25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

9 Jam Terapung, Dievakuasi Tim SAR Aceh

Nelayan Korban Tabrak Lari Kapal Tanker

Sebanyak tujuh nelayan korban tabrak lari kapal tanker di Perairan Selat Malaka asal Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara selamat setelah terapung-apung selama 9 jam di laut.

Nelayan itu ditemukan oleh boat asing, yang melintas kemudian menolongnya. Selanjutnya, Tim SAR Aceh langsung mengevakuasi nelayan langsung membawanya ke Aceh Daratan.

Pasca dievakuasi tim SAR dan tiba di Pelabuhan Ulee Lheue Kota Banda Aceh, Nasrul (32) pemilik boat nelayan ‘Rezeki Makmur’ dan nakhoda bersama keenam awak kapal lainnya, berucap syukur tak terhingga. Saat itu hal terburuk seperti kehilanagn nyawa melintas dibenaknya.

Dia mengisahkan awal perjalananya melaut, 26 Desember lalu. Beberapa hari di laut, tepatnya Minggu (1/1) sekira pukul 04.15 WIB, mereka sedang melempar pancing. Dinihari itu, hujan deras meski tidak disertai angin kencang. Saat itu, tidak melihat atau mendengar tanda-tanda ada kapal besar di sekitar lokasi melempar pancing itu.
Tanpa ada aba-aba berupa klakson atau lampu, tiba-tiba terdengar suara benturan cukup keras disertai goncangan dahsyat. Sedetik kemudian mereka terlempar menghantam benda keras dan setelahnya tercebur ka laut. “Belum bisa memikirkan apa-apa dan beberapa saat lamanya,” katanya, Selasa (3/1).

Satu malaman mereka terapung di lautan. Nasrul sudah kepayahan berenang sambil memanggil semua anak buah kapalnya. Baru saat mentari pagi menerangi laut lepas Perairan Selat Malaka, semua anak buahnya bisa berkumpul kembali.

Anehnya, sebutnya dua kali kapal besar melintas selalu mengabaikan permintaan tolong mereka. Keduanya berbendera asing, bukannya menolong, malahan menghindar dan menjauh dari tempat mereka terapung-apung. Matahari pun telah lewat dari atas kepala, akhirnya melintas kapal MV Limin Swordfish type Anchor Handling Tug, yang menarik tongkang. Kapal inilah yang menolong mereka.

Kapal Limin ini, tak mau berbalik arah ke Belawan lagi. Mereka, hanya bisa pasrah. Pihak kapal menghubungi Tim SAR Aceh, dan berhasil terhubung serta bersedia menjemput atau mengevakuasi mereka di Perairan Aceh antara Ulee Lheue dan Sabang.

Ikut bersama Nasrul, yaitu Syamsul Anwar (39), Sudarman (26), Andi Rahmat (33), Arifin (40), Najri (26), dan Mulkan (30). Ketujuh nelayan Tanjung Balai tersebut merupakan warga Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara. Mereka melaut dengan kapal milik Nasrul dari tahun 2006.

Amatan Rakyat Aceh (Grup Sumut Pos) ketujuh nelayan itu hanya tersisa baju yang di badan. Mereka menyebutkan baju yang dipakainya sudah mengering dan menjadi saksi bisu bagaimana mereka terapung dan terombang-ambing di laut, hingga diselamatkan kapal dan TIM SAR Aceh.

Sementara itu, Kapten Kapal Tim Basarnas RB208, Supriadi mengungkapkan, pihaknya dihubungi melalui radio Senin (2/1) petang, dikarenakan harus berkoordinasi dengan pihak keimigrasian bidang Karantina, mereka bersedia mengevakuasi pagi Selasa sekira pukul 07.30 WIB. (ian/jpnn)

Nelayan Korban Tabrak Lari Kapal Tanker

Sebanyak tujuh nelayan korban tabrak lari kapal tanker di Perairan Selat Malaka asal Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara selamat setelah terapung-apung selama 9 jam di laut.

Nelayan itu ditemukan oleh boat asing, yang melintas kemudian menolongnya. Selanjutnya, Tim SAR Aceh langsung mengevakuasi nelayan langsung membawanya ke Aceh Daratan.

Pasca dievakuasi tim SAR dan tiba di Pelabuhan Ulee Lheue Kota Banda Aceh, Nasrul (32) pemilik boat nelayan ‘Rezeki Makmur’ dan nakhoda bersama keenam awak kapal lainnya, berucap syukur tak terhingga. Saat itu hal terburuk seperti kehilanagn nyawa melintas dibenaknya.

Dia mengisahkan awal perjalananya melaut, 26 Desember lalu. Beberapa hari di laut, tepatnya Minggu (1/1) sekira pukul 04.15 WIB, mereka sedang melempar pancing. Dinihari itu, hujan deras meski tidak disertai angin kencang. Saat itu, tidak melihat atau mendengar tanda-tanda ada kapal besar di sekitar lokasi melempar pancing itu.
Tanpa ada aba-aba berupa klakson atau lampu, tiba-tiba terdengar suara benturan cukup keras disertai goncangan dahsyat. Sedetik kemudian mereka terlempar menghantam benda keras dan setelahnya tercebur ka laut. “Belum bisa memikirkan apa-apa dan beberapa saat lamanya,” katanya, Selasa (3/1).

Satu malaman mereka terapung di lautan. Nasrul sudah kepayahan berenang sambil memanggil semua anak buah kapalnya. Baru saat mentari pagi menerangi laut lepas Perairan Selat Malaka, semua anak buahnya bisa berkumpul kembali.

Anehnya, sebutnya dua kali kapal besar melintas selalu mengabaikan permintaan tolong mereka. Keduanya berbendera asing, bukannya menolong, malahan menghindar dan menjauh dari tempat mereka terapung-apung. Matahari pun telah lewat dari atas kepala, akhirnya melintas kapal MV Limin Swordfish type Anchor Handling Tug, yang menarik tongkang. Kapal inilah yang menolong mereka.

Kapal Limin ini, tak mau berbalik arah ke Belawan lagi. Mereka, hanya bisa pasrah. Pihak kapal menghubungi Tim SAR Aceh, dan berhasil terhubung serta bersedia menjemput atau mengevakuasi mereka di Perairan Aceh antara Ulee Lheue dan Sabang.

Ikut bersama Nasrul, yaitu Syamsul Anwar (39), Sudarman (26), Andi Rahmat (33), Arifin (40), Najri (26), dan Mulkan (30). Ketujuh nelayan Tanjung Balai tersebut merupakan warga Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara. Mereka melaut dengan kapal milik Nasrul dari tahun 2006.

Amatan Rakyat Aceh (Grup Sumut Pos) ketujuh nelayan itu hanya tersisa baju yang di badan. Mereka menyebutkan baju yang dipakainya sudah mengering dan menjadi saksi bisu bagaimana mereka terapung dan terombang-ambing di laut, hingga diselamatkan kapal dan TIM SAR Aceh.

Sementara itu, Kapten Kapal Tim Basarnas RB208, Supriadi mengungkapkan, pihaknya dihubungi melalui radio Senin (2/1) petang, dikarenakan harus berkoordinasi dengan pihak keimigrasian bidang Karantina, mereka bersedia mengevakuasi pagi Selasa sekira pukul 07.30 WIB. (ian/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/