29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Buntut Pemulangan TKI, Menag Ancam Sanksi Travel Haji Tak Berizin

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Agama memastikan tidak memiliki kewenangan dalam mengelola visa haji mujamalah (furoda atau undangan dari Saudi). Meski begitu, penyelewengan dalam pemberangkatan jamaah haji furoda tetap mendapat perhatian dari Menteri Agama (Menag). Bahkan, Menag Yaqut Cholil Qoumas mengancam akan memberi sanksi tegas kepada pihak travel.

HAL itu merujuk kasus dideportasinya 46 warga negara Indonesia (WNI) karena tidak bisa menunjukkan visa haji kepada petugas di bandara. Apalagi, travel yang memberangkatkan mereka tidak memiliki izin sebagai penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK). Haji khusus dan haji mujamalah hanya bisa dilaksanakan oleh PIHK yang berizin resmi dari Kemenag.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan, penyelenggaraan haji khusus harus sesuai peraturan. “Mereka (travel) yang tidak menyelenggarakan sesuai dengan apa yang sudah menjadi peraturan, misalnya kasus 46 calon jemaah yang dipulangkan, saya kira harus diberi sanksi tegas,” kata Yaqut setelah melaksanakan umrah wajib setiba di Makkah, kemarin (4/7).

Menurut dia, travel tersebut telah mempermainkan nasib orang yang memiliki keinginan untuk berhaji. “Mempermainkan keinginan ibadah orang itu dosa besar. Itu kita akan berikan sanksi yang tepat untuk mereka,” imbuhnya tanpa memerinci bentuk sanksi tersebut.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief menuturkan, UU 8/2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah mengatur bahwa visa haji Indonesia terbagi menjadi dua. Yakni, visa haji kuota Indonesia dan visa haji mujamalah undangan pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

“Kementerian Agama tidak mengelola visa haji mujamalah, hanya visa haji kuota Indonesia,” katanya. “Karena sifatnya adalah undangan raja, pengelolaan visa tersebut di bawah kewenangan langsung Kedutaan Besar Arab Saudi,” sambung mantan wakil rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut.

Teknis keberangkatan pemegang visa mujamalah, kata dia, harus berangkat ke Arab Saudi melalui PIHK. Tujuannya, proses pemberangkatan setiap WNI yang akan menunaikan ibadah haji tercatat. “Di samping itu, pihak penyelenggara yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah PIHK,” sebut Hilman.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Diah Pitaloka yang tengah berada di Makkah sebagai tim pengawas berharap ke depan ada pembicaraan antara Kementerian Agama dan pemerintah Saudi soal visa mujamalah. Sebab, selama ini persoalan itu hanya mengandalkan hubungan antara pihak Saudi dengan pihak-pihak yang mengajukan permohonan furoda, baik secara individual ataupun melalui travel. “Permintaan visa furoda itu tinggi, tapi tidak ada jaminan berapa kuota yang dikeluarkan oleh Saudi,” ungkapnya.

Diah menduga, ada indikasi pemalsuan dokumen visa haji furoda yang digunakan 46 WNI yang gagal beribadah haji. Haji furoda atau mujamalah merupakan sebutan untuk program haji di luar kuota haji pemerintah Indonesia. Kuota haji furoda dikeluarkan dan diberikan langsung dari pemerintah Saudi. “Analisa saya ada pemalsuan dokumen. Agak susah ya, karena permohonan visa itu kan harus pake paspor, dan paspor orang-orang ini pasti paspor Indonesia. Kalaupun keluar visa pasti melalui sebuah sistem yang diterbitkan oleh pemerintah Arab Saudi,” kata Diah.

