yang ia bawa.

Setelah penyerangan itu, gedung Mabes Polri di Jalan Trunojoyo tertutup untuk umum. Pihak kepolisian juga meminta awak media-awak media menunggu di luar. Tim gegana telah mengangkut jenazah pelaku penyerangan. Pihak kepolisian sedang mengidentifikasi lebih lanjut identitas pelaku.

Jenazah terduga teroris itu dibawa ke RS Polri Kramat Jati sekitar pukul 19.20 WIB. Jenazah itu dibawa oleh mobil ambulance Dokkes Polri. Kini situasi di Kompleks Mabes Polri mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Pasukan Brimob bersenjata, mobil gegana hingga kendaraan taktis disiagakan di depan area Mabes Polri.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan kronologis penyerangan terduga teroris berinisial ZA (25), di Kompleks Mabes Polri, sekitar pukul 16.30 WIB. Menurut Listyo, penembakan tegas dan terukur dilakukan aparat kepolisian terhadap pelaku terorisme tersebut.

Listyo mengungkapkan, ZA mendatangi Kompleks Mabes Polri sekitar pukul 16.30 WIB. Perempuan yang mengenakan gamis hitam dengan kerudung biru terlebih dahulu menanyakan kepada aparat yang berjaga mengenai pos jaga.

“Kurang lebih jam 16.30 tadi ada seorang wanita yang berjalan masuk dari pintu belakang, kemudian yang bersangkutan mengarah ke pos gerbang utama yang ada di Mabes Polri,” kata Listyo dalam konferensi pers di Mabes Polri, tadi malam.

“Yang bersangkutan kemudian menanyakan, dimana keberadaan kantor pos dan kemudian diberikan pelayanan oleh anggota. Kemudian ditunjukkan arah kantor pos tersebut,” sambungnya.

Setelah diberi tahu letak kantor pos penjagaan, pelaku melakukan penyerangan terhadap aparat kepolisian. “Kemudian wanita tersebut meninggalkan pos namun kemudian kembali dan melakukan penyerangan anggota terhadap anggota yang ada di pos jaga dengan melakukan penembakan sebanyak enam kali, dua kali kepada anggota yang di dalam pos, dua kali yang ada di luar, dan menembak lagi kepada anggota yang di belakangnya,” ujar Listyo.

Mengetahui aparat yang berjaga diserang, aparat kemudian melakukan tindakan tegas dan terukur kepada ZA. Wanita kelahiran 14 September 1995 seketika tewas terkena timah panas petugas.

“Terhadap tindakan tersebut, dilakukan tindakan tegas terukur,” pungkas Listyo.

Sebelumnya, menurut Ari, seorang juru parkir di Mabes Polri, perempuan terduga teroris itu menerobos masuk Mabes Polri, datang bersama seorang lelaki menggunakan sebuah mobil berwarna silver. Keduanya masuk melalui pintu belakang Mabes Polri. “Yang saya lihat mereka pakai mobil,” katanya.

Ari mengaku lupa merek mobil yang digunakan terduga teroris itu. Namun, ia ingat warna mobil tersebut. “Pokoknya minibus gitu, warna silver,” ujar dia.

Ari pun mengaku tidak melihat mobil terduga teroris masuk melalui pintu utama. “Kayaknya dia masuk dari pintu belakang, yang dekat PUPR. Saya kan di sini (pintu utama) dari pagi, itu saya nggak lihat,” tutur Ari.

Menurut dia, kedua teroris tersebut merupakan laki-laki dan perempuan. “Ada dua yang saya lihat, laki-laki satu, perempuan satu,” kata Ari di lokasi.

Namun, lanjut Ari, hanya terduga teroris perempuan yang melakukan penyerangan. “Yang turun dari mobil si perempuannya, dia bawa senjata, cuma saya nggak tahu jenisnya apa,” ujar dia.

Sementara itu, Ari menyebut terduga teroris laki-laki tidak turun dari mobil. Ia menjelaskan, peristiwa penyerangan oleh orang tak dikenal yang diduga teroris itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIB.

Ketika itu, Ari sedang memindahkan mobil milik anggota Polri. Mobil tersebut terparkir tepat di depan Mabes Polri. Tak lama kemudian, ia mendengar suara tembakan dari area parkir Mabes Polri.

“Setelah tembakan pertama, saya keluar dari mobil. Itu saya lihat langsung terorisnya,” ujar Ari saat ditemui di lokasi.

