28.9 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Pilih Anas Dapat Rp90 Juta Lebih

Pengakuan Saksi di Lanjutan Sidang Suap Wisma Atlet

JAKARTA-Sidang Wisma Atlet hampir tidak pernah lepas dari nama Ketum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum. Seperti kemarin, saksi Ismiati Saidi yang menjabat sebagai Ketua DPC PD Kabupaten Goalemo, Gorontalo ikut memojokkan dia. Dalam kesaksiannya, Ismiati mengaku sejumlah uang dari tim sukses Anas.

Di hadapan majelis hakim, dia menjelaskan dengan runtut tentang uang yang diterimanya. Seingat Ismiati, sedikitnya USD 7 ribu (sekitar Rp64,4 juta) dan Rp30 juta dia kantongi untuk kepentingan kongres di Bandung 2010. Agar suara Ismiati tidak lari ke yang lain, ada perjanjian dengan materai Rp6 ribu.

“Saya bertemu Yulianis di putaran pertama pemilihan ketua partai,” ujarnya kemarin. Tidak hanya saksi kunci dalam kasus wisma atlet yang dia temui. Dia bahkan mengaku pernah bertemu langsung dengan bendahara tim sukses Anas yang bernama Eva. Pertemuan dengan kedua perempuan itu terjadi di Hotel Aston Bandung.

Dijelaskan, uang yang dia dapat terbagi dalam beberapa termin. Saat putaran pertama, kucuran dana yang dia terima “hanya” sebesar USD 2 ribu. Angka itu meningkat saat pemilihan memasuki putaran kedua. Uang dollar yang dia dapat adalah USD 5 ribu.

Untuk uang rupiah juga demikian. Rp15 juta pertama didapatnya saat baru mendarat di Bandara Soekarno Hatta menuju Hotel Sultan, Jakarta. Sedangkan Rp15 juta kedua dia dapat di Hotel Topas Bandung sehari sebelum kongres. “Saat itu, yang mengarahkan saya kordinator daerah daro Gorontalo, Pak Yoseph,” imbuhnya.

Ternyata, reward yang diberikan oleh tim pemenangan Anas Urbaningrum tidak hanya fulus. Tetapi, juga jabatan prestis di masing-masing daerah alias berkesempatan maju di Pilkada. Dikatakan Ismiyati, surat perjanjian itu dipegang oleh koordinator daerah lain yang bernama Umar Arsal.
Bagaimana peran Nazaruddin? Dia mengakui kalau mengenal sosok Nazar. Meski dia tidak tahu bagaimana hubungan antara Anas dan Nazaruddin, dia memastikan kalau bos Permai Group itu sangat aktif mengarahkan pemenangan Anas.

Di samping itu, juga ada hadiah berupa ponsel BlackBerry dan jaket khusus dari tim Anas. Agar koordinasi lebih mudah, smartphone itu sudah dilengkapi sim card dengan salah satu provider ternama. Di dalam ponsel juga sudah diisi nomor telepon milik Anas Urbaningrum.

Kesaksian itu klop kalau dibandingkan dengan pernyataan Nazaruddin di persidangan sebelumnya. Yakni, pernah ada pembagian 400 BlackBerry dari tim pemenangan Anas kepada peserta kongres. Nazar juga menjelaskan ada banyak uang yang dikucurkan agar Anas bisa menjadi pemimpin PD.

Di bumi perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Ketum PD Anas Urbaningrum kembali menegaskan kalau urusan di kongres Bandung sudah selesai. Kalau masih ada yang mempermasalahkan, disebutnya sebagai orang aneh. “Itu yang pikirannya aneh, dan digerakkan oleh yang aneh-aneh,” jelasnya.

Penegasan itu untuk menampik pengakuan Ismiati Saidi yang mengaku pernah bertemu Yulianis dan Eva saat kongres di Bandung. Anas sendiri sepertinya sudah lelah menanggapi semua pertanyaan tentang benar tidaknya dirinya terlibat dalam politik uang.

Oleh sebab itu, kepada wartawan dia mengatakan bakal menyerahkan sepenuhnya ke proses hukum yang berlaku. Baginya, kalau setiap pertanyaan harus ditanggapi satu per satu tidak ubahnya seperti berbalas pantun. Dia memastikan bakal tidak mengintervensi dan menyatakan kalau proses hukum harus berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Nazaruddin sendiri paska sidang kemarin merasa diatas angin. Bahkan, dia menyebut kalau Anas bakal menyesal dengan pernyataannya sendiri yang bilang siap digantung kalau ada uang panas di kantongnya. “Dia nakal benar-benar digantung karena memang menerima uang dari proyek Hambalang,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, mantan Bendahara Umum PD itu juga tampaknya benar-benar benci terhadap partai yang telah mencampakkannya. Buktinya, setelah berkoar tentang Anas Urbaningrum, kemarin dia kembali menyebut salah satu Ketua DPP PD yakni I Gede Pasek Suardika ikut kecipratan uang panas proyek APBN 2011.