Diah menduga visa furoda yang berasal dari Malaysia dan Singapura yang digunakan oleh 46 jemaah haji WNI itu tidak dikeluarkan Malaysia. Karena itu, tidak ada informasi yang masuk ke dalam sistem imigrasi Arab Saudi. “Saya curiganya bukan Malaysia juga yang mengeluarkan, kemungkinan besar pemalsuan dokumen karena begitu pemalsuan dokumen terjadi dan masuk ke dalam sistem visa Arab Saudi dibaca di bandara, yaitu tidak ada informasi ke dalam sistem yang dikeluarkan Arab Saudi,” ujarnya.

Pesan Menag Jelang Wukuf

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, memberikan pesan khusus kepada petugas dan jamaah menjelang fase puncak ibadah haji wukuf di Arafah, serta Mabit di Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Aspek terpenting yang harus dijaga oleh petugas dan jemaah yakni kesehatan. Sebab, cuaca di Arab Saudi sedang pada fase ekstrem. “Saya harap di sisa waktu sampai puncak ibadah haji, petugas dan jemaah masing-masing tetap jaga kesehatan dan perdalam manasik,” kata Yaqut di Mina, Arab Saudi, Selasa (5/7).

“Petugas jangan lupa tetap bertugas sesuai kewajiban, melayani jemaah dengan baik, karena jika jemaah terlayani dengan baik, mereka bisa beribadah dengan baik dan semua mendapat haji mabrur dan mabrurah,” imbuhnya.

Yaqut mengatakan, dirinya selalu mengikuti informasi seputar penyelenggaraan ibadah haji. Selama ini dia banyak mendapat informasi positif dari jemaah selama menjalankan ibadah haji. “Semoga kebahagiaan ini bertahan hingga semua pulang. Saya melihat pelayanannya pun sangat baik,” jelasnya.

Yaqut menyampaikan, terima kasih kepada Raja Salman, Putra Mahkota Muhammad bin Salman, dan Menteri Haji Arab Saudi. Mereka semua dianggap telah memberikan banyak kemudahan yang membuat pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) lebih baik kepada jemaah. “Di Indonesia, kita juga banyak dibantu oleh Kedubes Arab Saudi sehingga kita bisa memberikan beragam fasilitas agar jemaah bisa beribadah dengan baik dan lancar,” tandasnya.

Sebelumnya, Menag Yaqut meninjau Arafah jelang puncak ibadah haji 1443 Hijriah. Menag memastikan kesiapan layanan yang akan diberikan kepada jamaah haji Indonesia selama di Arafah. “Hari ini kita sama-sama mengecek Arafah. Alhamdulillah, Arafah siap sambut jamaah. Secara umum, layanan jauh lebih baik di banding sebelumnya,” kata Yaqut.

“Kamis depan jamaah mulai datang ke sini. Sekarang saya sengaja cek untuk memastikan langsung kesiapan layanan di fase puncak haji 1443 Hijriah,” sambungnya.

Turut serta dalam pengecekan ini, delegasi Amirul Hajj dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Bersama Menag, mereka melihat sejumlah fasilitas di Arafah. “Kita cek peningkatan kualitas layanan yang dijanjikan Syarikat atau Muassasah. Tadi kita lihat tenda sudah dilengkapi dengan kasur. Sehingga diharapkan jemaah bisa istirahat dan mendapat posisi lebih nyaman dibanding sebelumnya,” jelas Yaqut.

Berdasarkan pengamatan Yaqut, kasur di Arafah sudah tertata rapi. Sehingga sudah nyaman digunakan istirahat jemaah. “Sekaligus juga beribadah dan berzikir selama di Arafah. Semoga ini menambah khidmat dan kekhusyukan mereka dalam beribadah,” imbuhnya.

Di tengah cuaca yang sangat panas, Menag berharap AC yang dipasang di tiap tenda bisa lebih dingin. Sebab, suhu yang lebih dingin di tenda akan memberi kenyamanan jemaah dalam beribadah. “Di sisa waktu yang ada, ini akan terus disiapkan,” ucapnya.

