25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Setelah Hakkinen, Genapi Mimpi Bersama Villeneuve

Bobby Arifin, Kontributor Jawa Pos yang Disopiri 4 Juara F1

Mulai suka nonton Formula 1 pada 1994, Bobby Arifin lantas memiliki banyak impian terkait balapan paling bergengsi di dunia itu. Kemarin (30/11) dia mewujudkan salah satu impian terbesarnya, disopiri Mika Hakkinen, juara dunia F1 1998 dan 1999.

NANANG PRIANTO, Jakarta

BALAP: Bobby Arifin (kanan)  belakang kokpit mobil F1  disopiri Mika Hakkinen. //Agus Wahyudi/Jawa Pos/jpnn
BALAP: Bobby Arifin (kanan) di belakang kokpit mobil F1 yang disopiri Mika Hakkinen. //Agus Wahyudi/Jawa Pos/jpnn

“Asyiiik… Mulus sekali… Seperti menari,” ujar Bobby setelah keluar dari kokpit Supercar Caparo T1 yang disopiri Hakkinen kemarin.  “Pantas saja dia dikenal sebagai pembalap yang smooth. Layout Sirkuit Sentul membuat dia semakin maksimal dalam memamerkan “kehalusannya” memacu mobil,” lanjutnya.

Bobby disopiri Hakkinen dalam program ‘Drive of a Lifetime’ yang diadakan Johnnie Walker. Beberapa peserta lain tidak merasakan kesan yang sama dengan Bobby. Ada yang mengaku jantungnya dag-dig-dug setelah diajak berkeliling sekali putaran oleh Hakkinen. Ada juga yang perutnya mual. Namun, bisa dipastikan penilaian Bobby-lah yang paling pas. Sebab, Hakkinen adalah pembalap juara dunia Formula 1 keempat yang menyopiri dia!

Sebelumnya, tiga juara dunia F1 lain yang menyopiri Bobby adalah Michael Schumacher (juara dunia 1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004); Fernando Alonso (2005 dan 2006); serta Damon Hill (1996).
Di Indonesia, tidak ada yang menyamai rekor itu. Bahkan, di dunia pun, sangat sulit menemukan orang yang disopiri empat juara dunia F1 dalam kondisi tancap gas, dengan racing speed.

“Akhirnya, saya bisa mewujudkan impian keempat saya disopiri pembalap Mika Hakkinen. Ini adalah satu di antara sekian banyak impian saya sejak mengenal dan menyukai F1 pada 1994,” jelas pria pengusaha IT tersebut.
Seperti kebanyakan fans F1 lainnya, Bobby mulai suka pada ajang itu melalui tayangan televisi. Setelah suka, muncullah banyak keinginan dan impian yang bisa dibilang lebih dari sekadar penggila F1.

“Setelah rajin nonton F1 di layar televisi, saya ingin nonton langsung di sirkuit. Setelah nonton langsung, saya merasa ada yang kurang karena dibatasi pagar. Tidak bisa melihat pembalap dari dekat. Setelah bisa masuk ke paddock dan dekat dengan pembalap, saya punya impian untuk disopiri para pembalap juara dunia,” ujarnya.

Bisa disopiri empat pembalap juara dunia itu berawal dari obrolan Bobby dengan Paul Stoddart pada 8 Juli 2001 di Goodwood House, West Sussex, Inggris. Di sana, saat itu sedang diselenggarakan Goodwood Festival of Speed. Yakni, pesta motorsport klasik yang dibuat agar para fans bisa lebih dekat dengan para idola mereka. Mobil balap dari beberapa generasi, termasuk mobil F1 terbaru, juga ada.

Bobby bisa berkesempatan ngobrol dengan Stoddart yang kala itu menjadi pemilik tim Formula 1 Minardi setelah menang auction secara online. Lelang tersebut dilakukan untuk mencari fans yang akan disopiri pembalap Minardi dengan menggunakan mobil Minardi two seater di Goodwood FOS. Bobby harus mengeluarkan 2.001 poundsterling untuk itu.