Menurut Ari, terduga teroris itu merupakan seorang perempuan. Ia juga membawa senjata api. “Dia sempat nembak dua sampai tiga kali di parkiran,” ujar dia.

Setelah itu, sambungnya, terduga teroris tersebut lari ke arah lobi utama Mabes Polri. “Kejar-kejaran tuh dari parkiran sampai lobi. Nah kenanya di dekat lobi si terorisnya,” ucap Ari.

Pelaku Anggota Klub Menembak

Belakangan, identitas perempuan bersenjata terduga teroris yang menyerang Mabes Polri mulai terungkap. Berdasarkan informasi yang diperoleh, perempuan tersebut diketahui berinisial ZA, kelahiran Jakarta 14 September 1995, golongan darah O.

Perempuan berusia sekitar 25 tahun ini beralamat di salah satu gang di Jalan Lapangan Tembak, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Adapun status perempuan tersebut belum kawin. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini diketahui merupakan pelajar/mahasiswa.

ZA juga diketahui menjadi anggota salah satu klub menembak di Jakarta. Perempuan berusia 25 tahun itu mengantongi kartu tanda anggota (KTA) klub menembak berwarna oranye dan kuning.

Foto pelaku berinisial ZA terpampang di sudut kanan bawah kartu.

Dalam identitasnya tersebut diduga pelaku adalah anggota Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin). Dewan Penasihat PB Perbakin, Bambang Soesatyo mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan, hasilnya pelaku teror tersebut bukanlah anggota dari Perbakin. “Setelah saya cek di database Perbakin, yang bersangkutan tidak terdaftar,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet ini kepada wartawan, Rabu (31/3).

Menurut Ketua MPR ini, dari identitas kartu yang ditemukan, pelaku teror ikut dalam komunitas penembak airsoft gun. “KTA-nya keganggotaan club nembak airsoft gun,” katanya.

Bamsoet menjelaskan, untuk menjadi Anggota Perbakin harus mengikuti serangkaian test dan keahlian yang ketat. Setiap anggota yang sudah terdaftar menjadi anggota. Maka di kartunya tersebut ada tiga jenis kode. Pertama TS adalah tembak sasaran. Kemudian kedua TR adalah tembak reaksi, dan ketiga dengan kode B yakni berburu. “Untuk menjadi anggota Perbakin harus ikut penataran dan tes keahlian,” ungkapnya.

Sementara, aparat kepolisian terlihat mendatangi kediaman pelaku, tadi malam sekira pukul 20.19 WIB. Di dalam rumah, aparat kepolisian dari Polres Metro Jakarta Timur tengah memeriksa keluarga pelaku. Pemeriksaan sempat dipantau Kepala Polres Metro Jakarta Timur Kombes (Pol) Erwin Kurniawan. Namun, Erwin meninggalkan lokasi pada pukul 20.00 WIB. Pemeriksaan pun dilanjutkan oleh penyidik. Ketua RT, Ketua RW dan pimpinan Satpol PP Kelurahan Ciracas tampak mendampingi pemeriksaan itu.

Hingga berita ini diturunkan, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo belum hadir untuk melakukan jumpa pers terkait aksi teror di kantornya sore tadi. Podium yang sebelumnya disiapkan telah diganti menjadi meja panjang dengan tiga kursi di belakangnya.

Sementara, kendaran Mobile Command Control (MCC) milik Brimob Polri dikerahkan. Kendaraan canggih itu datang bersama tujuh kendaraan barracuda pun siaga di depan Gedung Mabes Polri.

Pantauan di lokasi, kendaraan MCC itu tiba dikawal dengan satu kendaraan di depan dan sejumlah kendaraan lain di belakang. Kemudian kendaraan MCC tersebut parkir tepat di depan Gedung Rupatama Mabes Polri.

MCC merupakan kendaraan taktis berteknologi modern yang berfungsi sebagai pusat integrasi komunikasi dan komando pengendalian, antara komandan operasi dengan prajurit atau personel di lapangan. Alat itu berguna baik di medan pertempuran maupun perkotaan.

JAD Balas Dendam

Pengamat Terorisme Al Chaidar menilai, aksi teror di Mabes Polri tersebut merupakan aksi balas dendam dari jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). “Iya ini memang berasal dari jaringan kelompok JAD. Ini merupakan pasukan yang disuruh oleh kelompok JAD, yang diutus itu perempuan,” ujar Al Chaidar kepada JawaPos.com (grup Sumut Pos), Rabu (31/3).