Layanan lainnya adalah toilet. Yaqut melihat itu juga sudah disiapkan lebih banyak, termasuk sejumlah toilet portabel. Ini menurutnya penting agar jemaah tidak lama mengantre, baik saat akan mandi, bersuci, maupun buang hajat. “Air juga sudah mengalir. Saya berharap, toilet portabel juga bisa ditambah untuk jemaah perempuan. Sebab, jumlah jemaahnya lebih banyak dan butuh waktu lebih lama di toilet,” pungkasnya.

Selama di Arafah, jemaah akan mendapat layanan katering sebanyak lima. Layanan katering juga diberikan 10 kali saat di Mina, dan satu paket snack di Muzdalifah. Katering akan disiapkan dengan menu Nusantara agar jemaah bisa menikmatinya.

Persiapan Armuzna

Tiga hari menjelang pelaksanaan puncak ibadah di Arafah pada Jumat (8/7), panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) terus mengimbau calon jamaah untuk mempersiapkan diri. Seiring dengan pemberhentian operasional bus salawat yang biasa mengantar dari pemondokan ke Masjidilharam, jemaah diminta lebih banyak berada di hotel untuk menjaga kondisi badan.

Kasi Transportasi PPIH Daker Makkah Asep Subhana menjelaskan, transportasi bus salawat resmi distop sementara kemarin. Hal itu terkait dengan persiapan menjelang ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). “Kebijakan pemerintah Saudi, seluruh armada bus dipindahkan dari Kota Makkah ke Muzdalifah,” katanya. Bus salawat akan kembali aktif pada 14 Zulhijah setelah pelaksanaan ibadah di Mina selesai.

Pihaknya kini tengah mempersiapkan untuk pergerakan jemaah dari Makkah menuju Arafah pada 7 Juli. Nantinya, akan dibagi tiga pemberangkatan, pagi, siang, dan sore. “Dimulai pukul 07.00 dan direncanakan oleh muasasah sebagai penanggung jawab. Diperkirakan sore pukul 17.00 jemaah sudah di Arafah seluruhnya,” imbuhnya. (wan/c17/oni/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Agama memastikan tidak memiliki kewenangan dalam mengelola visa haji mujamalah (furoda atau undangan dari Saudi). Meski begitu, penyelewengan dalam pemberangkatan jamaah haji furoda tetap mendapat perhatian dari Menteri Agama (Menag). Bahkan, Menag Yaqut Cholil Qoumas mengancam akan memberi sanksi tegas kepada pihak travel.

HAL itu merujuk kasus dideportasinya 46 warga negara Indonesia (WNI) karena tidak bisa menunjukkan visa haji kepada petugas di bandara. Apalagi, travel yang memberangkatkan mereka tidak memiliki izin sebagai penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK). Haji khusus dan haji mujamalah hanya bisa dilaksanakan oleh PIHK yang berizin resmi dari Kemenag.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan, penyelenggaraan haji khusus harus sesuai peraturan. “Mereka (travel) yang tidak menyelenggarakan sesuai dengan apa yang sudah menjadi peraturan, misalnya kasus 46 calon jemaah yang dipulangkan, saya kira harus diberi sanksi tegas,” kata Yaqut setelah melaksanakan umrah wajib setiba di Makkah, kemarin (4/7).

Menurut dia, travel tersebut telah mempermainkan nasib orang yang memiliki keinginan untuk berhaji. “Mempermainkan keinginan ibadah orang itu dosa besar. Itu kita akan berikan sanksi yang tepat untuk mereka,” imbuhnya tanpa memerinci bentuk sanksi tersebut.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief menuturkan, UU 8/2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah mengatur bahwa visa haji Indonesia terbagi menjadi dua. Yakni, visa haji kuota Indonesia dan visa haji mujamalah undangan pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

“Kementerian Agama tidak mengelola visa haji mujamalah, hanya visa haji kuota Indonesia,” katanya. “Karena sifatnya adalah undangan raja, pengelolaan visa tersebut di bawah kewenangan langsung Kedutaan Besar Arab Saudi,” sambung mantan wakil rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut.