Menang lelang, seharusnya Bobby disopiri pembalap Minardi kala itu, Andrea Piccini, yang berkebangsaan Italia. “Ngobrol banyak hal, mulai F1 sampai bisnis, eh Stoddart malah menawarkan untuk menyopiri saya langsung. Tentu saja saya mau. Piccini yang sudah ganti baju akhirnya batal menyopiri saya,” kenang Bobby.

Setelah pertemuan itu, kontak Bobby dengan Stoddard terus terjalin. Pada 31 Oktober 2001, Bobby mendapat undangan khusus untuk hadir dalam Minardi Day. Dia mendapat kesempatan lagi untuk naik mobil two seater Minardi.
Pembalap yang akan menyopiri dia adalah para pembalap muda Minardi. Ada lima pilihan, Alex Yoong, David Saelens, Christijan Albers, Tarso Marquez, dan Fernando Alonso.
“Saat itu saya yakin Alonso (saat itu berusia 19 tahun) adalah yang terhebat di antara mereka dan kelak menjadi juara dunia. Saya pun memilih untuk disopiri dia,” paparnya.

Bobby disopiri Alonso di Sirkuit Misano, Italia. Top speed-nya mencapai 305 km per jam! “Leher harus bekerja keras untuk menahan gaya gravitasi hingga 3G. Alonso nyopir-nya agresif sekali. Keluar dari mobil, badan lemas semua, meski hanya berputar tiga lap,” bebernya. Rekaman telemetri kecepatan maksimum 305 km per jam itu masih tersimpan di komputer Bobby.

Setahun berselang, Bobby diundang lagi oleh Paul Stoddart. Kali ini disopiri Damon Hill di Sirkuit Donington Park, Inggris. Bersama juara dunia F1 1996 itu, Bobby bisa merasakan ngebut dengan mobil balap open wheel di lintasan basah. Meski lintasan licin dan ban yang digunakan adalah ban basah, top speed-nya tetap bisa tembus 265 km per jam.

“Stoddart inilah yang paling berjasa membuat saya bisa menjadi orang yang pernah tiga kali merasakan mobil Minardi F1X2 dan disopiri pembalap juara dunia,” ujar Bobby.
Kesempatan ketiga disopiri pembalap juara dunia F1 datang lagi pada 2004. Itu terjadi setelah Bobby mengirimkan e-mail kepada presiden motorsport Prancis kala itu. Dalam e-mail itu, Bobby meminta agar difasilitasi untuk disopiri Michael “Schumi” Schumacher.

Karena yang ingin “disewa” menjadi sopir berpredikat juara dunia enam kali (saat itu masih enam kali, total Schumi juara dunia tujuh kali), Bobby pun siap membayar mahal, 30 ribu euro (lebih dari Rp 300 juta). Uang itu tidak dibayarkan kepada Schumi, namun disumbangkan untuk kegiatan kemanusiaan.

Gayung bersambut, Schumi ternyata bersedia. Lembaga yang dipilih untuk menerima “ongkos” Schumi menyopiri Bobby adalah Brain and Spinal Cord Disorder Foundation. Yayasan itu ada di Rumah Sakit Salpetiere, Paris, Prancis. Rumah sakit tersebut sangat terkenal di Prancis karena di sanalah Putri Diana meninggal.

“Saya disopiri Schumi dengan menggunakan mobil Ferrari Maranello di Sirkuit Magny Cours pada Sabtu, 3 Juli 2004. Sore hari setelah sesi kualifikasi GP Prancis dan dia berhasil merebut posisi start kedua di belakang Alonso. Namun, pada lomba, Schumi berhasil menjadi pemenang meski melakukan pit stop empat kali. Kemenangan itu menjadi salah satu penentu dia menjadi juara dunia tahun tersebut yang merupakan gelar juara dunianya yang ketujuh,” tutur Bobby.
Gaya membalap Schumi, menurut Bobby, juga sangat agresif. Meski mobil yang digunakan berbasis sedan, top speed-nya mencapai 250 km per jam. Ngepot kanan kiri melibas tikungan Sirkuit Magny Cours dalam speed tinggi. Balap melawan Rubens Barrichello.

