PANGKALAN BUN, SUMUTPOS.CO – Posisi kotak hitam (black box) AirAsia QZ8501 sudah terdeteksi seiring ditemukannya ekor pesawat oleh tim penyelam gabungan TNI-AL. Strategi untuk mengevakuasi black box pun mulai dirancang.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyiapkan sejumlah strategi untuk mengevakuasi peranti yang memuat data-data penerbangan itu. Mereka menyiapkan kotak berisi air untuk menghindari kerusakan black box.
Investigator KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan, kotak berisi air itu disiapkan untuk menyimpan black box sesaat setelah diambil dari bawah laut. ’’Black boxharus terus direndam air tawar sampai berhasil dibawa ke Jakarta,’’ ujar pria yang sudah 14 tahun bekerja di KNKT itu.
Setelah sampai di Jakarta, kondisi black box akan dikeringkan terlebih dulu. Lalu, diberi zat pencegah karat dan diteliti tingkat kerusakannya. Jika kerusakan tak terlalu parah, butuh waktu sekitar dua hari untuk membacanya. ’’Membaca saja, belum menganalisa,’’ katanya.
Namun, berbeda lagi jika kondisi black box rusak parah, maka perlu waktu yang panjang untuk merangkainya. Dia mencontohkan, kondisi black box Sukhoi Superjet 100 yang menabrak Gunung Salak. Kala itu, black box terbakar sehingga untuk membacanya saja butuh waktu dua minggu.
Black box pesawat yang berwarna orange terdiri atas dua alat perekam, yakniFlight Data Recorder (FDR) dan Voice Cockpit Recorder (VCR). FDR dan VCR itu berada di sebelah kanan atas bagian ekor pesawat.
Untuk mengevakuasi black box itu, KNKT telah menyiapkan enam pendeteksi sinyal underwater locator beacon (ULB) yang berada di black box. Enam pendeteksi itu berada di tiga kapal milik Dirjen Perhubungan Laut, yakni KN Andromeda, KN Jadayat, dan Alugara yang telah merapat di lokasi penemuan ekor pesawat. (gun/fal)
PANGKALAN BUN, SUMUTPOS.CO – Posisi kotak hitam (black box) AirAsia QZ8501 sudah terdeteksi seiring ditemukannya ekor pesawat oleh tim penyelam gabungan TNI-AL. Strategi untuk mengevakuasi black box pun mulai dirancang.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyiapkan sejumlah strategi untuk mengevakuasi peranti yang memuat data-data penerbangan itu. Mereka menyiapkan kotak berisi air untuk menghindari kerusakan black box.
Investigator KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan, kotak berisi air itu disiapkan untuk menyimpan black box sesaat setelah diambil dari bawah laut. ’’Black boxharus terus direndam air tawar sampai berhasil dibawa ke Jakarta,’’ ujar pria yang sudah 14 tahun bekerja di KNKT itu.
Setelah sampai di Jakarta, kondisi black box akan dikeringkan terlebih dulu. Lalu, diberi zat pencegah karat dan diteliti tingkat kerusakannya. Jika kerusakan tak terlalu parah, butuh waktu sekitar dua hari untuk membacanya. ’’Membaca saja, belum menganalisa,’’ katanya.
Namun, berbeda lagi jika kondisi black box rusak parah, maka perlu waktu yang panjang untuk merangkainya. Dia mencontohkan, kondisi black box Sukhoi Superjet 100 yang menabrak Gunung Salak. Kala itu, black box terbakar sehingga untuk membacanya saja butuh waktu dua minggu.
Black box pesawat yang berwarna orange terdiri atas dua alat perekam, yakniFlight Data Recorder (FDR) dan Voice Cockpit Recorder (VCR). FDR dan VCR itu berada di sebelah kanan atas bagian ekor pesawat.
Untuk mengevakuasi black box itu, KNKT telah menyiapkan enam pendeteksi sinyal underwater locator beacon (ULB) yang berada di black box. Enam pendeteksi itu berada di tiga kapal milik Dirjen Perhubungan Laut, yakni KN Andromeda, KN Jadayat, dan Alugara yang telah merapat di lokasi penemuan ekor pesawat. (gun/fal)