25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Terkait Banjir Bandang dan Longsor di Humbahas, Dinas LHK Sumut Temukan Perambahan Hutan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Sumatera Utara menemukan dugaan perambahan hutan atau illegal logging, di hulu lokasi banjir bandang dan longsor di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Hal ini terungkap berdasarkan hasil penyelidikan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) 13 Dolok Sanggul yang langsung mengecek ke lokasi.

Kepala Dinas LHK Sumut, Yuliani Siregar mengaku langsung merespon instruksi Pj Gubernur Sumut Hassanudin, menyelidiki dugaan perambahan hutan di lokasi longsor Desa Simangulampe dengan memerintahkan KPH 13 Dolok Sanggul turun ke lokasi longsor melakukan pengamatan dan berkordinasi dengan petugas kepolisian terkait dugaan perambahan hutan tersebut. Dari penyelidikan anggotanya dengan langsung mengecek ke lokasi, kata Yuliani, ditemukan lokasi perambahan hutan, yakni adanya penebangan pohon sekitar 10 hektare di hulu.

“Selanjutnya, di luar kawasan hutan ada sedikit masuk dalam kawasan hutan sekitar 15 hektare, itu pun tidak ada izin dari kami,” kata Yuliani Siregar kepada wartawan di Medan, Rabu (6/12).

“Tim kita juga melakukan pengawasan di sana. Yang menebang itu masih proses penyidikan oleh Polres Humbahas kemungkinan masyarakat setempat,” imbuh Yuliani.

Untuk memastikan terjadinya pidana perambahan hutan, Yuliani mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Polda Sumut dan Polres Humbahas. “Sehingga harapan kita bisa diproses hukum,” kata Yuliani.

Namun Yuliani menjelaskan, bukan berarti longsor dahsyat itu keseluruhan dipicu perambahan. Faktor yang lain juga bisa menjadi penyebab, seperti curah hujan yang tinggi dan faktor iklim lainnya.

“Jadi ini, semua saling mendukung antara kesalahan dari pada manusianya sendiri, dan alamnya nyatu,” jelas Yuliani.

Lebih lanjut dikatakannya, di hulu juga terdapat tebing-tebing yang curam dan bebatuan. Sehingga membuat kondisi di lokasi bencana alam itu, sangat memperihatinkan. “Akibat gerusan air maka terjadilah banjir bandang atau longsor ini. Dari mulai banjir bandang terjadi saya sudah perintah anggota yang di sana untuk, cek apa yang terjadi di lapangan,” jelas Yuliani.

Sementara, sebanyak 535 personel SAR gabungan terus melakukan pencarian terhadap 10 orang korban hilang. Kepala Kantor Basarnas Medan, Budiono menjelaskan, di hari keempat pencarian korban diperluas hingga dilakukan penyelaman di perairan Danau Toba yang tidak jauh dari lokasi longsor. “Sekaligus dilakukan penyelaman oleh Tim Basarnas Spesial Group (BSG),” kata Budiono kepada wartawan, kemarin.

Budiono mengungakapkan, dalam proses pencarian korban ini, dengan ratusan personel SAR gabungan dengan dibagi tiga kelompok SAR Rescue Unit (SRU). Sehingga dilakukan pencarian di darat dan di perairan Danau Toba.

Dimana, untuk SRU I melakukan pencarian di permukaan air menggunakan Perahu LCR dan Aqua Eye untuk mendeteksi keberadaan korban di dalam air di sekitar Danau Toba. Kemudian, SRU II melakukan pencarian menggunakan alat berat excavator dan didampingi tim scouting darat di area batas jalan menuju tepi Danau Toba. “SRU III melakukan pencarian menggunakan alat berat excavator dan didampingi Tim scouting darat diarea batas jalan menuju arah bukit. Selain itu, tim nanti juga akan dibantu anjing pelacak dari pihak kepolisian,” ucap Budiono.

Sebelumnya, dua korban berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia masing-masing bernama Dian Lubis berjenis kelamin laki-laki, warga warga Parsoburan, Kabupaten Toba dan Tiamin Boru Sinambela warga Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas.

Untuk diketahui, banjir bandang dan longsor terjadi di Kabupaten Humbahas ini, terjadi Jumat malam, 1 Desember 2023, sekitar pukul 21.00 WIB. Dilaporkan dua orang tewas dan 10 masih hilang.

Dian ditemukan di lokasi bencana pada Sabtu (2/12) siang, sekitar pukul 11.30 WIB. Sedangkan, Tiamin ditemukan pada Senin (4/12) pagi, sekitar pukul 10.07 WIB.

Bencana alam itu, mengakibatkan rumah milik 55 kepala keluarga mengalami kerusakan. 160 jiwa mengungsi di dua lokasi berada Kantor Camat Baktiraja, dan ke Gedung Serbaguna (GSG) HKBP Simanullang Sinambela.Selain itu, bencana alam ini, juga merusak Hotel Senior, Gereja, fasilitas umum hingga lahan pertanian. (gus/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Sumatera Utara menemukan dugaan perambahan hutan atau illegal logging, di hulu lokasi banjir bandang dan longsor di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Hal ini terungkap berdasarkan hasil penyelidikan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) 13 Dolok Sanggul yang langsung mengecek ke lokasi.