“Tidak hanya disopiri Schumi, dalam kesempatan itu saya bisa ngobrol sangat santai dengan dia. Satu yang paling berkesan, dia itu sangat bersahaja, tidak sombong, dan sangat menghormati lawan bicaranya. Benar-benar sangat menyenangkan,” puji Bobby.

Bisa disopiri Schumi semakin menebalkan kepercayaan Bobby kepada prinsip yang dia yakini selama ini, “if You can dream it, then You can do it”. Beberapa tahun sebelumnya, bisa disopiri Schumi seperti hanya sebuah mimpi gila.
Acara ‘Drive of  a Lifetime’ yang diselenggarakan Johnnie Walker, salah satu sponsornya adalah Grand Hyatt Hotel. Dan, Bobby yang memiliki Diamond Membership dari Gold Passport diberi apresiasi oleh Grand Hyatt untuk disopiri Hakkinen.
“Pucuk dicinta ulam tiba. Kesempatan untuk disopiri Hakkinen datang saat ambassador Johnnie Walker ini kebetulan ditugaskan untuk mengampanyekan Step Inside the Circuit,” ujar pria kelahiran Surabaya itu.

Bahkan, Hakkinen pun terkesan saat diberi tahu bahwa dia adalah pembalap juara dunia F1 keempat yang akan menyopiri Bobby. “Tapi, kamu akan mendapat pembalap yang lebih baik di sampingmu saat ini,” kata Hakkinen kepada Bobby sebelum masuk kokpit. Top speed Bobby disopiri Hakkinen kemarin mencapai 240 km per jam.

Empat kali disopiri pembalap juara dunia bukan akhir mimpi Bobby. Dia bilang masih banyak impian lain. Namun, yang paling dekat adalah keinginan  disopiri Jacques Villeneuve, juara dunia F1 1997 asal Kanada. “Dengan disopiri Villeneuve, saya akan menggenapi catatan saya disopiri lima juara dunia Formula 1 mulai 1994 hingga 2006,” tekad Bobby. (*)

Bobby Arifin, Kontributor Jawa Pos yang Disopiri 4 Juara F1

Mulai suka nonton Formula 1 pada 1994, Bobby Arifin lantas memiliki banyak impian terkait balapan paling bergengsi di dunia itu. Kemarin (30/11) dia mewujudkan salah satu impian terbesarnya, disopiri Mika Hakkinen, juara dunia F1 1998 dan 1999.

NANANG PRIANTO, Jakarta

BALAP: Bobby Arifin (kanan)  belakang kokpit mobil F1  disopiri Mika Hakkinen. //Agus Wahyudi/Jawa Pos/jpnn
BALAP: Bobby Arifin (kanan) di belakang kokpit mobil F1 yang disopiri Mika Hakkinen. //Agus Wahyudi/Jawa Pos/jpnn

“Asyiiik… Mulus sekali… Seperti menari,” ujar Bobby setelah keluar dari kokpit Supercar Caparo T1 yang disopiri Hakkinen kemarin.  “Pantas saja dia dikenal sebagai pembalap yang smooth. Layout Sirkuit Sentul membuat dia semakin maksimal dalam memamerkan “kehalusannya” memacu mobil,” lanjutnya.

Bobby disopiri Hakkinen dalam program ‘Drive of a Lifetime’ yang diadakan Johnnie Walker. Beberapa peserta lain tidak merasakan kesan yang sama dengan Bobby. Ada yang mengaku jantungnya dag-dig-dug setelah diajak berkeliling sekali putaran oleh Hakkinen. Ada juga yang perutnya mual. Namun, bisa dipastikan penilaian Bobby-lah yang paling pas. Sebab, Hakkinen adalah pembalap juara dunia Formula 1 keempat yang menyopiri dia!

Sebelumnya, tiga juara dunia F1 lain yang menyopiri Bobby adalah Michael Schumacher (juara dunia 1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004); Fernando Alonso (2005 dan 2006); serta Damon Hill (1996).
Di Indonesia, tidak ada yang menyamai rekor itu. Bahkan, di dunia pun, sangat sulit menemukan orang yang disopiri empat juara dunia F1 dalam kondisi tancap gas, dengan racing speed.

