SUMUTPOS.CO – Arus transportasi darat melalui jalan lintas Sumatera (Jalinsum) dari Medan menuju Aceh maupun sebaliknya, lumpuh total akibat banjir setinggi 1,5-2 meter di kawasan Gampong Kebun Tengah dan Sungai Liput di Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, Kamis (3/11). Antrean panjang tak terelakkan setelah arus kendaraan dari dua arah tidak bisa melewati Jalinsum Medan-Aceh.
DARI amatan di lokasi banjir, seluruh kendaraan seperti truk, mobil pribadi, maupun angkutan umum termasuk sepeda motor tak bergerak sejak dari ujung jembatan Kota Kuala Simpang, hingga kawasan SPBU Seumadam atau perbatasan Aceh-Sumut. Informasi diperoleh, antrean panjang kendaraan sudah terjadi sejak Rabu (2/11) malam sekitar pukul 20.00 WIB.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh Tamiang, Syuibun Anwar dikonfirmasi Harian Rakyat Aceh (grup Sumut Pos) mengatakan, jalan negara lintas provinsi Banda Aceh-Medan yang tergenang banjir ada enam titik yaitu di Desa Alur Bemban, Kecamatan Karang Baru. Kemudian Desa Sriwijaya depan Kantor Camat Kota Kuala Simpang, dan selebihnya empat titik terparah di wilayah Kecamatan Kejuruan Muda. “Kendaraan yang akan melintasi jalan negara dari Kota Kuala Simpang sampai dengan perbatasan Aceh-Sumut terjebak banjir vakum total tidak ada solusi selain menunggu air surut,” kata Syuibun Anwar dari atas jembatan Kuala Simpang.
Petugas Dishub bersama personel Satlantas Polres Aceh Tamiang saat itu tengah sibuk mengatur arus lalu lintas agar tidak terjadi penumpukan kendaraan. Syuibun Anwar menjelaskan, saat ini untuk Kabupaten Aceh Tamiang ada tiga pintu akses jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan yakni, arah Kuala Simpang ke Medan mulai dari Desa Sriwijaya, arah Rantau mulai dari Titi Putih dan arah ke Langsa di Desa Alur Bemban juga tidak bisa dilalui. Artinya mobilitas warga lokal juga terbatas saat ini. Tidak ada solusi juga karena akses jalan kabupaten terputus tidak ada jalan lain.
“Jadi diharap kepada masyarakat untuk menahan diri kalau keluar rumah tidak menggunakan roda empat agar tidak memperparah kemacetan. Kalau pun mau keluar belanja gunakan kendaraan roda dua,” imbaunya.
Sementara para sopir truk dari Aceh tujuan Medan mengaku sudah terjebak banjir di Kuala Simpang sejak malam Kamis. Sorang warga asal Kota Langsa, Sudirman (43), juga mengonfirmasi dirinya terjebak banjir saat hendak pulang dari Medan. “Sejak pukul 20.00 WIB hingga 00.00 WIB masih egak bisa lewat baik arah Medan maupun ke Langsa,” kata Sudirman.
Karena tidak bisa masuk Aceh Tamiang Sudirman bersama pengendara lain parkir kendaraan di area SPBU Seumadam. Hingga pukul 06.00 WIB dia mengaku masih terjebak banjir. Satupun kendaraan belum bisa lewat dan terjadi antrean panjang sekitar 2 kilometer hingga SPBU.
Dia menuturkan kendaraan dari Medan terjebak banjir di kawasan Sungai Liput lewat Makodim 0117/Aceh Tamiang atau lewat jembatan alur sebelum Kantor Camat Kejuruan Muda. “Banjirnya setinggi pinggang orang dewasa dan ada beberapa titik jadi sama sekali tidak bisa lewat kami,” tuturnya.
Menurut Dirman, pada pukul 11.30 WIB kemacetan mulai bisa diurai. Namun karena semua sopir dari dua arah berebut lewat membuat antrean semakin semrawut. “Tidak ada yang mau mengalah, semua mau lewat duluan. Karena yang mengatur lalu lintas cuma masyarakat tidak ada petugas sehingga pengendara tidak tertib,” sebutnya.
Menjelang sore Dirman yang mengendarai mobil Toyota Avanza ini juga belum berhasil melewati jalur Aceh Tamiang. Hingga akhirnya dia pun memilih putar balik arah menuju ke Medan lagi. “Saya sudah sampai Pangkalan Brandan ini. Tadi tunggu sampai pukul 16.00 WIB masih macet dari Seumadam sampai luar perbatasan Aceh-Sumut,” demikian Sudirman.