Kepala Dinas LHK Sumut, Yuliani Siregar mengaku langsung merespon instruksi Pj Gubernur Sumut Hassanudin, menyelidiki dugaan perambahan hutan di lokasi longsor Desa Simangulampe dengan memerintahkan KPH 13 Dolok Sanggul turun ke lokasi longsor melakukan pengamatan dan berkordinasi dengan petugas kepolisian terkait dugaan perambahan hutan tersebut. Dari penyelidikan anggotanya dengan langsung mengecek ke lokasi, kata Yuliani, ditemukan lokasi perambahan hutan, yakni adanya penebangan pohon sekitar 10 hektare di hulu.

“Selanjutnya, di luar kawasan hutan ada sedikit masuk dalam kawasan hutan sekitar 15 hektare, itu pun tidak ada izin dari kami,” kata Yuliani Siregar kepada wartawan di Medan, Rabu (6/12).

“Tim kita juga melakukan pengawasan di sana. Yang menebang itu masih proses penyidikan oleh Polres Humbahas kemungkinan masyarakat setempat,” imbuh Yuliani.

Untuk memastikan terjadinya pidana perambahan hutan, Yuliani mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Polda Sumut dan Polres Humbahas. “Sehingga harapan kita bisa diproses hukum,” kata Yuliani.

Namun Yuliani menjelaskan, bukan berarti longsor dahsyat itu keseluruhan dipicu perambahan. Faktor yang lain juga bisa menjadi penyebab, seperti curah hujan yang tinggi dan faktor iklim lainnya.

“Jadi ini, semua saling mendukung antara kesalahan dari pada manusianya sendiri, dan alamnya nyatu,” jelas Yuliani.

Lebih lanjut dikatakannya, di hulu juga terdapat tebing-tebing yang curam dan bebatuan. Sehingga membuat kondisi di lokasi bencana alam itu, sangat memperihatinkan. “Akibat gerusan air maka terjadilah banjir bandang atau longsor ini. Dari mulai banjir bandang terjadi saya sudah perintah anggota yang di sana untuk, cek apa yang terjadi di lapangan,” jelas Yuliani.

Sementara, sebanyak 535 personel SAR gabungan terus melakukan pencarian terhadap 10 orang korban hilang. Kepala Kantor Basarnas Medan, Budiono menjelaskan, di hari keempat pencarian korban diperluas hingga dilakukan penyelaman di perairan Danau Toba yang tidak jauh dari lokasi longsor. “Sekaligus dilakukan penyelaman oleh Tim Basarnas Spesial Group (BSG),” kata Budiono kepada wartawan, kemarin.

Budiono mengungakapkan, dalam proses pencarian korban ini, dengan ratusan personel SAR gabungan dengan dibagi tiga kelompok SAR Rescue Unit (SRU). Sehingga dilakukan pencarian di darat dan di perairan Danau Toba.

Dimana, untuk SRU I melakukan pencarian di permukaan air menggunakan Perahu LCR dan Aqua Eye untuk mendeteksi keberadaan korban di dalam air di sekitar Danau Toba. Kemudian, SRU II melakukan pencarian menggunakan alat berat excavator dan didampingi tim scouting darat di area batas jalan menuju tepi Danau Toba. “SRU III melakukan pencarian menggunakan alat berat excavator dan didampingi Tim scouting darat diarea batas jalan menuju arah bukit. Selain itu, tim nanti juga akan dibantu anjing pelacak dari pihak kepolisian,” ucap Budiono.

Sebelumnya, dua korban berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia masing-masing bernama Dian Lubis berjenis kelamin laki-laki, warga warga Parsoburan, Kabupaten Toba dan Tiamin Boru Sinambela warga Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas.

Untuk diketahui, banjir bandang dan longsor terjadi di Kabupaten Humbahas ini, terjadi Jumat malam, 1 Desember 2023, sekitar pukul 21.00 WIB. Dilaporkan dua orang tewas dan 10 masih hilang.

Dian ditemukan di lokasi bencana pada Sabtu (2/12) siang, sekitar pukul 11.30 WIB. Sedangkan, Tiamin ditemukan pada Senin (4/12) pagi, sekitar pukul 10.07 WIB.

Bencana alam itu, mengakibatkan rumah milik 55 kepala keluarga mengalami kerusakan. 160 jiwa mengungsi di dua lokasi berada Kantor Camat Baktiraja, dan ke Gedung Serbaguna (GSG) HKBP Simanullang Sinambela.Selain itu, bencana alam ini, juga merusak Hotel Senior, Gereja, fasilitas umum hingga lahan pertanian. (gus/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/