Sewaktu dikonfirmasi, Ketua DPP PD Gede Pasek Suardika tak terlalu menganggap serius tudingan Nazaruddin itu. Dia malah balik menuding Nazar yang telah menghembuskan fitnah. “Wah gila. Rp120 miliar itu proyek apa? Itu banyak lho!” kata Pasek di Gedung DPR, kemarin, lantas tertawa.

Sekedar informasi, Pasek resmi masuk ke Komisi X DPR mulai bulan Januari 2010. Dia masuk melalui proses pergantian antar waktu (PAW) untuk mengisi kursi Jero Wacik yang ditarik menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Setelah itu, dia dipindahkan fraksinya ke Komisi II.

Pasek pun menyebut Nazaruddin orang stres. Sebab, semua yang tampak konsisten “menjaga” partai, menurut Pasek, pasti diserang. Sebelumnya, yang sempat dicatut namanya adalah Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Didi Irawadi, hingga Angelina Sondakh. “Itu jurus babi hutan terluka, tabrak sana, tabrak sini,” sindirnya.

Dia menduga semua ini strategi Nazaruddin untuk mengalihkan perhatian media massa dan publik supaya tidak mempertanyakan aset-asetnya yang bernilai triliunan. Ujung-ujungnya, dia malah menyarankan agar penegak hukum untuk cepat menyita semua aset Nazaruddin.

KPK sendiri memastikan bakal mendalami pengakuan M Nazaruddin terkait keterlibatan Gede Pasek. Namun, jawaban yang keluar dari mulut pimpinan KPK Zulkarnain terkesan normatif. Tidak ada penjelasan detail mengenai langkah institusi yang bermarkas di Jalan H.R Rasuna Said itu. “Kita dalami, dicek di penyidikan,” tuturnya. (dim/pri/jpnn)

Pukulan Saksi Nazaruddin

Pengakuan Ismiati:

  1. Uang USD 7 ribu dan Rp 30 juta ribu untuk memilih Anas.
  2. Ketua DPC yang memilih Anas dijanjikan maju dalam pilkada.
  3. Menerima BlackBerry dan jaket untuk memudahkan koordinasi.
  4. Ada surat perjanjian dengan materai Rp 6.000.

Tudingan Nazar:

  1. Anas menerima banyak uang dari Proyek Hambalang.
  2. Commitment fee Rp 120 miliar untuk proyek diatur oleh I Gede Pasek.

Bantahan Anas:

  1. Tidak ada permasalahan dalam Kongres PD di Bandung, 2010.
  2. Mereka yang mempermasalahkan dikendalikan oleh orang aneh.
  3. Biarkan proses hukum yang menjawab.

Sumber: Reportase Jawa Pos, 2012

Pengakuan Saksi di Lanjutan Sidang Suap Wisma Atlet

JAKARTA-Sidang Wisma Atlet hampir tidak pernah lepas dari nama Ketum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum. Seperti kemarin, saksi Ismiati Saidi yang menjabat sebagai Ketua DPC PD Kabupaten Goalemo, Gorontalo ikut memojokkan dia. Dalam kesaksiannya, Ismiati mengaku sejumlah uang dari tim sukses Anas.

Di hadapan majelis hakim, dia menjelaskan dengan runtut tentang uang yang diterimanya. Seingat Ismiati, sedikitnya USD 7 ribu (sekitar Rp64,4 juta) dan Rp30 juta dia kantongi untuk kepentingan kongres di Bandung 2010. Agar suara Ismiati tidak lari ke yang lain, ada perjanjian dengan materai Rp6 ribu.

“Saya bertemu Yulianis di putaran pertama pemilihan ketua partai,” ujarnya kemarin. Tidak hanya saksi kunci dalam kasus wisma atlet yang dia temui. Dia bahkan mengaku pernah bertemu langsung dengan bendahara tim sukses Anas yang bernama Eva. Pertemuan dengan kedua perempuan itu terjadi di Hotel Aston Bandung.

Dijelaskan, uang yang dia dapat terbagi dalam beberapa termin. Saat putaran pertama, kucuran dana yang dia terima “hanya” sebesar USD 2 ribu. Angka itu meningkat saat pemilihan memasuki putaran kedua. Uang dollar yang dia dapat adalah USD 5 ribu.

Untuk uang rupiah juga demikian. Rp15 juta pertama didapatnya saat baru mendarat di Bandara Soekarno Hatta menuju Hotel Sultan, Jakarta. Sedangkan Rp15 juta kedua dia dapat di Hotel Topas Bandung sehari sebelum kongres. “Saat itu, yang mengarahkan saya kordinator daerah daro Gorontalo, Pak Yoseph,” imbuhnya.

Ternyata, reward yang diberikan oleh tim pemenangan Anas Urbaningrum tidak hanya fulus. Tetapi, juga jabatan prestis di masing-masing daerah alias berkesempatan maju di Pilkada. Dikatakan Ismiyati, surat perjanjian itu dipegang oleh koordinator daerah lain yang bernama Umar Arsal.
Bagaimana peran Nazaruddin? Dia mengakui kalau mengenal sosok Nazar. Meski dia tidak tahu bagaimana hubungan antara Anas dan Nazaruddin, dia memastikan kalau bos Permai Group itu sangat aktif mengarahkan pemenangan Anas.

