Terpisah, Janah, orang tua dari Kayla dan Nadira membawa anaknya berobat ke Puskesmas Bukit Hindu. Kedua putrinya sudah sakit selama seminggu. “Ini keduanya sudah batuk dan pilek kurang lebih seminggu, sebelumnya sudah periksa juga tapi masih belum ada perubahan,” ujarnya pada Kalteng Pos (Grup Sumut Pos), Senin (2/10).
Kedua anaknya mengalami batuk dan pilek yang tak kunjung sembuh. “Mereka tetap sekolah seperti biasa, tapi tetap saya tekankan untuk tidak melepas maskernya. Khawatir jika batuk pileknya akan semakin parah jika tidak menggunakan masker,”jelasnya.
Sebagai seorang ibu tentu waswas dengan situasi sekarang. Kabut asap yang mulai tebal dan anak-anaknya yang belum ada tanda-tanda kesembuhan. “Kalau malam saya kasihan lihatnya, parah sekali batuknya,”lanjutnya.
Di tempat yang sama, Kepala UPTD Puskesmas Bukit Hindu, Hellyana memyampaikan, kabut asap ini memang berpotensi menyebabkan gejala batuk dan pilek. Terlebih bagi anak-anak karena mereka cenderung lebih mudah terdampak.
Terlebih saat ini menurut data yang ada, kasus ISPA yang ada di Puskesmas Bukit Hindu meningkat. “Ini kan sekarang datanya per minggu, di minggu lalu akhir bulan September itu jumlahnya mencapai 151 kasus. Sedangkan di minggu sebelumnya 128 kasus,” sebutnya.
Kabut asap dapat mengandung partikel-partikel kecil yang berbahaya jika dihirup dalam jumlah besar. Partikel ini dapat merangsang saluran pernapasan dan menyebabkan iritasi, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan batuk dan pilek.
“Beberapa hari lalu kami sudah membagikan masker ke masyarakat yang juga sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga kestabilan daya tahan tubuh di saat seperti ini,” tuturnya.
Untuk data kasus ISPA se-Palangka Raya sendiri, selama September berada di angka 2.675 kasus. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo. “Jika nanti masalah karhutla dapat teratasi dengan baik, maka bukan hal tidak mungkin angka ISPA akan turun,”katanya.
Pihaknya sudah menyurati kepala puskesmas se-Kota Cantik untuk menyediakan fasilitas rumah oksigen. Hal ini mendapat respons positif oleh puskesmas yang ada.
“Saat ini kami antisipasi kemungkinan terburuk atau meningkatkannya angka ISPA. Puskesmas-puskesmas harus siap memberikan pelayanan oksigen kepala masyarakat yang membutuhkan,”ungkapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya Achmad Zaini melalui Kepala UPTD Laboratorium DLH Ahmad Riadi mengatakan, kualitas udara saat ini masih mencapai tingkat sangat tidak sehat dengan ISPU mencapai angka 256 dengan parameter kritis PM 2,5.
DLH akan terus memantau kualitas udara yang ada di Kota Palangka Raya, dan untuk dinas terkait juga dapat melakukan pemantauan berdasarkan aplikasi ISPU.net atau meminta data kepada DLH.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, dr Suyuti Samsul melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Riza Syahputra menyampaikan pihaknya sudah menerapkan Sistem Kesehatan Digital Rakyat (SKDR). Tujuannya untuk memantau kasus-kasus ISPA selama seminggu.
Saat ini kondisinya sudah tanggap darurat. Sehingga perlu adanya data terbaru setiap minggunya untuk pemantauan. Aplikasi ini telah disebar ke seluruh kabupaten dan kota yang juga mencakup pelayanan kesehatan terendah. “Penggunaan aplikasi SKDR juga memudahkan untuk merespon dengan cepat terhadap kasus ISPA yang mungkin terdeteksi,”ujarnya. (jpg/ila)