Al Chaidar menyebut, ciri-ciri teroris jaringan JAD adalah menggunakan bomber perempuan atau keluarga. “Memang yang dipersiapkan itu kebanyakan kalau tidak keluarga ya perempuan. Karena, mereka banyak merekrut perempuan,” ungkapnya.

Dipilihnya perempuan sebagai bomber, menurut Chaidar, karena jumlahnya cukup banyak. “Kelompok JAD suka merekrut perempuan, karena perempuan adalah senjata yang dianggap paling efektif untuk saat ini. Jumlah mereka cukup banyak,” kata dia.

Selain itu, perempuan juga mudah dipengaruhi oleh ucapan-ucapan manis. Biasanya banyak di antara mereka mengalami kekurangan spiritual dan juga kekurangan ilmu agama,” jelasnya.

Kata dia, penyerangan ini disinyalir akibat pihak kepolisian yang terus membekuk kelompok tersebut di sejumlah wilayah. Mulai dari Makassar, Sumut hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). “Ini merupakan tindakan balasan atas apa yang terjadi di Makassar, di Condet, Bekasi, di Tangerang, di mana-mana kan ditangkap, di NTB juga,” tuturnya.

Menurut Chaidar, tindakan terorisme ke depannya akan terus berlanjut. “Mereka memang berencana untuk menyerang ke semua institusi,” pungkasnya.

Lantas, bagaimana pelaku bisa masuk ke Mabes Polri, Al Chaidar menduga, pelaku masuk dari pintu belakang. Pasalnya, penjagaan disinyalir rendah. “Iya kalau lewat pintu belakang bisa saja, dalam situasi pandemi kan sepi,” jelasnya.

Chaidar pun meminta agar pihak kepolisian mulai bersiaga menghadapi tindak terorisme lanjutan. “Saya kira harus ditingkatkan kewaspadaan itu untuk menghadapi situasi seperti ini,” pungkasnya.

Saat ini, Tim Detasemen Khusus 88 tengah memeriksa saksi berjenis kelamin pria. Hingga saat ini belum ada keterangan resmi mengenai aksi penyerangan ini.

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyebut, serangan terhadap markas Polisi itu sebagai sesuatu yang direncanakan. Menurut dia, serangan itu bukan sebatas ingin memviktimisasi polisi.

“Kata nekad mengesankan pelaku tidak pakai kalkulasi. Saya justru membayangkan ini lebih dari itu. Pelaku pasti bisa membayangkan risiko yang akan dia hadapi saat menyerang di pusat jantung lembaga kepolisian. Jadi, serangan tersebut sekaligus merupakan aksi terencana untuk bunuh diri (suicide by cops),” ujar Reza.

Sisi lain, kata dia, apakah setiap serangan termasuk penembakan terhadap polisi bisa disebut sebagai aksi teror? Reza menjelaskan, di Amerika Serikat, mengacu The Serve and Protection Act, serangan terhadap aparat penegak hukum disebut sebagai hate crime. “Di sana bukan terrorism. Di Indonesia boleh beda, tentunya,” ucap Reza.

Penyebutan hate crime, lanjut dia, menunjukkan bahwa pelaku penembakan yang menyasar polisi tidak serta-merta disikapi sebagai (terduga) teroris. Butuh kecermatan spesifik kejadian per kejadian. “Ini untuk memprosesnya secara hukum dengan pasal yang tepat sekaligus menangkal kejadian berikutnya secara tepat sasaran,” tutur Reza. (jpc/bbs)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Markas Besar (Mabes) Polri diserang terduga teroris, Rabu (31/3) sore. Pelaku berjenis kelamin perempuan itu membawa senjata api jenis pistol dan berpakaian serba hitam. Dia berhasil ditembak mati oleh aparat kepolisian. Aksi teror di Mabes Polri tersebut diduga sebagai aksi balas dendam dari jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dengan mengutus seorang perempuan.

DARI rekaman video amatir yang beredar, perempuan terduga teroris yang diketahui berinisial ZA itu menyelinap masuk ke kompleks Markas Besar Polri di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia terlihat mendekati kantor Kapolri, Listyo Sigit Prabowo. Ada dugaan, pelaku ini mengincar Kapolri.

Perempuan itu terlihat mengenakan kerudung berwarna biru dan pakaian panjang berwarna hitam. Teroris ini awalnya terlihat membawa map berwarna kuning.

