25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

44 Desa Terisolasi, 7.103 KK Mengungsi, Bupati Aceh Tamiang Tetapkan Status Tanggap Darurat

SUMUTPOS.CO – Sebanyak 44 desa di sejumlah kecamatan Aceh Tamiang terisolasi akibat banjir. Imbasnya, 7.103 keluarga terpaksa mengungsi ke 190 titik. Bupati Aceh Tamiang telah menetapkan status tanggap darurat terkait banjir yang terjadi di wilayahnya ini.

BANJIR yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang mulai terjadi pada 30 Oktober 2022 hingga kini banjir Aceh Tamiang sekakian meluas,semua kecamatan dalam wilayah Aceh Tamiang terendam banjir. “Total desa terkena banjir 125 kampung dan kampung yang terisolasi atau susah dijangkau sebanyak 44 kampung,” kata juru bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Agusliayana Devita, Jumat (4/11).

Desa yang terisolasi tersebar di Kecamatan Bandar Pusaka sebanyak 13 kampung, Tamiang Hulu 1 desa, Sekerak 10 desa, Kejuruan Muda sebanyak 9 kampung, Bendahara 8 kampung, Rantau 1 desa, dan Banda Mulia 2 desa. Wilayah itu dilaporkan sulit dilalui kendaraan. “Jumlah pengungsi terbanyak di Kejuruan Muda dan Kecamatan Bendahara,” jelas Devi.

Atas kondisi ini, kata Devi, pertanggal 31 Oktober 2022 lalu, Bapak Bupati sudah menetapkan Aceh Tamiang status tanggap darurat banjir. Menurut Devi, status tanggap darurat banjir tersebut sesuai Keputusan Bupati Aceh Tamiang Nomor: 45/1140/2022, tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Alam Banjir Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022, tanggal 31 Oktober 2022.

Dalam hal ini sambung Devi, bupati menetapkan status tanggap darurat, karena telah terjadi bencana alam banjir dan tanggul jebol akibat tingginya curah hujan di Kecamatan Tenggulun, Tamiang Hulu, Kejuruan Muda, Bandar Pusaka, Sekerak, Kota Kualasimpang, Seuruway, Rantau, Karang Baru dan Manyak Payed dan tanggul jebol di Kecamatan Bendahara. “Ini acuannya karena dampaknya mengakibatkan terendamnya pemukiman masyarakat, fasilitas umum serta areal persawahan masyarakat yang berdampak gagal panen,” jelas Devi.

Kemudian sambung Devi, keputusan itu juga berdasarkan laporan dari BPBD Aceh Tamiang tertanggal 30 Oktober 2022. Banjir telah mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana infrastruktur daerah aliran sungai (DAS), rusaknya tanggul sungai, lahan pertanian dan perkebunan. “Dengan bencana ini tentu sangat terganggu roda perekonomian masyarakat,” jelasnya.

Menurut Devi, status tanggap darurat yang telah ditetapkan tersebut berlaku 14 hari terhitung sejak 31 Oktober hingga 13 November 2022. “Masa berlaku itu dapat diperpanjang ataupun diperpendek. Itu semua disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan penanganan darurat bencana di lapangan,” ungkap Devi.

Hingga kemarin, genangan banjir melumpuhkan arus lalu lintas di jalan nasional Banda Aceh-Medan di kawasan Seumadam. Kendaraan dari Aceh menuju Sumatera Utara atau sebaliknya tertahan dan tidak dapat melanjutkan perjalanan. “Belum bisa dilalui, masih sama kayak kemarin,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang Iman Suhery saat dimintai konfirmasi detikSumut, Jumat (4/11).

Sementara, Kapolda Aceh Irjen Pol Ahmad Haydar meminta masyarakat yang hendak melakukan perjalanan agar lebih baik menunda terlebih dulu. “Kami berharap ya baiknya masyarakat menunda perjalanan, karena tidak ada alternatif (jalan) lain. Sementara kita menunggu informasi lebih lanjut dari BPBD dan katanya debit airnya masih tinggi,” kata Ahmad Haydar.

Informasi yang diterimanya, memang ada sejumlah mobil seperti bus, truk yang lewat. Sedangkan mobil-mobil kecil tidak bisa melewati genangan air.

Selain itu, Kapolda mengatakan, dirinya telah memerintahkan jajaran untuk terus membantu masyarakat dalam kondisi seperti saat ini, termasuk mengevakuasi masyarakat dan memberi bantuan sosial. “Seperti sebelumnya tindakan sudah kami lakukan membuat posko, dapur umum, menjaga rumah warga yang ditinggal, mengevakuasi warga, dan pengaturan lalu lintas,” pungkasnya.

