AKARTA-Semua sepakat tidak ada yang mengejutkan dari kabar mantan KSAD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo bergabung dengan Partai Demokrat dan didaulat sebagai anggota Dewan Pembina Partai.
โIni skenario politik yang terlalu mudah dibaca,โ ujar pengamat politik, Ray Rangkuti, Minggu (30/6).
Jelas Ray, proses bergabungnya Pramono Edhie Wibowo yang juga adik ipar SBY itu adalah khas gaya orde baru.
Yaitu dengan menaikan pamor keluarga melalui mekanisme promosi nepotisme yang ketat. Hanya saja kata Ray, di era reformasi ini dibuat sedikit bumbubumbu demokrasinya, salah satunya adalah soal konvensi.
โUntuk menghindari agar pewarisan kekuasaan tidak dilakukan dengan caracara yang sepertinya merupakan nepotisme, maka dibuatlah konvensi,โ kata Ra Selanjutnya kata Direktur Lingkar Madani untukIndonesia(Lima) itu, nantidalamkonvensi itu akan dibuat aturan, sistem dan tekhnik penilaian atau pemilihan yang pada ujungnya hanya akan menuju memuluskan calon yang dimaksud. โIni gaya yang kita sama sudah hapal,โ tegas Ray. Pramono Edhie Wibowomalah diyakini tidak akan bisa mendongkrak elektabilitas partai yang telah hancur karena isu korupsi.
โMasuknya dia tak akan siginifikan untuk elektabilitas,โ ujar peng amat politik LIPI, Syamsuddin Haris, kepada wartawan di kantor YLBHI, Jakarta, Minggu (30/6). Syamsuddin mengatakan Pramono Edhie tidak punya prestasi menonjol di militer. Dia menduga tujuan SBY mengajak adik iparnya bergabung salah satunya untuk keselamatan keluarga pasca SBY lengeser 2014. โSBY butuh tangan kanan di Demokrat selain Ibas,โ ungkap Syamsudin Menurutnya bukan tidak mungkin Pramono Edhie akan diusung menjadi capres oleh Demokrat, sehingga penilaian bahwa konvensi yang digelar Demokrat abal-abal benar adanya.
โAD/ART Demokrat salah satu pasal menyebut capres ditentukan oleh majelis tinggi. Jadi konvensi hanya sandiawara. Kalau mau ubah AD/ ART yang berisi capres berdasar hasil konvensi,โ demikian Syamsudin.(rm/jpnn)