Bang Toyib
Bang Toyib
Bang Toyib
Kenapa tak pulang pulang
Anakmu…anakmu
Panggil panggil namamu
Natalia Laurens, Banten
Sepenggal lagu dangdut berjudul Bang Toyib ini sudah tak asing di telinga penggemarnya. Menggambarkan kehidupan seseorang yang tak jua pulang ke rumah karena kesibukannya. Gambaran ini pula yang dirasakan para petugas pelayanan publik di masa libur Lebaran ini. Mereka adalah para staf PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) yang bertugas di Pelabuhan Merak.
Para staf PT ASDP tetap masuk dan melayani penyeberangan dari Merak ke wilayah Sumatera. Mereka berganti shift setiap 12 jam. Hingga hari Idul Fitri pun, para petugas tidak dapat berlibur layaknya pekerja lainnya karena harus bertugas.
Asisten Manager Humas Operasi PT ASDP Cabang Merak Mario S Utomo tanpa malu-malu mengakui dirinya bahkan sudah seperti Bang Toyib. “Kalau kita ini lebih dari Bang Toyib. Tiga kali puasa, tiga kali Lebaran bisa enggak pulang-pulang,” kata Mario saat berbincang dengan JPNN (grup Sumut Pos) di Pelabuhan Merak, Banten, Sabtu (3/8).
Mario terlihat tetap ceria, meski kesibukan terus mengejarnya. Sambil berbincang, tangannya tak henti-henti menerima telepon, baik dari staf lainnya, pemudik sampai dengan wartawan yang meliput di Merak. Tak jarang ia meninggalkan perbincangan dengan teman-temannya atau wartawan untuk memonitor keadaan di pelabuhan, hingga di atas kapal.
Kesibukan ini sudah sering ia rasakan, hingga lelah pun jadi tak terasa dan sudah menjadi kebiasaan. Keluarga, kata dia, sudah tak perlu bertanya lagi, kemana ia saat Lebaran ini, karena mengetahui kesibukannya mengurus arus mudik di Merak.
“Kadang jam 4 pagi saya ditelepon media massa untuk diwawancara, saya mau shalat subuh ndak jadi-jadi,” sambungnya lagi sambil tersenyum.
Mario menyatakan sebagai petugas pelayanan mudik memang tidak sendirian. Petugas mendapat giliran tapi belum tentu dapat menikmati libur Lebaran. Namun suka dan duka, kata dia, sudah menjadi pengalamannya para petugas sehari-hari. Tak jarang, tuturnya, petugas dimarah-marahi oleh pemudik yang merasa tidak puas dengan pelayanan.
“Kapal ASDP cuma ada tiga di sini, sisanya kapal swasta. Kalau kapal swasta bermasalah yang dimarahi kami juga, padahal kapal kami baik-baik saja,” kata dia. Pria yang juga pernah menjadi wartawan Jawa Pos Group itu mengaku ia bahkan diomeli orang ketika tengah diwawancarai oleh radio swasta nasional.
“Jadi ada ibu-ibu yang telepon saat sedang live wawancara, langsung saya diomeli di situ. Sepertinya, ibunya sudah lama nahan pengen ngamuk. Kalau di pelabuhan ya sering dimarahi sopir truk,” kata Mario sambil tertawa. Meski sering dimarahi, Mario mengaku, kemarahan masyarakat tidak sampai meruntuhkan semangat mereka untuk melayani. Justru, kemarahan dijadikan masukan.
Lalu apa lagi yang dirasakan Mario dan kawan-kawan saat bertugas di Pelabuhan Merak?
“Ya paling kurang tidur. Saya tiap hari tidur ayam aja, mata kriyep-kriyep, mikirin tugas,” kata Mario yang tak pernah pelit senyum meski lelah.
Mario menyatakan ia bersama teman-temannya menganggap pekerjaan melayani masyarakat di Pelabuhan Merak adalah sebuah kehormatan tersendiri. Apalagi ketika arus mudik saat ini. Ia berharap pihaknya dapat memulangkan semua penumpang ke seberang dengan aman, nyaman dan lancar.
“Kenapa kami sebut kehormatan, karena kita berusaha untuk memulangkan teman dan saudara kita ini sampai ke seberang, sebelum Lebaran. Kami anggap ini sebuah kehormatan tersendiri, bisa memulangkan mereka tepat waktu,” akunya.
Terakhir, Mario meminta semua pemudik Lebaran tahun ini lebih tertib dan menjalankan kegiatan mudiknya dengan lancar.
“Menyeberangkan mereka adalah kehormatan, jadi kita tidak boleh mengeluh. Malah jadi beban. Ini pekerjaan terhormat melayani orang lain,” tandas Mario. (*)