Seluruh Kru dan Penumpang Tewas
KAIMANA-Pesawat Merpati Nusantara Airlines jenis MA 60 yang mengangkut 6 crew dan 21 penumpang siang kemarin sekitar pukul 15.15 WIT jatuh di laut Kaimana, Provinsi Papua Barat.
Pesawat naas yang dipiloti Purwadi dan Co Pilot Paun Nab itu sebelumnya terbang dari Bandara Domine Eduard Osok sekitar pukul 12.45 WIT dan jatuh setelah berusaha mendarat di Bandara Utarom Kaimana. Sebelum terjatuh pesawat sempat berputar-putar di atas Bandara Utarom Kaimana selama 15 menit. Pesawat jatuh sekitar 500 meter dari Runway Bandara Utara Kaimana dengan kondisi patah jadi dua bagian.
Seluruh penumpang dan awak pesawat dinyatakan tewas. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Radar Sorong (grup Sumut Pos) di lokasi kejadian, pesawat naas itu terdiri dari 18 penumpang dewasa, 1 anak dan 2 bayi. Sementara crew pesawat terdiri dari 2 teknisi, 2 pramugari dan pilot serta co pilot pun tewas dalam kecelakaan tersebut. Dari 19 penumpang orang dewasa, sebanyak 12 penumpang yang berencana akan turun di Kaimana, sementara 7 penumpang lainnya melanjutkan perjalanan ke Nabire Provinsi Papua.
Berdasarkan data yang diperoleh di lokasi, pesawat Merpati MA 60 yang terbang dari Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong tersebut jatuh setelah gagal landing di Bandara Utarom Kaimana. Sebelum mendarat, pilot mengambil ancang-ancang dari arah timur Bandara Utarom, namun akhirnya miring kiri. Sayap sebelah kiri terlihat miring dan menghantam air laut. Menurut saksi mata, Karel Kopong yang berhasil dikonfirmasi di lokasi kejadian menuturkan, mulanya pesawat tersebut terbang sangat rendah. “Saya lihat pertama, pesawat itu miring ke kiri. Sebelum mendarat, pesawat langsung jatuh. Kami hanya dengar bunyi semacam ledakan di air. Tapi setelah kami tiba di lokasi, kami tidak lihat lagi pesawat tersebut,” ujarnya.
Memang sebelum pesawat mendarat, Kota Kaimana dan sekitarnya diguyur hujan. “Itu yang mungkin menyebabkan jarak pandang pilot untuk mendarat dan jatuh ke laut,” ujar beberapa warga yang berada di TKP.
Menurut Kepala Bandara Kaimana, Jaka Karim, pesawat itu terjatuh saat hendak mendarat. “Saat mau mendarat, kondisi cuaca hujan dan berkabut tebal,” kata Jaka. Karena cuaca buruk itu, kata Jaka, kemudian pesawat hilang keseimbangan. Sehingga pesawat itu jatuh ke laut yang memang dekat dengan bandara. “Bandara berseberangan dengan laut, hanya 200 meter dari landasan pacu. Pesawat kehilangan kendali dan terjatuh,” kata dia.
Berdasarkan informasi dari para saksi di lokasi kejadian, pesawat tersebut terbang dari Sorong menuju Kaimana. Sebelum jatuh, pesawat sempat berputar-putar di atas bandara, kemudian berbelok ke kiri, dan tiba-tiba terjatuh ke laut. Hantaman saat pesawat Merpati MA 60 yang jatuh ke laut begitu keras. Informasi dari lapangan, kondisi pesawat berbaling-baling itu sudah hancur. “Hancur jatuh ke laut,” ujar Kepala Basarnas Nono Sampono saat dihubungi.
“Info terakhir semua penumpang dan kru dikabarkan meninggal,” sambung Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Wachyono, Sabtu (7/5). Menurutnya, pencarian korban jatuhnya pesawat dihentikan sementara. Penghentian ini mengingatkan kondisi cuaca di Teluk Kaimana, Papua Barat, sedang tidak baik ditambah arus yang semakin deras.
“Ombaknya sudah tinggi. Pesawatnya sudah mulai bergeser ke tengah 500 meter,” ujar Wachyono.
Menurutnya, pencarian korban akan dilanjutkan Minggu (8/5) pagi. Sepanjang malam ini kapal-kapal yang ada di sekitar peraian Kaimana tetap memantau posisi pesawat dan kondisi cuaca di Kaimana.
“Besok pagi (hari ini, red) dilanjutkan. Tim dari KNKT juga besok sudah datang,” katanya.
Tim SAR dibantu masyarakat dan TNI AL yang melakukan evakuasi pesawat Merpati di perairan Kaimana, Papua Barat, berhasil menemukan 17 jenazah korban. Sedangkan korban yang masih dalam pencarian, diperkirakan tertimbun pecahan badan pesawat di dasar laut.
“Informasi di lapangan, masih dilakukan evakuasi serpihan badan pesawat. Diperkirakan ada korban yang belum ditemukan karena berada di bawah serpihan pesawat,” ujar Kepala Sub Seksi Operasi Kantor SAR Sorong, Arifin, Sabtu (7/5).
