SUMUTPOS.CO – Setelah Presiden Jokowi ‘bermesraan’ dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto pada Kamis (29/1), giliran Puan Maharani tampil ‘mesra’ dengan elite Koalisi Merah Putih (KMP). Sejumlah pihak melihat putri Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan pentolan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) ini sedang unjuk gigi.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang juga petinggi PDIP, Puan Maharani, duduk semeja bersama para petinggi KMP dalam satu acara pernikahan anak politikus PKS Ahmad Rilyadi, Minggu (1/2).
Puan duduk persis di sebelah Prabowo, dan berhadapan dengan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie. Puan dan Ical tampak tersenyum ke arah kamera, sedangkan Prabowo, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa, dan Presiden PKS Anis Matta terlihat asyik berbincang dan tertawa bersama.
Sekjen PKS Taufik Ridlo yang mengunggah foto tersebut di Twitter memasang caption Puan sedang menghadiri pernikahan anak elite PKS Ahmad Rilyadi. Ahmad Rilyadi adalah sahabat karib Presiden PKS Anis Matta.
Selama ini Puan memang punya kedekatan dengan sejumlah elite KMP, khususnya Ketum Golkar Aburizal Bakrie. Kabarnya Puan memanggil Ical dengan sebutan ‘Om’, Puan pula yang sempat membangun komunikasi dengan Golkar menjelang Pilpres.
Meski pertemuan antara para politisi negeri ini dalam suatu acara pernikahan adalah hal wajar, namun potret Puan bersama petinggi KMP yang diunggah di Twitter tersebut tetap menarik. Pasalnya, pekan lalu Jokowi lebih dulu bertemu Prabowo di tengah tekanan besar yang ia terima dari PDIP terkait calon Kapolri Komjen Budi Gunawan.
Diketahui, PDIP dan NasDem yang merupakan partai pengusung Jokowi berkeras menuntut sang Presiden melantik Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri terlepas dari status hukum Budi sebagai tersangka kasus rekening gendut di KPK. Sementara Tim Independen merekomendasikan agar Komjen Budi Gunawan tak dilantik sebagai Kapolri.
Pertemuan Jokowi-Prabowo di Istana Bogor yang beberapa hari kemudian disusul dengan pertemuan Puan dan petinggi KMP di acara pernikahan, tak ayal memunculkan spekulasi apakah Jokowi dan PDIP sedang berebut melobi KMP terkait Komjen Budi Gunawan.
Menanggapi hal tersebut, fungsionaris PDIP Tubagus Hasanuddin menyatakan pertemuan Puan dengan para petinggi KMP tidak membawa urusan politik sama sekali. Dia mengatakan Puan memang berteman baik dengan banyak politisi, sebab mudah berkomunikasi dengan siapapun.
“Politik jangan disamakan dengan pertempuran. Kami (anggota KMP dan KIH) sering menyatu untuk nonton bersama, makan bersama, diskusi. Apalagi Puan banyak temannya. Dia diterima banyak pihak,” kata Hasanuddin di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (2/2).
Meski demikian, ujar Ketua DPD PDIP Jawa Barat itu, kalau sudah menyangkut urusan politik, sikap memang bisa berbeda.
Dalam potret Puan dengan para petinggi KMP, tampak pula Sekjen PKS Taufik Ridlo, Wasekjen PKS Fahri Hamzah, dan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Sutan Bhatoegana.
Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menyatakan, Puan seolah ingin menunjukkan dirinya juga punya kedekatan dengan KMP. Tentu tak berlebihan jika sejumlah kalangan melihat ini sebagai sebuah manuver politik untuk memberi pesan ke Jokowi bahwa ‘Puan juga bisa’.
“Kehadiran dia di satu meja dengan petinggi KMP itu bagus, ini menunjukkan bahwa dia memiliki gaya komunikasi berbeda dengan ibunya. Bisa jadi ini juga merupakan kode tersendiri bagi Jokowi bahwa ia pun bisa dekat dengan petinggi KMP,” katanya mencoba menganalisis kehadiran Puan di tengah meja bundar KMP, saat berbincang dengan wartawan, Senin (2/2).
Hingga kemarin, Jokowi belum juga memberikan tanda-tanda adanya keputusan terhadap nasib Komjen Budi Gunawan. Kini, Jokowi dikritik banyak pihak karena terlalu banyak mengumpulkan pendapat dan pertimbangan pihak lain untuk menyelesaikan masalah Budi tersebut.
Menanggapi kritik itu, presiden tetap santai. “Masa ndak boleh? (minta pertimbangan),” jawab presiden singkat seusai menghadiri kegiatan di Kementerian Luar Negeri, Senin (2/2).
Ditanya mengenai proses itu, presiden enggan menjawabnya. “Kan sudah disampaikan, nunggu proses. Sabar dong,” tegas presiden.
Pakar hukum tata negara Refly Harun menilai haluan tekanan kasus Komjen Budi Gunawan tidak hanya bertumpu di pundak Presiden Jokowi. Namun, tekanan tersebut mulai beralih ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai partai pengusung kepala negara.
Tak bisa dipungkiri, publik saat ini cukup dewasa dalam membaca ambisi partai banteng bermoncong putih pimpinan Megawati Soekarnoputri. Menurut Refly, Jokowi berada dalam tekanan partai pengusungnya yang tak ingin Komjen Budi Gunawan gagal melenggang ke puncak pimpinan Polri.
“Jika tetap memaksakan pelantikan Komjen Budi Gunawan, justru PDIP yang terjepit tekanan, terutama dari publik,” ujar Refly saat menggelar diskusi di bilangan Cikini, Jakarta, kemarin. Kondisi tersebut , dinilainya, tidak terlepas dari kondisi konstelasi politik pasca polemik Budi Gunawan.
Pertemuan Jokowi dengan Prabowo dinilai sebagai bahasa politik yang hendak ditunjukkan Jokowi untuk meninggikan daya tawarnya sebagai Presiden yang tak mau dikendalikan. (bbs/val)