Teknis keberangkatan pemegang visa mujamalah, kata dia, harus berangkat ke Arab Saudi melalui PIHK. Tujuannya, proses pemberangkatan setiap WNI yang akan menunaikan ibadah haji tercatat. “Di samping itu, pihak penyelenggara yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah PIHK,” sebut Hilman.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Diah Pitaloka yang tengah berada di Makkah sebagai tim pengawas berharap ke depan ada pembicaraan antara Kementerian Agama dan pemerintah Saudi soal visa mujamalah. Sebab, selama ini persoalan itu hanya mengandalkan hubungan antara pihak Saudi dengan pihak-pihak yang mengajukan permohonan furoda, baik secara individual ataupun melalui travel. “Permintaan visa furoda itu tinggi, tapi tidak ada jaminan berapa kuota yang dikeluarkan oleh Saudi,” ungkapnya.

Diah menduga, ada indikasi pemalsuan dokumen visa haji furoda yang digunakan 46 WNI yang gagal beribadah haji. Haji furoda atau mujamalah merupakan sebutan untuk program haji di luar kuota haji pemerintah Indonesia. Kuota haji furoda dikeluarkan dan diberikan langsung dari pemerintah Saudi. “Analisa saya ada pemalsuan dokumen. Agak susah ya, karena permohonan visa itu kan harus pake paspor, dan paspor orang-orang ini pasti paspor Indonesia. Kalaupun keluar visa pasti melalui sebuah sistem yang diterbitkan oleh pemerintah Arab Saudi,” kata Diah.

Diah menduga visa furoda yang berasal dari Malaysia dan Singapura yang digunakan oleh 46 jemaah haji WNI itu tidak dikeluarkan Malaysia. Karena itu, tidak ada informasi yang masuk ke dalam sistem imigrasi Arab Saudi. “Saya curiganya bukan Malaysia juga yang mengeluarkan, kemungkinan besar pemalsuan dokumen karena begitu pemalsuan dokumen terjadi dan masuk ke dalam sistem visa Arab Saudi dibaca di bandara, yaitu tidak ada informasi ke dalam sistem yang dikeluarkan Arab Saudi,” ujarnya.

Pesan Menag Jelang Wukuf

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, memberikan pesan khusus kepada petugas dan jamaah menjelang fase puncak ibadah haji wukuf di Arafah, serta Mabit di Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Aspek terpenting yang harus dijaga oleh petugas dan jemaah yakni kesehatan. Sebab, cuaca di Arab Saudi sedang pada fase ekstrem. “Saya harap di sisa waktu sampai puncak ibadah haji, petugas dan jemaah masing-masing tetap jaga kesehatan dan perdalam manasik,” kata Yaqut di Mina, Arab Saudi, Selasa (5/7).

“Petugas jangan lupa tetap bertugas sesuai kewajiban, melayani jemaah dengan baik, karena jika jemaah terlayani dengan baik, mereka bisa beribadah dengan baik dan semua mendapat haji mabrur dan mabrurah,” imbuhnya.

Yaqut mengatakan, dirinya selalu mengikuti informasi seputar penyelenggaraan ibadah haji. Selama ini dia banyak mendapat informasi positif dari jemaah selama menjalankan ibadah haji. “Semoga kebahagiaan ini bertahan hingga semua pulang. Saya melihat pelayanannya pun sangat baik,” jelasnya.

Yaqut menyampaikan, terima kasih kepada Raja Salman, Putra Mahkota Muhammad bin Salman, dan Menteri Haji Arab Saudi. Mereka semua dianggap telah memberikan banyak kemudahan yang membuat pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) lebih baik kepada jemaah. “Di Indonesia, kita juga banyak dibantu oleh Kedubes Arab Saudi sehingga kita bisa memberikan beragam fasilitas agar jemaah bisa beribadah dengan baik dan lancar,” tandasnya.

