30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Yusril: Ini Beda Pak Harto dengan Jokowi

Foto: Ricardo/JPNN.com Yusril Ihza Mahendra
Foto: Ricardo/JPNN.com
Yusril Ihza Mahendra

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pakar hukum dan tata negara, Yusril Ihza Mahendra tersentak untuk melayangkan sindiran kepada Presiden Joko Widodo, seputar terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 Tahun 2015 yang mengatur tambahan uang muka pembelian mobil bagi pejabat negara.

Sebelumnya, Jokowi membantah dan terkesan tak mau disalahkan dengan keluarnya perpres tersebut. Kepala negara justru melempar persoalan yang menjadi polemik luas ini kepada Kementerian Keuangan yang meloloskan kebijakan ini.

“Hal-hal seperti itu harusnya di kementerian. Kementerian men-screening apakah itu akan berakibat baik atau tidak baik untuk negara ini,” kata Jokowi, Minggu (5/4).

Nah, di akun twitternya @Yusrilihza_Mhd, Yusril terkesan ‘nakal’.

“Pak Harto (mantan presiden Soeharto) dulu, semua yg beliau mau tandatangani beliau baca dulu dengan seksama. Tiap naskah yg mau ditandatangani itu kan ada memorandum mensesneg yg menerangkan secara ringkas latar belakang naskah tsb,” tulis Yusril, beberapa saat lalu.

“Bahkan kadang2 Pak Harto langsung tanya saya kalau itu menyangkut pidato atau surat yang akan ditandatangani,” ujar Yusril, yang pernah menjadi Staf Khusus Penyusun Naskah Pidato Presiden Suharto.

Semua naskah yang dikirim ke rumah Soeharto pada sore hari, kata Yusril, besoknya sudah dikembalikan ke Sekneg via ajudan.

“Yg mau ditandatangan sdh ditandatangani. Yg belum ditandatangan ada catatan atau disposisi Pak Harto yg perlu segera ditindaklanjuti mensesneg. Dari disposisi itu kami tahu bahwa Pak Harto memang membaca semua naskah yg disampaikan ke beliau seblm ditandatangani,” ujar Yusril di twitter.

“Bahkan laporan intelejen yg tiap hari masuk, semua dibaca pak Harto. Ada coretan2 pd laporan itu dan ada pertanyaan serta komentar beliau. Pidato terakhir Pak Harto tgl 21 Mei 1998 pun pak Harto panggil saya ke kamarnya dan bertanya tentang sesuatu sblm beliau bacakan,” tandas Yusril.

Sosok yang kini lebih dikenal sebagai kuasa hukum kubu Aburizal Bakrie dalam konflik Partai Golkar itu menilai, sebagai presiden, Pak Harto sangat teliti, hati-hati dan tidak pernah segan untuk bertanya.

“Saya waktu itu “anak kecil” mnrt istilah Pak Moerdiono,” sebut Yusril.

Kini, Yusril menganggap Jokowi juga seharusnya cermat, hati-hati dan tidak segan-segan bertanya agar tidak salah teken naskah.

“Kalau salah teken bisa repot Pak,” pungkas Yusril. (adk/jpnn)

Foto: Ricardo/JPNN.com Yusril Ihza Mahendra
Foto: Ricardo/JPNN.com
Yusril Ihza Mahendra

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pakar hukum dan tata negara, Yusril Ihza Mahendra tersentak untuk melayangkan sindiran kepada Presiden Joko Widodo, seputar terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 Tahun 2015 yang mengatur tambahan uang muka pembelian mobil bagi pejabat negara.

Sebelumnya, Jokowi membantah dan terkesan tak mau disalahkan dengan keluarnya perpres tersebut. Kepala negara justru melempar persoalan yang menjadi polemik luas ini kepada Kementerian Keuangan yang meloloskan kebijakan ini.

“Hal-hal seperti itu harusnya di kementerian. Kementerian men-screening apakah itu akan berakibat baik atau tidak baik untuk negara ini,” kata Jokowi, Minggu (5/4).

Nah, di akun twitternya @Yusrilihza_Mhd, Yusril terkesan ‘nakal’.

“Pak Harto (mantan presiden Soeharto) dulu, semua yg beliau mau tandatangani beliau baca dulu dengan seksama. Tiap naskah yg mau ditandatangani itu kan ada memorandum mensesneg yg menerangkan secara ringkas latar belakang naskah tsb,” tulis Yusril, beberapa saat lalu.

“Bahkan kadang2 Pak Harto langsung tanya saya kalau itu menyangkut pidato atau surat yang akan ditandatangani,” ujar Yusril, yang pernah menjadi Staf Khusus Penyusun Naskah Pidato Presiden Suharto.

Semua naskah yang dikirim ke rumah Soeharto pada sore hari, kata Yusril, besoknya sudah dikembalikan ke Sekneg via ajudan.

“Yg mau ditandatangan sdh ditandatangani. Yg belum ditandatangan ada catatan atau disposisi Pak Harto yg perlu segera ditindaklanjuti mensesneg. Dari disposisi itu kami tahu bahwa Pak Harto memang membaca semua naskah yg disampaikan ke beliau seblm ditandatangani,” ujar Yusril di twitter.

“Bahkan laporan intelejen yg tiap hari masuk, semua dibaca pak Harto. Ada coretan2 pd laporan itu dan ada pertanyaan serta komentar beliau. Pidato terakhir Pak Harto tgl 21 Mei 1998 pun pak Harto panggil saya ke kamarnya dan bertanya tentang sesuatu sblm beliau bacakan,” tandas Yusril.

Sosok yang kini lebih dikenal sebagai kuasa hukum kubu Aburizal Bakrie dalam konflik Partai Golkar itu menilai, sebagai presiden, Pak Harto sangat teliti, hati-hati dan tidak pernah segan untuk bertanya.

“Saya waktu itu “anak kecil” mnrt istilah Pak Moerdiono,” sebut Yusril.

Kini, Yusril menganggap Jokowi juga seharusnya cermat, hati-hati dan tidak segan-segan bertanya agar tidak salah teken naskah.

“Kalau salah teken bisa repot Pak,” pungkas Yusril. (adk/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/