“Akhirnya, saya bisa mewujudkan impian keempat saya disopiri pembalap Mika Hakkinen. Ini adalah satu di antara sekian banyak impian saya sejak mengenal dan menyukai F1 pada 1994,” jelas pria pengusaha IT tersebut.
Seperti kebanyakan fans F1 lainnya, Bobby mulai suka pada ajang itu melalui tayangan televisi. Setelah suka, muncullah banyak keinginan dan impian yang bisa dibilang lebih dari sekadar penggila F1.

“Setelah rajin nonton F1 di layar televisi, saya ingin nonton langsung di sirkuit. Setelah nonton langsung, saya merasa ada yang kurang karena dibatasi pagar. Tidak bisa melihat pembalap dari dekat. Setelah bisa masuk ke paddock dan dekat dengan pembalap, saya punya impian untuk disopiri para pembalap juara dunia,” ujarnya.

Bisa disopiri empat pembalap juara dunia itu berawal dari obrolan Bobby dengan Paul Stoddart pada 8 Juli 2001 di Goodwood House, West Sussex, Inggris. Di sana, saat itu sedang diselenggarakan Goodwood Festival of Speed. Yakni, pesta motorsport klasik yang dibuat agar para fans bisa lebih dekat dengan para idola mereka. Mobil balap dari beberapa generasi, termasuk mobil F1 terbaru, juga ada.

Bobby bisa berkesempatan ngobrol dengan Stoddart yang kala itu menjadi pemilik tim Formula 1 Minardi setelah menang auction secara online. Lelang tersebut dilakukan untuk mencari fans yang akan disopiri pembalap Minardi dengan menggunakan mobil Minardi two seater di Goodwood FOS. Bobby harus mengeluarkan 2.001 poundsterling untuk itu.

Menang lelang, seharusnya Bobby disopiri pembalap Minardi kala itu, Andrea Piccini, yang berkebangsaan Italia. “Ngobrol banyak hal, mulai F1 sampai bisnis, eh Stoddart malah menawarkan untuk menyopiri saya langsung. Tentu saja saya mau. Piccini yang sudah ganti baju akhirnya batal menyopiri saya,” kenang Bobby.

Setelah pertemuan itu, kontak Bobby dengan Stoddard terus terjalin. Pada 31 Oktober 2001, Bobby mendapat undangan khusus untuk hadir dalam Minardi Day. Dia mendapat kesempatan lagi untuk naik mobil two seater Minardi.
Pembalap yang akan menyopiri dia adalah para pembalap muda Minardi. Ada lima pilihan, Alex Yoong, David Saelens, Christijan Albers, Tarso Marquez, dan Fernando Alonso.
“Saat itu saya yakin Alonso (saat itu berusia 19 tahun) adalah yang terhebat di antara mereka dan kelak menjadi juara dunia. Saya pun memilih untuk disopiri dia,” paparnya.

Bobby disopiri Alonso di Sirkuit Misano, Italia. Top speed-nya mencapai 305 km per jam! “Leher harus bekerja keras untuk menahan gaya gravitasi hingga 3G. Alonso nyopir-nya agresif sekali. Keluar dari mobil, badan lemas semua, meski hanya berputar tiga lap,” bebernya. Rekaman telemetri kecepatan maksimum 305 km per jam itu masih tersimpan di komputer Bobby.

Setahun berselang, Bobby diundang lagi oleh Paul Stoddart. Kali ini disopiri Damon Hill di Sirkuit Donington Park, Inggris. Bersama juara dunia F1 1996 itu, Bobby bisa merasakan ngebut dengan mobil balap open wheel di lintasan basah. Meski lintasan licin dan ban yang digunakan adalah ban basah, top speed-nya tetap bisa tembus 265 km per jam.