Di samping itu, juga ada hadiah berupa ponsel BlackBerry dan jaket khusus dari tim Anas. Agar koordinasi lebih mudah, smartphone itu sudah dilengkapi sim card dengan salah satu provider ternama. Di dalam ponsel juga sudah diisi nomor telepon milik Anas Urbaningrum.

Kesaksian itu klop kalau dibandingkan dengan pernyataan Nazaruddin di persidangan sebelumnya. Yakni, pernah ada pembagian 400 BlackBerry dari tim pemenangan Anas kepada peserta kongres. Nazar juga menjelaskan ada banyak uang yang dikucurkan agar Anas bisa menjadi pemimpin PD.

Di bumi perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Ketum PD Anas Urbaningrum kembali menegaskan kalau urusan di kongres Bandung sudah selesai. Kalau masih ada yang mempermasalahkan, disebutnya sebagai orang aneh. “Itu yang pikirannya aneh, dan digerakkan oleh yang aneh-aneh,” jelasnya.

Penegasan itu untuk menampik pengakuan Ismiati Saidi yang mengaku pernah bertemu Yulianis dan Eva saat kongres di Bandung. Anas sendiri sepertinya sudah lelah menanggapi semua pertanyaan tentang benar tidaknya dirinya terlibat dalam politik uang.

Oleh sebab itu, kepada wartawan dia mengatakan bakal menyerahkan sepenuhnya ke proses hukum yang berlaku. Baginya, kalau setiap pertanyaan harus ditanggapi satu per satu tidak ubahnya seperti berbalas pantun. Dia memastikan bakal tidak mengintervensi dan menyatakan kalau proses hukum harus berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Nazaruddin sendiri paska sidang kemarin merasa diatas angin. Bahkan, dia menyebut kalau Anas bakal menyesal dengan pernyataannya sendiri yang bilang siap digantung kalau ada uang panas di kantongnya. “Dia nakal benar-benar digantung karena memang menerima uang dari proyek Hambalang,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, mantan Bendahara Umum PD itu juga tampaknya benar-benar benci terhadap partai yang telah mencampakkannya. Buktinya, setelah berkoar tentang Anas Urbaningrum, kemarin dia kembali menyebut salah satu Ketua DPP PD yakni I Gede Pasek Suardika ikut kecipratan uang panas proyek APBN 2011.

Sewaktu dikonfirmasi, Ketua DPP PD Gede Pasek Suardika tak terlalu menganggap serius tudingan Nazaruddin itu. Dia malah balik menuding Nazar yang telah menghembuskan fitnah. “Wah gila. Rp120 miliar itu proyek apa? Itu banyak lho!” kata Pasek di Gedung DPR, kemarin, lantas tertawa.

Sekedar informasi, Pasek resmi masuk ke Komisi X DPR mulai bulan Januari 2010. Dia masuk melalui proses pergantian antar waktu (PAW) untuk mengisi kursi Jero Wacik yang ditarik menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Setelah itu, dia dipindahkan fraksinya ke Komisi II.

Pasek pun menyebut Nazaruddin orang stres. Sebab, semua yang tampak konsisten “menjaga” partai, menurut Pasek, pasti diserang. Sebelumnya, yang sempat dicatut namanya adalah Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Didi Irawadi, hingga Angelina Sondakh. “Itu jurus babi hutan terluka, tabrak sana, tabrak sini,” sindirnya.

Dia menduga semua ini strategi Nazaruddin untuk mengalihkan perhatian media massa dan publik supaya tidak mempertanyakan aset-asetnya yang bernilai triliunan. Ujung-ujungnya, dia malah menyarankan agar penegak hukum untuk cepat menyita semua aset Nazaruddin.

KPK sendiri memastikan bakal mendalami pengakuan M Nazaruddin terkait keterlibatan Gede Pasek. Namun, jawaban yang keluar dari mulut pimpinan KPK Zulkarnain terkesan normatif. Tidak ada penjelasan detail mengenai langkah institusi yang bermarkas di Jalan H.R Rasuna Said itu. “Kita dalami, dicek di penyidikan,” tuturnya. (dim/pri/jpnn)

Pukulan Saksi Nazaruddin

Pengakuan Ismiati:

  1. Uang USD 7 ribu dan Rp 30 juta ribu untuk memilih Anas.
  2. Ketua DPC yang memilih Anas dijanjikan maju dalam pilkada.
  3. Menerima BlackBerry dan jaket untuk memudahkan koordinasi.
  4. Ada surat perjanjian dengan materai Rp 6.000.

Tudingan Nazar:

  1. Anas menerima banyak uang dari Proyek Hambalang.
  2. Commitment fee Rp 120 miliar untuk proyek diatur oleh I Gede Pasek.

Bantahan Anas:

  1. Tidak ada permasalahan dalam Kongres PD di Bandung, 2010.
  2. Mereka yang mempermasalahkan dikendalikan oleh orang aneh.
  3. Biarkan proses hukum yang menjawab.

Sumber: Reportase Jawa Pos, 2012

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/