Sebelumnya, Menag Yaqut meninjau Arafah jelang puncak ibadah haji 1443 Hijriah. Menag memastikan kesiapan layanan yang akan diberikan kepada jamaah haji Indonesia selama di Arafah. “Hari ini kita sama-sama mengecek Arafah. Alhamdulillah, Arafah siap sambut jamaah. Secara umum, layanan jauh lebih baik di banding sebelumnya,” kata Yaqut.

“Kamis depan jamaah mulai datang ke sini. Sekarang saya sengaja cek untuk memastikan langsung kesiapan layanan di fase puncak haji 1443 Hijriah,” sambungnya.

Turut serta dalam pengecekan ini, delegasi Amirul Hajj dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Bersama Menag, mereka melihat sejumlah fasilitas di Arafah. “Kita cek peningkatan kualitas layanan yang dijanjikan Syarikat atau Muassasah. Tadi kita lihat tenda sudah dilengkapi dengan kasur. Sehingga diharapkan jemaah bisa istirahat dan mendapat posisi lebih nyaman dibanding sebelumnya,” jelas Yaqut.

Berdasarkan pengamatan Yaqut, kasur di Arafah sudah tertata rapi. Sehingga sudah nyaman digunakan istirahat jemaah. “Sekaligus juga beribadah dan berzikir selama di Arafah. Semoga ini menambah khidmat dan kekhusyukan mereka dalam beribadah,” imbuhnya.

Di tengah cuaca yang sangat panas, Menag berharap AC yang dipasang di tiap tenda bisa lebih dingin. Sebab, suhu yang lebih dingin di tenda akan memberi kenyamanan jemaah dalam beribadah. “Di sisa waktu yang ada, ini akan terus disiapkan,” ucapnya.

Layanan lainnya adalah toilet. Yaqut melihat itu juga sudah disiapkan lebih banyak, termasuk sejumlah toilet portabel. Ini menurutnya penting agar jemaah tidak lama mengantre, baik saat akan mandi, bersuci, maupun buang hajat. “Air juga sudah mengalir. Saya berharap, toilet portabel juga bisa ditambah untuk jemaah perempuan. Sebab, jumlah jemaahnya lebih banyak dan butuh waktu lebih lama di toilet,” pungkasnya.

Selama di Arafah, jemaah akan mendapat layanan katering sebanyak lima. Layanan katering juga diberikan 10 kali saat di Mina, dan satu paket snack di Muzdalifah. Katering akan disiapkan dengan menu Nusantara agar jemaah bisa menikmatinya.

Persiapan Armuzna

Tiga hari menjelang pelaksanaan puncak ibadah di Arafah pada Jumat (8/7), panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) terus mengimbau calon jamaah untuk mempersiapkan diri. Seiring dengan pemberhentian operasional bus salawat yang biasa mengantar dari pemondokan ke Masjidilharam, jemaah diminta lebih banyak berada di hotel untuk menjaga kondisi badan.

Kasi Transportasi PPIH Daker Makkah Asep Subhana menjelaskan, transportasi bus salawat resmi distop sementara kemarin. Hal itu terkait dengan persiapan menjelang ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). “Kebijakan pemerintah Saudi, seluruh armada bus dipindahkan dari Kota Makkah ke Muzdalifah,” katanya. Bus salawat akan kembali aktif pada 14 Zulhijah setelah pelaksanaan ibadah di Mina selesai.

Pihaknya kini tengah mempersiapkan untuk pergerakan jemaah dari Makkah menuju Arafah pada 7 Juli. Nantinya, akan dibagi tiga pemberangkatan, pagi, siang, dan sore. “Dimulai pukul 07.00 dan direncanakan oleh muasasah sebagai penanggung jawab. Diperkirakan sore pukul 17.00 jemaah sudah di Arafah seluruhnya,” imbuhnya. (wan/c17/oni/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/