26 C
Medan
Monday, September 30, 2024

Keluarga Ba’asyir Protes Polri

Dipindah ke Nusakambangan tanpa Pemberitahuan

JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk kasus KPK versus Polri, diam-diam Densus 88 Mabes Polri memindahkan Ustad Abu Bakar Ba’asyir ke Lapas Nusakambangan, Cilacap. Pemindahan itu dilakukan Sabtu malam sekitar pukul 22.45 tanpa didampingi keluarga maupun pengacara.

Abdul Rohim Ba’asyir, putra Ba’asyir, menyesalkan pemindahan yang terkesan mendadak itu. ’’Kami sama sekali tidak diberi tahu,’’ katanya.

Tak hanya keluarga, menurut Iim –panggilan Abdul Rohim–, pengacara Ba’asyir juga tidak diberi tahu. ’’Kami mencemaskan kondisi kesehatannya. Beliau  sudah sepuh, sudah tua,’’ ujarnya.
Perlakuan dan pengawalan polisi kepada Ba’asyir saat pemindahan dinilai berlebihan. Iim mendapat informasi, banyak polisi yang dikerahkan untuk menjaga ayahnya hingga tujuan. ’’Orang yang sudah tua kok dipindah malam-malam, masih dikawal ketat lagi. Cara ini yang sangat disesalkan keluarga,’’ katanya.

Ditempatkan dengan siapa, di ruang mana, dan bagaimana kondisi kesehatan Ba’asyir masih menjadi tanda tanya bagi keluarga. Iim mengatakan, keluarga ingin secepatnya berangkat ke Nusakambangan untuk melihat langsung kondisi ayahnya. ’’Tapi, informasi yang saya dengar, pada Sabtu dan Minggu penjenguk tak bisa masuk. Mungkin Senin nanti keluarga ke sana,’’ tuturnya.

Terpisah, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), organisasi yang didirikan Ba’asyir, menyebut pemindahan Ba’asyir itu merupakan bentuk penculikan oleh polisi.
’’Amat memprihatinkan. Kondisi beliau yang hanya mengenakan pakaian seadanya, baju koko putih berkain sarung, diangkut dengan menggunakan mobil tahanan duduk di bangku pojok belakang diapit petugas untuk sebuah perjalanan darat 400 km,’’ kata Juru Bicara JAT Sonhadi. (jpnn)

Dipindah ke Nusakambangan tanpa Pemberitahuan

JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk kasus KPK versus Polri, diam-diam Densus 88 Mabes Polri memindahkan Ustad Abu Bakar Ba’asyir ke Lapas Nusakambangan, Cilacap. Pemindahan itu dilakukan Sabtu malam sekitar pukul 22.45 tanpa didampingi keluarga maupun pengacara.

Abdul Rohim Ba’asyir, putra Ba’asyir, menyesalkan pemindahan yang terkesan mendadak itu. ’’Kami sama sekali tidak diberi tahu,’’ katanya.

Tak hanya keluarga, menurut Iim –panggilan Abdul Rohim–, pengacara Ba’asyir juga tidak diberi tahu. ’’Kami mencemaskan kondisi kesehatannya. Beliau  sudah sepuh, sudah tua,’’ ujarnya.
Perlakuan dan pengawalan polisi kepada Ba’asyir saat pemindahan dinilai berlebihan. Iim mendapat informasi, banyak polisi yang dikerahkan untuk menjaga ayahnya hingga tujuan. ’’Orang yang sudah tua kok dipindah malam-malam, masih dikawal ketat lagi. Cara ini yang sangat disesalkan keluarga,’’ katanya.

Ditempatkan dengan siapa, di ruang mana, dan bagaimana kondisi kesehatan Ba’asyir masih menjadi tanda tanya bagi keluarga. Iim mengatakan, keluarga ingin secepatnya berangkat ke Nusakambangan untuk melihat langsung kondisi ayahnya. ’’Tapi, informasi yang saya dengar, pada Sabtu dan Minggu penjenguk tak bisa masuk. Mungkin Senin nanti keluarga ke sana,’’ tuturnya.

Terpisah, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), organisasi yang didirikan Ba’asyir, menyebut pemindahan Ba’asyir itu merupakan bentuk penculikan oleh polisi.
’’Amat memprihatinkan. Kondisi beliau yang hanya mengenakan pakaian seadanya, baju koko putih berkain sarung, diangkut dengan menggunakan mobil tahanan duduk di bangku pojok belakang diapit petugas untuk sebuah perjalanan darat 400 km,’’ kata Juru Bicara JAT Sonhadi. (jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/