Saat berada beberapa langkah dari kantor Kapolri, perempuan itu terlihat mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Badannya juga memperlihatkan pose memegang senjata. Kemudian, perempuan itu mendekati pos penjagaan di depan kantor Kapolri. Ia tampak mengacungkan senjata berjenis pistol ke arah polisi yang berjaga.

Tak lama, dua orang petugas kepolisian muncul dari dekat pos penjagaan. Perempuan itu pun menodongkan pistolnya ke arah dua polisi itu hingga mereka mundur bersembunyi.

Perempuan penyerang Mabes Polri itu terlihat mengecek para petugas yang berjaga. Entah mengapa, ia terlihat mundur dari kantor itu sambil tetap mengacungkan pistolnya.

Petugas keamanan yang berjaga terlihat mengawasi agak jauh perempuan itu dan melaporkan situasi. Setelah itu, polisi mulai melancarkan tujuh kali tembakan ke arah perempuan itu.

Perempuan itu terlihat terus mengacungkan pistolnya ke kiri dan kanan. Ia juga mundur ke tempat terbuka hingga sebuah tembakan dari tim Gegana membunuhnya. Penyerang itu terlihat telungkup dan menjatuhkan map serta pistol yang ia bawa.

Setelah penyerangan itu, gedung Mabes Polri di Jalan Trunojoyo tertutup untuk umum. Pihak kepolisian juga meminta awak media-awak media menunggu di luar. Tim gegana telah mengangkut jenazah pelaku penyerangan. Pihak kepolisian sedang mengidentifikasi lebih lanjut identitas pelaku.

Jenazah terduga teroris itu dibawa ke RS Polri Kramat Jati sekitar pukul 19.20 WIB. Jenazah itu dibawa oleh mobil ambulance Dokkes Polri. Kini situasi di Kompleks Mabes Polri mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Pasukan Brimob bersenjata, mobil gegana hingga kendaraan taktis disiagakan di depan area Mabes Polri.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan kronologis penyerangan terduga teroris berinisial ZA (25), di Kompleks Mabes Polri, sekitar pukul 16.30 WIB. Menurut Listyo, penembakan tegas dan terukur dilakukan aparat kepolisian terhadap pelaku terorisme tersebut.

Listyo mengungkapkan, ZA mendatangi Kompleks Mabes Polri sekitar pukul 16.30 WIB. Perempuan yang mengenakan gamis hitam dengan kerudung biru terlebih dahulu menanyakan kepada aparat yang berjaga mengenai pos jaga.

“Kurang lebih jam 16.30 tadi ada seorang wanita yang berjalan masuk dari pintu belakang, kemudian yang bersangkutan mengarah ke pos gerbang utama yang ada di Mabes Polri,” kata Listyo dalam konferensi pers di Mabes Polri, tadi malam.

“Yang bersangkutan kemudian menanyakan, dimana keberadaan kantor pos dan kemudian diberikan pelayanan oleh anggota. Kemudian ditunjukkan arah kantor pos tersebut,” sambungnya.

Setelah diberi tahu letak kantor pos penjagaan, pelaku melakukan penyerangan terhadap aparat kepolisian. “Kemudian wanita tersebut meninggalkan pos namun kemudian kembali dan melakukan penyerangan anggota terhadap anggota yang ada di pos jaga dengan melakukan penembakan sebanyak enam kali, dua kali kepada anggota yang di dalam pos, dua kali yang ada di luar, dan menembak lagi kepada anggota yang di belakangnya,” ujar Listyo.

Mengetahui aparat yang berjaga diserang, aparat kemudian melakukan tindakan tegas dan terukur kepada ZA. Wanita kelahiran 14 September 1995 seketika tewas terkena timah panas petugas.

“Terhadap tindakan tersebut, dilakukan tindakan tegas terukur,” pungkas Listyo.

Sebelumnya, menurut Ari, seorang juru parkir di Mabes Polri, perempuan terduga teroris itu menerobos masuk Mabes Polri, datang bersama seorang lelaki menggunakan sebuah mobil berwarna silver. Keduanya masuk melalui pintu belakang Mabes Polri. “Yang saya lihat mereka pakai mobil,” katanya.

Ari mengaku lupa merek mobil yang digunakan terduga teroris itu. Namun, ia ingat warna mobil tersebut. “Pokoknya minibus gitu, warna silver,” ujar dia.

Ari pun mengaku tidak melihat mobil terduga teroris masuk melalui pintu utama. “Kayaknya dia masuk dari pintu belakang, yang dekat PUPR. Saya kan di sini (pintu utama) dari pagi, itu saya nggak lihat,” tutur Ari.