Arifin menuturkan, proses evakuasi dengan dibantu perahu-perahu nelayan dan penyelam TNI AL tersebut berhasil menemukan sejumlah serpihan pesawat. Serpihan yang ditemukan di kedalaman air laut sekitar 6-7 meter itu, kemudian dibawa ke Kaimana dengan menggunakan KRI Piton yang ada di lokasi.
“Serpihan pesawat mulai diangkat dengan perahu kecil dengan masyarakat. Ada puluhan perahu yang membantu,” terangnya. Menurut Arifin, lokasi jatuhnya pesawat berada tidak jauh dari daratan, sehingga serpihan pesawat diperkirakan tidak berada di kedalaman laut lebih dari 7 meter. Oleh karena itu, pencarian dengan menggunakan alat selam dinilai lebih efisien dibanding menggunakan helikopter.
“Lokasi jatuhnya pesawat dekat dengan daratan, jadi terlihat. Terlebih kondisi air laut jernih. Pencarian dilakukan sampai radius 50 meter dari lokasi jatuhnya pesawat,” jelas Arifin.
“Kalau dari segi efisiensi menggunakan perahu kecil lebih efisien dibanding menggunakan helikopter, karena kondisi korban diduga berada di dalam laut, di bawah serpihan pesawat,” tandasnya.
Seluruh korban tewas yang sudah ditemukan dievakuasi ke rumah sakit di Kaimana. Tim medis masih terus berusaha mengidentifikasi korban tewas dengan data manifes pesawat.
Pihak Merpati telah membuka Posko bagi keluarga korban yang hendak menghubungi Merpati. Selain di Bandara juga dibuka Posko di Kampung Baru Sorong. Sementara untuk keluarga korban jatuhnya pesawat sendiri kemarin sore baru dihubungi.
PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) belum mengetahui penyebab jatuhnya pesawat Merpati jenis MA 60 di Teluk Kaimana, Papua Barat. Merpati menyerahkan sepenuhnya penyelidikan mengenai penyebab jatuhnya pesawat ke KNKT.
“Kalau mengenai penyebab kejadiannya kita belum mendapat laporan. Yang pasti mengenai penyebab terjadinya kecelakaan tersebut pusat informasinya di KNKT,” ujar Sekretaris PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), Imam Turidi.
Ia menuturkan, saat ini tim KNKT terus melakukan penelusuran. Diharapkan secepatnya dapat menjelaskan penyebab kecelakaan pesawat tersebut. “Saat ini tim KNKT kan sedang berada di lapangan melakukan penyelidikan,” paparnya.
Pesawat jenis Xian MA-60 milik Merpati yang jatuh di laut dekat Bandara Kaimana, Papua Barat adalah termasuk pesawat baru.Pesawat jenis ini produksi Xi’an Aircraft Industrial Corporation di bawah Cina Aviation Industry Corporation I (AVIC I). Pesawat ini mampu terbang dengan kapasitas 50 penumpang. Biasanya, pesawat jenis ini melayani rute-rute untuk penerbangan jarak dekat. Kecepatan terbang pesawat tersebut maksimal 514 kilometer per jam. Dengan kecepatan itu, pesawat ini mampu terbang dengan ketinggian 7620 meter karena ditopang dengan dua mesin.
SBY Minta Diinvestigasi
Di tengah kesibukannya sebagai tuan rumah KTT ke 18 ASEAN, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima kabar duka tentang jatuhnya pesawat Merpati di perairan Kaimana, Papua Barat. SBY pun memerintahkan pihak terkait segera menyelamatkan korban yang kemungkinan masih hidup dan menginvestigasi kecelakaan tersebut.
“Bapak sudah mendengar (jatuhnya pesawat), tapi kita masih menunggu hasil investigasi dari Polres di Kaimana dan kita masih cari kepastian untuk kemudian melakukan verifikasi temuan di lokasi,” ujar Juru Bicara Kepresidenan Bidang Dalam Negeri, Julian Aldrin Pasha, di media center KTT ASEAN di Gedung JCC, Senayan, Sabtu (7/5).
“Tentunya pihak terkait diperintahkan untuk segera mencari tahu dan berusaha menyelamatkan korban yang ikut bersama dalam pesawat itu,” tambahnya.
Menurut Julian, SBY mendengar kabar tersebut di sela-sela kegiatan KTT ASEAN dengan agenda meeting antara ASEAN leader dengan civil society organisation. SBY mendapatkan informasi langsung dari Menkopolhukam Djoko Suyanto.
“Iya Pak Djoko, ada juga Pak Hatta, Pak Sesneg Sudi Silalahi. Tapi kita memang belum menerima laporan yang detail yang betul-betul bisa diverivikasi,” imbuh Julian.
Julian menambahkan, saat ini semua masih dalam tahap investigasi. Sehingga belum ada yang bisa disimpulkan sementara ini. (nic/ref/ris/jpnn)