Kapolres Aceh Tamiang, AKBP Imam Asfali juga menyebutkan, jalan utama menghubungkan Aceh dan Sumatera Utara hanya bisa dilalui oleh kendaraan berbadan besar. “Hanya truk besar yang bisa lewat atau jumlah ban mobilnya di atas 10 biji. Kalau di bawah itu saya sarankan jangan lewat dulu. Khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan,” kata Imam.

Dia menyebutkan, dua hari terakhir, praktis akses transportasi darat yang menghubungkan Aceh dan Sumatera Utara itu lumpuh dan tidak bisa dilalui. “Kami siagakan petugas di jalan lintas nasional yang terendam banjir,” sebutnya.

Sementara itu, sejumlah angkutan umum di Terminal Bus Kota Lhokseumawe dan Terminal Minibus Kota Lhokseumawe menutup penjualan tiket rute Lhokseumawe-Medan. Salah seorang petugas tiket di Terminal Minibus Kota Lhokseumawe, Muzakir, menyebutkan dua hari terakhir tidak ada penjualan tiket rute Medan. “Kami pastikan kalau sudah surut benar baru kita buka layanan ticketing lagi. Ini sudah tidak bisa dilalui sama sekali, bahkan tambah parah,” sebut Muzakir.

Meluas ke Langsa

Banjir yang terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang semakin meluas. Hingga kemarin (4/11), banjir mulai bergeser ke Kota Langsa. Banjir di Kota Langsa mengakibatkan tiga kecamatan terendam yakni Kecamatan Langsa Baro, Langsa Kota dan Kota Langsa. Sebanyak 10 desa terendam dengan ketinggian air satu meter.

Petugas Piket Informasi BPBA, Khaira Sukma Junina menyebutkan, pihaknya sudah mendirikan delapan titik dapur umum yang dibuka untuk korban banjir. “Sejauh ini, hasil pantauan petugas lapangan, banjir terus meluas ke desa lainnya,” terang Khaira.

Khaira mengatakan, banjir itu disebabkan meluapnya Sungai Krueng Langsa, sehingga merendam pemukiman warga dan badan jalan. Hingga saat ini, tim BPBD Kota Langsa masih melakukan pendataan kerusakan yang ditimbulkan banjir kali ini.  Namun, badan jalan di Kota Langsa meski terendam banjir masih bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat.

Salurkan 20 Ton Beras

Pemkab Aceh Tamiang mengambil 20 ton stok beras yang tersimpan di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kota Langsa untuk disalurkan kepada korban banjir di pengungsian. “Sebanyak 20 ton stok beras milik Aceh Tamiang kita keluarkan dari Bulog untuk memenuhi ketersediaan logistik bagi korban banjir di pengungsian,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Tamiang Asra di Aceh Tamiang, Jumat.

Asra mengeluarkan stok pangan itu bersama Kepala Dinas Sosial Aceh Yusrizal di Kantor Bulog Cabang Langsa pada Kamis (3/11). Menurutnya Dinsos Kabupaten Aceh Tamiang memiliki ketersediaan stok beras sebanyak 85 ton bisa diambil kapan saja sewaktu-sewaktu dibutuhkan pemda khusus untuk tanggap bencana alam dan non alam status darurat. “Beras sebanyak 20 ton ini sebagai antisipasi tanggap bencana. Kemarin baru 10 ton dulu yang kita bawa pulang ke Aceh Tamiang dan 10 ton lagi menyusul,” jelas Asra.

Sekda berharap pasokan beras ini dapat memenuhi ketersedian logistik di posko tanggap bencana kabupaten, sehingga pendistribusian bantuan sosial ke pengungsian tidak terputus dan masyarakat tidak kekurangan pasokan makanan.

Sementara itu dara terbaru laporan sementara bencana alam banjir Aceh Tamiang per 2 November 2022 menyebutkan sebanyak 42.140 jiwa terdampak banjir dan 7.410 jiwa mengungsi terdiri dari 12.697 kepala keluarga (KK) sejak 31 Oktober 2022. “Jumlah pengungsi hingga hari ini sebanyak 7.410 jiwa dari 2.250 KK yang tersebar di 12 kecamatan,” kata jubir Pemkab Aceh Tamiang Agusliayana Devita.

Sementara warga terdampak banjir tidak mengungsi jumlahnya bertambah dari 7.329 menjadi 10.447 KK atau 34.730 jiwa dari wilayah hulu, tengah hingga hilir,” ungkap Devi.