Menurut dia, kedua teroris tersebut merupakan laki-laki dan perempuan. “Ada dua yang saya lihat, laki-laki satu, perempuan satu,” kata Ari di lokasi.

Namun, lanjut Ari, hanya terduga teroris perempuan yang melakukan penyerangan. “Yang turun dari mobil si perempuannya, dia bawa senjata, cuma saya nggak tahu jenisnya apa,” ujar dia.

Sementara itu, Ari menyebut terduga teroris laki-laki tidak turun dari mobil. Ia menjelaskan, peristiwa penyerangan oleh orang tak dikenal yang diduga teroris itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIB.

Ketika itu, Ari sedang memindahkan mobil milik anggota Polri. Mobil tersebut terparkir tepat di depan Mabes Polri. Tak lama kemudian, ia mendengar suara tembakan dari area parkir Mabes Polri.

“Setelah tembakan pertama, saya keluar dari mobil. Itu saya lihat langsung terorisnya,” ujar Ari saat ditemui di lokasi.

Menurut Ari, terduga teroris itu merupakan seorang perempuan. Ia juga membawa senjata api. “Dia sempat nembak dua sampai tiga kali di parkiran,” ujar dia.

Setelah itu, sambungnya, terduga teroris tersebut lari ke arah lobi utama Mabes Polri. “Kejar-kejaran tuh dari parkiran sampai lobi. Nah kenanya di dekat lobi si terorisnya,” ucap Ari.

Pelaku Anggota Klub Menembak

Belakangan, identitas perempuan bersenjata terduga teroris yang menyerang Mabes Polri mulai terungkap. Berdasarkan informasi yang diperoleh, perempuan tersebut diketahui berinisial ZA, kelahiran Jakarta 14 September 1995, golongan darah O.

Perempuan berusia sekitar 25 tahun ini beralamat di salah satu gang di Jalan Lapangan Tembak, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Adapun status perempuan tersebut belum kawin. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini diketahui merupakan pelajar/mahasiswa.

ZA juga diketahui menjadi anggota salah satu klub menembak di Jakarta. Perempuan berusia 25 tahun itu mengantongi kartu tanda anggota (KTA) klub menembak berwarna oranye dan kuning.

Foto pelaku berinisial ZA terpampang di sudut kanan bawah kartu.

Dalam identitasnya tersebut diduga pelaku adalah anggota Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin). Dewan Penasihat PB Perbakin, Bambang Soesatyo mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan, hasilnya pelaku teror tersebut bukanlah anggota dari Perbakin. “Setelah saya cek di database Perbakin, yang bersangkutan tidak terdaftar,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet ini kepada wartawan, Rabu (31/3).

Menurut Ketua MPR ini, dari identitas kartu yang ditemukan, pelaku teror ikut dalam komunitas penembak airsoft gun. “KTA-nya keganggotaan club nembak airsoft gun,” katanya.

Bamsoet menjelaskan, untuk menjadi Anggota Perbakin harus mengikuti serangkaian test dan keahlian yang ketat. Setiap anggota yang sudah terdaftar menjadi anggota. Maka di kartunya tersebut ada tiga jenis kode. Pertama TS adalah tembak sasaran. Kemudian kedua TR adalah tembak reaksi, dan ketiga dengan kode B yakni berburu. “Untuk menjadi anggota Perbakin harus ikut penataran dan tes keahlian,” ungkapnya.

Sementara, aparat kepolisian terlihat mendatangi kediaman pelaku, tadi malam sekira pukul 20.19 WIB. Di dalam rumah, aparat kepolisian dari Polres Metro Jakarta Timur tengah memeriksa keluarga pelaku. Pemeriksaan sempat dipantau Kepala Polres Metro Jakarta Timur Kombes (Pol) Erwin Kurniawan. Namun, Erwin meninggalkan lokasi pada pukul 20.00 WIB. Pemeriksaan pun dilanjutkan oleh penyidik. Ketua RT, Ketua RW dan pimpinan Satpol PP Kelurahan Ciracas tampak mendampingi pemeriksaan itu.

Hingga berita ini diturunkan, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo belum hadir untuk melakukan jumpa pers terkait aksi teror di kantornya sore tadi. Podium yang sebelumnya disiapkan telah diganti menjadi meja panjang dengan tiga kursi di belakangnya.

Sementara, kendaran Mobile Command Control (MCC) milik Brimob Polri dikerahkan. Kendaraan canggih itu datang bersama tujuh kendaraan barracuda pun siaga di depan Gedung Mabes Polri.