Kapolres Aceh Tamiang AKBP Imam Asfali dikonfirmasi mengatakan sejak kemarin dan hari ini sudah menyiagakan personel disetiap titik jalan negara yang tergenang banjir. “Ada, personel Satlantas dibantu personel Polsek berjaga di jalan yang tergenang. Personel Satlantas sudah saya perintahkan memberikan tanda di sisi kanan-kiri jalan sehingga masyarakat pengguna jalan mengetahui batas titiknya jangan sampai terperosok,” kata Imam.
Sementara itu menurut Imam Asfali pada pukul 13.00 WIB satu persatu antrean kendaraan sudah bisa diurai dengan sistem buka tutup. “Untuk kendaraan yang bisa terurai adalah bus dan kendaraan roda 10/turk. Untuk mengurai kendaraan tetap pakai cara buka tutup sehingga meniadakan resiko mogok di jalan yang terendam,” terang Kapolres.
Personel Satlantas Polres Aceh Tamiang sempat mengalami kendala di lapangan dalam mengevakuasi mobil minibus yang mogok di tangah jalan. “Personel terpaksa mencari trado untuk mengangkut mobil kecil yang rusak tersebut,” ujar Imam.
1.413 Jiwa Tinggal di Pengungsian
Banjir di Aceh Tamiang hingga tadi malam belum surut. Kondisi ini, membuat ribuan orang menggantungkan hidup di posko pengungsian dan membutuhkan obat-obatan serta popok bayi. Data yang disampaikan BPBD Aceh Tamiang, jangkauan banjir pada Kamis (3/11), sudah menyentuh 130 kampung yang tersebar di seluruh kecamatan. Dampak banjir ini memaksa 439 kepala keluarga (KK) atau 1.413 jiwa tinggal di pengungsian.
Kepala Pelaksana BPBD Aceh Tamiang, Iman Suhery mengungkapkan, ada 51 titik posko pengungsian yang telah didirikan untuk menampung warga. Menurutnya, jumlah ini berpotensi bertambah sesuai kebutuhan di lapangan. “Setiap saat pihak kecamatan memberikan data terbaru, dan melihat situasi saat ini, sehingga potensi bisa bertambah,” kata Iman Suhery.
Kepala Dinas Sosial Tamiang , Zulfiqar menambahkan, untuk menjamin kebutuhan pangan para korban banjir, pihaknya telah membuka posko pengendalian banjir di gudang BPBD Aceh Tamiang.
Selain berfungsi untuk menyalurkan bantuan kebutuhan pangan, posko ini juga sebagai wadah menerima bantuan dari pihak lain.
Sementara Kapolres Aceh Tamiang, AKBP Imam Asfali mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah percaya informasi tentang kondisi banjir yang banyak beredar di media sosial. Begitupun, ia mengimbau masyarakat tetap waspada.
Imbauan ini sengaja disampaikan Kapolres menyikapi banyaknya pesan berantai melalui media sosial sejak hari pertama banjir, Selasa (1/11) lalu. Pesan tersebut menjelaskan kemunculan seekor buaya di depan kantor Bappeda yang sudah terendam banjir.
Di hari kedua, pesan berantai kembali tersebar. Kali ini rekaman suara itu menjelaskan situasi di wilayah hulu memburuk, di mana banjir telah menyebabkan longsor di beberapa lokasi. Informasi ini dengan cepat menyebar ke masyarakat hingga membuat kepanikan. “Saya harapkan masyarakat tidak terpancing, ada instansi berwenang memberikan informasi ini,” katanya.
AKBP Imam Asfali menyarankan masyarakat mencari informasi ke BPBD Aceh Tamiang, selaku leading sector penanganan bencana alam. “Intinya jangan mudah percaya, tapi harus tetap waspada karena cuacan masih belum normal,” tegasnya.
Di sisi lain, Kapolres memastikan Polri terus memantau perkembangan situasi dengan melibatkan Bhabinkamtibmas di seluruh wilayah. Artinya, setiap perkembangan tetap dalam amatan kepolisian. “Kami terus memantau, paling tidak kondisi per jam kami menerima laporan dari Bhabinkamtibmas,” ujarnya.
Ia mengakui banjir yang melanda Aceh Tamiang kali ini tergolong besar. Polres sendiri sudah mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk membantu warga. Bentuk bantuan ini, dijelaskan Imam, berupa penyaluran bahan pangan serta evakuasi. (ddh/min/jpg/adz)