32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Jasad Tersangka Teroris Dimakamkan Diam-diam

JAKARTA-Penanganan kasus terorisme di Solo menyisakan beragam kejanggalan. Diantarannya informasi tentang kondisi dua jenazah yang sudah dibawa ke Jakarta sejak hari Minggu. Informasi yang dihimpun Jawa Pos , salah satu jasad sudah dimakamkan secara mendadak kemarin, Minggu petang pukul 16.00 WIB.

“Dimakamkan di TPU Pondok Rangon,” kata sumber dari kalangan ikhwan jihadi (mantan mujahidin ) pada Jawa Pos (Group Sumut Pos) kemarin. Pemakaman itu tertutup dan hanya diikuti sekelompok orang. “Awalnya direncanakan di Pamulang namun kemudian dipindahkan ke TPU Pondok Rangon,” katanya.

Jawa Pos berusaha meminta foto pemakaman sebagai bukti, namun sumber ini menolak. “Keluarga tidak berkenan,” katanya.  Satu jenazah yang dimakamkan itu adalah jasad atas nama Farhan yang juga merupakan anak tiri dari terpidana kasus terorisme Abu Umar .

Asisten pribadi ustad Abu Bakar Baasyir Hasyim Abdullah yang dekat dengan kalangan ikhwan jihadi mengaku mendengar kabar pemakaman itu. “Namun, saya tidak datang langsung ke pemakaman,” kata Hasyim pada Jawa Pos semalam.

Hasyim menjelaskan dari informasi yang dia terima, awalnya pemakaman akan dilakukan Senin ini (03/09). “Namun tiba-tiba dipercepat, saya juga belum tahu alasannya,” katanya.

Info pemakaman yang diam diam ini tidak lazim. Biasanya, polisi akan terlebih dulu menggelar jumpa pers secara terbuka untuk menjelaskan siapa identitas dua orang yang mereka tembak. Penjelasan itu biasanya disertai dengan pemaparan ciri fisik, dna, dan bukti foto jenazah. Baru, setelah itu dimakamkan.

Ketua Tim Disaster Victim Identification Polri Kombes Pol Anton Charliyan saat dikonfirmasi Jawa Pos tadi malam membantah kabar pemakaman itu. “Jenazah masih berada di RS Polri , kami masih menunggu data antemortem atau data sebelum kematian dari keluarga,” kata Anton.
Menurut Anton, seluruh proses otopsi sebenarnya sudah selesai. “Tapi identifikasinya belum karena baru data post mortem,” kata Anton yang juga pemimpin tim identifikasi jasad korban Sukhoi 100 yang jatuh di Gunung Salak beberapa waktu lalu itu.

Simpang siur informasi pemakaman yang terkesan diam-diam itu semakin menambah kejanggalan kasus ini.  Anton menilai banyak kejanggalan yang harus dijelaskan oleh polisi secara masalah ini (rdl/jpnn)

JAKARTA-Penanganan kasus terorisme di Solo menyisakan beragam kejanggalan. Diantarannya informasi tentang kondisi dua jenazah yang sudah dibawa ke Jakarta sejak hari Minggu. Informasi yang dihimpun Jawa Pos , salah satu jasad sudah dimakamkan secara mendadak kemarin, Minggu petang pukul 16.00 WIB.

“Dimakamkan di TPU Pondok Rangon,” kata sumber dari kalangan ikhwan jihadi (mantan mujahidin ) pada Jawa Pos (Group Sumut Pos) kemarin. Pemakaman itu tertutup dan hanya diikuti sekelompok orang. “Awalnya direncanakan di Pamulang namun kemudian dipindahkan ke TPU Pondok Rangon,” katanya.

Jawa Pos berusaha meminta foto pemakaman sebagai bukti, namun sumber ini menolak. “Keluarga tidak berkenan,” katanya.  Satu jenazah yang dimakamkan itu adalah jasad atas nama Farhan yang juga merupakan anak tiri dari terpidana kasus terorisme Abu Umar .

Asisten pribadi ustad Abu Bakar Baasyir Hasyim Abdullah yang dekat dengan kalangan ikhwan jihadi mengaku mendengar kabar pemakaman itu. “Namun, saya tidak datang langsung ke pemakaman,” kata Hasyim pada Jawa Pos semalam.

Hasyim menjelaskan dari informasi yang dia terima, awalnya pemakaman akan dilakukan Senin ini (03/09). “Namun tiba-tiba dipercepat, saya juga belum tahu alasannya,” katanya.

Info pemakaman yang diam diam ini tidak lazim. Biasanya, polisi akan terlebih dulu menggelar jumpa pers secara terbuka untuk menjelaskan siapa identitas dua orang yang mereka tembak. Penjelasan itu biasanya disertai dengan pemaparan ciri fisik, dna, dan bukti foto jenazah. Baru, setelah itu dimakamkan.

Ketua Tim Disaster Victim Identification Polri Kombes Pol Anton Charliyan saat dikonfirmasi Jawa Pos tadi malam membantah kabar pemakaman itu. “Jenazah masih berada di RS Polri , kami masih menunggu data antemortem atau data sebelum kematian dari keluarga,” kata Anton.
Menurut Anton, seluruh proses otopsi sebenarnya sudah selesai. “Tapi identifikasinya belum karena baru data post mortem,” kata Anton yang juga pemimpin tim identifikasi jasad korban Sukhoi 100 yang jatuh di Gunung Salak beberapa waktu lalu itu.

Simpang siur informasi pemakaman yang terkesan diam-diam itu semakin menambah kejanggalan kasus ini.  Anton menilai banyak kejanggalan yang harus dijelaskan oleh polisi secara masalah ini (rdl/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/