Pantauan di lokasi, kendaraan MCC itu tiba dikawal dengan satu kendaraan di depan dan sejumlah kendaraan lain di belakang. Kemudian kendaraan MCC tersebut parkir tepat di depan Gedung Rupatama Mabes Polri.

MCC merupakan kendaraan taktis berteknologi modern yang berfungsi sebagai pusat integrasi komunikasi dan komando pengendalian, antara komandan operasi dengan prajurit atau personel di lapangan. Alat itu berguna baik di medan pertempuran maupun perkotaan.

JAD Balas Dendam

Pengamat Terorisme Al Chaidar menilai, aksi teror di Mabes Polri tersebut merupakan aksi balas dendam dari jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). “Iya ini memang berasal dari jaringan kelompok JAD. Ini merupakan pasukan yang disuruh oleh kelompok JAD, yang diutus itu perempuan,” ujar Al Chaidar kepada JawaPos.com (grup Sumut Pos), Rabu (31/3).

Al Chaidar menyebut, ciri-ciri teroris jaringan JAD adalah menggunakan bomber perempuan atau keluarga. “Memang yang dipersiapkan itu kebanyakan kalau tidak keluarga ya perempuan. Karena, mereka banyak merekrut perempuan,” ungkapnya.

Dipilihnya perempuan sebagai bomber, menurut Chaidar, karena jumlahnya cukup banyak. “Kelompok JAD suka merekrut perempuan, karena perempuan adalah senjata yang dianggap paling efektif untuk saat ini. Jumlah mereka cukup banyak,” kata dia.

Selain itu, perempuan juga mudah dipengaruhi oleh ucapan-ucapan manis. Biasanya banyak di antara mereka mengalami kekurangan spiritual dan juga kekurangan ilmu agama,” jelasnya.

Kata dia, penyerangan ini disinyalir akibat pihak kepolisian yang terus membekuk kelompok tersebut di sejumlah wilayah. Mulai dari Makassar, Sumut hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). “Ini merupakan tindakan balasan atas apa yang terjadi di Makassar, di Condet, Bekasi, di Tangerang, di mana-mana kan ditangkap, di NTB juga,” tuturnya.

Menurut Chaidar, tindakan terorisme ke depannya akan terus berlanjut. “Mereka memang berencana untuk menyerang ke semua institusi,” pungkasnya.

Lantas, bagaimana pelaku bisa masuk ke Mabes Polri, Al Chaidar menduga, pelaku masuk dari pintu belakang. Pasalnya, penjagaan disinyalir rendah. “Iya kalau lewat pintu belakang bisa saja, dalam situasi pandemi kan sepi,” jelasnya.

Chaidar pun meminta agar pihak kepolisian mulai bersiaga menghadapi tindak terorisme lanjutan. “Saya kira harus ditingkatkan kewaspadaan itu untuk menghadapi situasi seperti ini,” pungkasnya.

Saat ini, Tim Detasemen Khusus 88 tengah memeriksa saksi berjenis kelamin pria. Hingga saat ini belum ada keterangan resmi mengenai aksi penyerangan ini.

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyebut, serangan terhadap markas Polisi itu sebagai sesuatu yang direncanakan. Menurut dia, serangan itu bukan sebatas ingin memviktimisasi polisi.

“Kata nekad mengesankan pelaku tidak pakai kalkulasi. Saya justru membayangkan ini lebih dari itu. Pelaku pasti bisa membayangkan risiko yang akan dia hadapi saat menyerang di pusat jantung lembaga kepolisian. Jadi, serangan tersebut sekaligus merupakan aksi terencana untuk bunuh diri (suicide by cops),” ujar Reza.

Sisi lain, kata dia, apakah setiap serangan termasuk penembakan terhadap polisi bisa disebut sebagai aksi teror? Reza menjelaskan, di Amerika Serikat, mengacu The Serve and Protection Act, serangan terhadap aparat penegak hukum disebut sebagai hate crime. “Di sana bukan terrorism. Di Indonesia boleh beda, tentunya,” ucap Reza.

Penyebutan hate crime, lanjut dia, menunjukkan bahwa pelaku penembakan yang menyasar polisi tidak serta-merta disikapi sebagai (terduga) teroris. Butuh kecermatan spesifik kejadian per kejadian. “Ini untuk memprosesnya secara hukum dengan pasal yang tepat sekaligus menangkal kejadian berikutnya secara tepat sasaran,” tutur Reza. (jpc/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/