Pemkab Aceh Tamiang mengimbau kepada semua lapisan masyarakat agar tetap waspada menghadapi kondisi cuaca yang ekstrim. Masyarakat tidak perlu cemas namun harus tetap waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem. (bbs/adz)

SUMUTPOS.CO – Sebanyak 44 desa di sejumlah kecamatan Aceh Tamiang terisolasi akibat banjir. Imbasnya, 7.103 keluarga terpaksa mengungsi ke 190 titik. Bupati Aceh Tamiang telah menetapkan status tanggap darurat terkait banjir yang terjadi di wilayahnya ini.

BANJIR yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang mulai terjadi pada 30 Oktober 2022 hingga kini banjir Aceh Tamiang sekakian meluas,semua kecamatan dalam wilayah Aceh Tamiang terendam banjir. “Total desa terkena banjir 125 kampung dan kampung yang terisolasi atau susah dijangkau sebanyak 44 kampung,” kata juru bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Agusliayana Devita, Jumat (4/11).

Desa yang terisolasi tersebar di Kecamatan Bandar Pusaka sebanyak 13 kampung, Tamiang Hulu 1 desa, Sekerak 10 desa, Kejuruan Muda sebanyak 9 kampung, Bendahara 8 kampung, Rantau 1 desa, dan Banda Mulia 2 desa. Wilayah itu dilaporkan sulit dilalui kendaraan. “Jumlah pengungsi terbanyak di Kejuruan Muda dan Kecamatan Bendahara,” jelas Devi.

Atas kondisi ini, kata Devi, pertanggal 31 Oktober 2022 lalu, Bapak Bupati sudah menetapkan Aceh Tamiang status tanggap darurat banjir. Menurut Devi, status tanggap darurat banjir tersebut sesuai Keputusan Bupati Aceh Tamiang Nomor: 45/1140/2022, tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Alam Banjir Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022, tanggal 31 Oktober 2022.

Dalam hal ini sambung Devi, bupati menetapkan status tanggap darurat, karena telah terjadi bencana alam banjir dan tanggul jebol akibat tingginya curah hujan di Kecamatan Tenggulun, Tamiang Hulu, Kejuruan Muda, Bandar Pusaka, Sekerak, Kota Kualasimpang, Seuruway, Rantau, Karang Baru dan Manyak Payed dan tanggul jebol di Kecamatan Bendahara. “Ini acuannya karena dampaknya mengakibatkan terendamnya pemukiman masyarakat, fasilitas umum serta areal persawahan masyarakat yang berdampak gagal panen,” jelas Devi.

Kemudian sambung Devi, keputusan itu juga berdasarkan laporan dari BPBD Aceh Tamiang tertanggal 30 Oktober 2022. Banjir telah mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana infrastruktur daerah aliran sungai (DAS), rusaknya tanggul sungai, lahan pertanian dan perkebunan. “Dengan bencana ini tentu sangat terganggu roda perekonomian masyarakat,” jelasnya.

Menurut Devi, status tanggap darurat yang telah ditetapkan tersebut berlaku 14 hari terhitung sejak 31 Oktober hingga 13 November 2022. “Masa berlaku itu dapat diperpanjang ataupun diperpendek. Itu semua disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan penanganan darurat bencana di lapangan,” ungkap Devi.

Hingga kemarin, genangan banjir melumpuhkan arus lalu lintas di jalan nasional Banda Aceh-Medan di kawasan Seumadam. Kendaraan dari Aceh menuju Sumatera Utara atau sebaliknya tertahan dan tidak dapat melanjutkan perjalanan. “Belum bisa dilalui, masih sama kayak kemarin,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang Iman Suhery saat dimintai konfirmasi detikSumut, Jumat (4/11).

Sementara, Kapolda Aceh Irjen Pol Ahmad Haydar meminta masyarakat yang hendak melakukan perjalanan agar lebih baik menunda terlebih dulu. “Kami berharap ya baiknya masyarakat menunda perjalanan, karena tidak ada alternatif (jalan) lain. Sementara kita menunggu informasi lebih lanjut dari BPBD dan katanya debit airnya masih tinggi,” kata Ahmad Haydar.

Informasi yang diterimanya, memang ada sejumlah mobil seperti bus, truk yang lewat. Sedangkan mobil-mobil kecil tidak bisa melewati genangan air.

Selain itu, Kapolda mengatakan, dirinya telah memerintahkan jajaran untuk terus membantu masyarakat dalam kondisi seperti saat ini, termasuk mengevakuasi masyarakat dan memberi bantuan sosial. “Seperti sebelumnya tindakan sudah kami lakukan membuat posko, dapur umum, menjaga rumah warga yang ditinggal, mengevakuasi warga, dan pengaturan lalu lintas,” pungkasnya.

