Beras Laos dan Filipina Tunggu Giliran
JAKARTA-Dengan alasan untuk berjaga-jaga jumlah stok beras, Mendag Gita Wirjawan baru saja menandatangani nota kesepahaman beras dengan negara Kamboja. Dalam nota tersebut, pemerintah Kamboja berkomitmen untuk menyediakan beras maksimal 100 ribu ton per tahun.
“Beras Kamboja ini diimpor jika sewaktu-waktu Indonesia memerlukannya untuk memenuhi cadangan beras nasional dalam rangka ketahanan pangan dan mempertimbangan kondisi pasakokan dan kebutuhan,” kata Gita di kantornya, Jumat (31/8).
Menurut Gita, penandatanganan tersebut dilakukan di sela acara pertemuan para menteri bidang ekonomi se-ASEAN di Kamboja beberapa hari lalu. Menurutnya, selain dengan Kamboja, dalam waktu dekat pihaknya juga akan menandatangani kesepahaman serupa dengan Laos dan Filipina.
Alumni Harvard University itu menerangkan penandatanganan kerjasama itu semata-mata untuk memenuhi cadangan beras nasional. Sifatnya pun tidak mengikat dan berlaku hingga 2016 mendatang. Jadi jika sewaktu-waktu Indonesia mengalami kekurangan stok beras, maka bisa dengan mudah mengimpor beras dari Kamboja.
Kesepakatan tersebut merupakan payung hukum yang nantinya akan dieksekusi oleh Bulog sebagai penyangga komoditi strategis beras. Gita menambahkan, langkah yang ditempuh ini untuk mengantisipasi lantaran produksi beras nasional semakin tahun semakin menurun antara 2 juta ton hingga 3 juta ton.
Faktor yang menyebabkan turunnya produksi beras setiap tahunnya lantaran faktor cuaca dan perubahan iklim. Selain itu, Indonesia masih menjadi pengkonsumsi beras terbesar di dunia. “Karena itu untuk stabilitas harga dan cadangan, terpaksa kita harus impor untuk kekurangannya,” imbuhnya.
Meski begitu, Gita berjanji tidak akan begitu saja memanfaatkan instrumen impor. Kemendag akan terus berupaya memprioritaskan swasembada pangan. Bahkan jika jalan terakhirnya harus menempuh impor, maka Indonesia akan mengimpor dari negara yang memberikan penawaran murah dengan kualitas beras yang cukup baik. “Nah, penandatanganan kerjasama dengan Kamboja dan negara lain agar kita punya alternatif impor,” kata Gita.
Meski begitu, Gita optimistis target surplus beras nasional 10 juta ton pada 2014 bisa terpenuhi. Salah satu langkah konkret untuk memenuhi target tersebut adalah dengan mengurangi konsumsi beras dengan diversikasi pangan sejenis lainnya. Data Kementerian Perdagangan menyebutkan konsumsi beras Indonesia adalah 140 kg per orang per tahun. Itu jauh di atas angka-angka konsumsi beras di Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang hanya berkisar 65-70 kg.
Kata dia, jika orang Indonesia bisa menurunkan konsumsi beras dari 140 kg ke 100 kg saja maka sudah bisa menghemat 40 kg per tahun. Apabila angka itu dikalikan 250 juta penduduk, maka penghematannya mencapai 10 juta ton.(kuh/jpnn)