JAKARTA-Markas Besar Polri menyatakan dugaan sementara kelompok peneror polisi di Solo, Jawa Tengah terkait dengan jaringan teroris lama yang sempat berada di Filipina.
Hal itu diungkapkan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anang Iskandar usai menghadiri acara diskusi Polemik Sindoradio di Jakarta Pusat, Sabtu (1/9).

“Ada hubungan dengan sebelumnya bagian jaringan yang ada di Filipina,” ujar Anang.
Namun ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai latarbelakang kelompok tersebut. Ia hanya menyebut satu di antara pelaku diduga pernah bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Pelaku yang diduga terkait adalah Farhan, yang telah tewas tertembak malam tadi. Ia diduga pernah ikut berlatih senjata di Sulawesi. Ia memiliki kemampuan menggunakan senjata laras pendek dan senjata laras panjang yang baik.
Dugaan sementara, Farhan adalah eksekutor pada penembakan di Pos Polisi di Mal Singosaren, Solo yang menewaskan Bripka Dwi Data pada 30 Agustus 2012. Apalagi saat penemuan senjata para pelaku malam tadi terdapat senjata yang bertuliskan buatan Filipina yang memperkuat dugaan tersebut. Namun, Anang menyatakan saat ini kepolisian masih terus melakukan penelusuran dan olah tempat kejadian perkara.
“Ini masih ada hubungannya dengan peristiwa pada 17-18 Agustus,” sambungnya.
Seperti yang diketahui, malam tadi sekitar pukul 21.30 Wib terjadi baku tembak antara Detasemen Khusus 88 Antiteror dan pelaku yang diduga meneror polisi melalui penembakan dan pelemparan granat tiga kali berturut-turut. Peristiwa itu terjadi di Jalan Veteran Surakarta samping Lottemart. Satu polisi Bripda Suherman dan dua pelaku penembakan, Farhan dan Mukhsin tewas dalam aksi baku tembak tersebut. Anang sendiri mengaku belum mengetahui motif dari kelompok teror tersebut.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, langsung bereaksi atas penyergapan Densus 88 Mabes Polri terhadap sekelompok teroris yang diyakini pelaku teror Solo. Selain memerintahkan Kapolri segera ke TKP, SBY juga meminta dilakukan penyidikan intensif kepada teroris yang berhasil ditahan. Presiden yakin, di belakang kelompok ini ada jaringan teroris besar.
“Meski tak banyak teroris yang disergap ini, tapi tidak mungkin mereka kerja sendiri. Pasti di belakangnya ada jaringan yang lebih besar. Harus dikupas habis,” tegas Presiden melalui juru bicaranya, Julian Aldrin Pasha.
Sebagaimana diketahui, teror diawali pada 17 Agustus, Pospam 05 di Gemblegan diserang dua orang tak dikenal. Akibatnya, dua polisi terluka. Sehari kemudian (18 Agustus) giliran Pospam Gladak dilempari granat. Lalu, Kamis malam (30/8) pos polisi di Singosaren ganti diserang. Akibatnya, petugas jaga Bripka Dwi Data Subekti tewas.
Setelah bekerja keras mengungkap kasus tersebut, tadi malam satuan elite polisi, Densus 88, berhasil membalas tindakan para pelaku teror tersebut. Di antara lima orang yang bisa diidentifikasi, tiga orang dapat ditangkap (dua di antaranya ditembak mati). Sedangkan satu lolos. Sementara dari pihak Densus 88, satu anggota bernama Suherman, akhirnya tewas setelah tertembak di bagian perut.(flo/afz/jpnn)