Kapolres Aceh Tamiang, AKBP Imam Asfali juga menyebutkan, jalan utama menghubungkan Aceh dan Sumatera Utara hanya bisa dilalui oleh kendaraan berbadan besar. “Hanya truk besar yang bisa lewat atau jumlah ban mobilnya di atas 10 biji. Kalau di bawah itu saya sarankan jangan lewat dulu. Khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan,” kata Imam.

Dia menyebutkan, dua hari terakhir, praktis akses transportasi darat yang menghubungkan Aceh dan Sumatera Utara itu lumpuh dan tidak bisa dilalui. “Kami siagakan petugas di jalan lintas nasional yang terendam banjir,” sebutnya.

Sementara itu, sejumlah angkutan umum di Terminal Bus Kota Lhokseumawe dan Terminal Minibus Kota Lhokseumawe menutup penjualan tiket rute Lhokseumawe-Medan. Salah seorang petugas tiket di Terminal Minibus Kota Lhokseumawe, Muzakir, menyebutkan dua hari terakhir tidak ada penjualan tiket rute Medan. “Kami pastikan kalau sudah surut benar baru kita buka layanan ticketing lagi. Ini sudah tidak bisa dilalui sama sekali, bahkan tambah parah,” sebut Muzakir.

Meluas ke Langsa

Banjir yang terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang semakin meluas. Hingga kemarin (4/11), banjir mulai bergeser ke Kota Langsa. Banjir di Kota Langsa mengakibatkan tiga kecamatan terendam yakni Kecamatan Langsa Baro, Langsa Kota dan Kota Langsa. Sebanyak 10 desa terendam dengan ketinggian air satu meter.

Petugas Piket Informasi BPBA, Khaira Sukma Junina menyebutkan, pihaknya sudah mendirikan delapan titik dapur umum yang dibuka untuk korban banjir. “Sejauh ini, hasil pantauan petugas lapangan, banjir terus meluas ke desa lainnya,” terang Khaira.

Khaira mengatakan, banjir itu disebabkan meluapnya Sungai Krueng Langsa, sehingga merendam pemukiman warga dan badan jalan. Hingga saat ini, tim BPBD Kota Langsa masih melakukan pendataan kerusakan yang ditimbulkan banjir kali ini.  Namun, badan jalan di Kota Langsa meski terendam banjir masih bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat.

Salurkan 20 Ton Beras

Pemkab Aceh Tamiang mengambil 20 ton stok beras yang tersimpan di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kota Langsa untuk disalurkan kepada korban banjir di pengungsian. “Sebanyak 20 ton stok beras milik Aceh Tamiang kita keluarkan dari Bulog untuk memenuhi ketersediaan logistik bagi korban banjir di pengungsian,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Tamiang Asra di Aceh Tamiang, Jumat.

Asra mengeluarkan stok pangan itu bersama Kepala Dinas Sosial Aceh Yusrizal di Kantor Bulog Cabang Langsa pada Kamis (3/11). Menurutnya Dinsos Kabupaten Aceh Tamiang memiliki ketersediaan stok beras sebanyak 85 ton bisa diambil kapan saja sewaktu-sewaktu dibutuhkan pemda khusus untuk tanggap bencana alam dan non alam status darurat. “Beras sebanyak 20 ton ini sebagai antisipasi tanggap bencana. Kemarin baru 10 ton dulu yang kita bawa pulang ke Aceh Tamiang dan 10 ton lagi menyusul,” jelas Asra.

Sekda berharap pasokan beras ini dapat memenuhi ketersedian logistik di posko tanggap bencana kabupaten, sehingga pendistribusian bantuan sosial ke pengungsian tidak terputus dan masyarakat tidak kekurangan pasokan makanan.

Sementara itu dara terbaru laporan sementara bencana alam banjir Aceh Tamiang per 2 November 2022 menyebutkan sebanyak 42.140 jiwa terdampak banjir dan 7.410 jiwa mengungsi terdiri dari 12.697 kepala keluarga (KK) sejak 31 Oktober 2022. “Jumlah pengungsi hingga hari ini sebanyak 7.410 jiwa dari 2.250 KK yang tersebar di 12 kecamatan,” kata jubir Pemkab Aceh Tamiang Agusliayana Devita.

Sementara warga terdampak banjir tidak mengungsi jumlahnya bertambah dari 7.329 menjadi 10.447 KK atau 34.730 jiwa dari wilayah hulu, tengah hingga hilir,” ungkap Devi.

Pemkab Aceh Tamiang mengimbau kepada semua lapisan masyarakat agar tetap waspada menghadapi kondisi cuaca yang ekstrim. Masyarakat tidak perlu cemas namun harus tetap waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem. (bbs/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/