“Stoddart inilah yang paling berjasa membuat saya bisa menjadi orang yang pernah tiga kali merasakan mobil Minardi F1X2 dan disopiri pembalap juara dunia,” ujar Bobby.
Kesempatan ketiga disopiri pembalap juara dunia F1 datang lagi pada 2004. Itu terjadi setelah Bobby mengirimkan e-mail kepada presiden motorsport Prancis kala itu. Dalam e-mail itu, Bobby meminta agar difasilitasi untuk disopiri Michael “Schumi” Schumacher.

Karena yang ingin “disewa” menjadi sopir berpredikat juara dunia enam kali (saat itu masih enam kali, total Schumi juara dunia tujuh kali), Bobby pun siap membayar mahal, 30 ribu euro (lebih dari Rp 300 juta). Uang itu tidak dibayarkan kepada Schumi, namun disumbangkan untuk kegiatan kemanusiaan.

Gayung bersambut, Schumi ternyata bersedia. Lembaga yang dipilih untuk menerima “ongkos” Schumi menyopiri Bobby adalah Brain and Spinal Cord Disorder Foundation. Yayasan itu ada di Rumah Sakit Salpetiere, Paris, Prancis. Rumah sakit tersebut sangat terkenal di Prancis karena di sanalah Putri Diana meninggal.

“Saya disopiri Schumi dengan menggunakan mobil Ferrari Maranello di Sirkuit Magny Cours pada Sabtu, 3 Juli 2004. Sore hari setelah sesi kualifikasi GP Prancis dan dia berhasil merebut posisi start kedua di belakang Alonso. Namun, pada lomba, Schumi berhasil menjadi pemenang meski melakukan pit stop empat kali. Kemenangan itu menjadi salah satu penentu dia menjadi juara dunia tahun tersebut yang merupakan gelar juara dunianya yang ketujuh,” tutur Bobby.
Gaya membalap Schumi, menurut Bobby, juga sangat agresif. Meski mobil yang digunakan berbasis sedan, top speed-nya mencapai 250 km per jam. Ngepot kanan kiri melibas tikungan Sirkuit Magny Cours dalam speed tinggi. Balap melawan Rubens Barrichello.

“Tidak hanya disopiri Schumi, dalam kesempatan itu saya bisa ngobrol sangat santai dengan dia. Satu yang paling berkesan, dia itu sangat bersahaja, tidak sombong, dan sangat menghormati lawan bicaranya. Benar-benar sangat menyenangkan,” puji Bobby.

Bisa disopiri Schumi semakin menebalkan kepercayaan Bobby kepada prinsip yang dia yakini selama ini, “if You can dream it, then You can do it”. Beberapa tahun sebelumnya, bisa disopiri Schumi seperti hanya sebuah mimpi gila.
Acara ‘Drive of  a Lifetime’ yang diselenggarakan Johnnie Walker, salah satu sponsornya adalah Grand Hyatt Hotel. Dan, Bobby yang memiliki Diamond Membership dari Gold Passport diberi apresiasi oleh Grand Hyatt untuk disopiri Hakkinen.
“Pucuk dicinta ulam tiba. Kesempatan untuk disopiri Hakkinen datang saat ambassador Johnnie Walker ini kebetulan ditugaskan untuk mengampanyekan Step Inside the Circuit,” ujar pria kelahiran Surabaya itu.

Bahkan, Hakkinen pun terkesan saat diberi tahu bahwa dia adalah pembalap juara dunia F1 keempat yang akan menyopiri Bobby. “Tapi, kamu akan mendapat pembalap yang lebih baik di sampingmu saat ini,” kata Hakkinen kepada Bobby sebelum masuk kokpit. Top speed Bobby disopiri Hakkinen kemarin mencapai 240 km per jam.

Empat kali disopiri pembalap juara dunia bukan akhir mimpi Bobby. Dia bilang masih banyak impian lain. Namun, yang paling dekat adalah keinginan  disopiri Jacques Villeneuve, juara dunia F1 1997 asal Kanada. “Dengan disopiri Villeneuve, saya akan menggenapi catatan saya disopiri lima juara dunia Formula 1 mulai 1994 hingga 2006,” tekad Bobby. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/