27 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Situs Geo Park, Saingannya hanya Galapagos di Ekuador

Berkunjung ke Raja Ampat, Wisata Dunia yang Terbentuk sejak 15 Juta Tahun Lalu (2/Habis)

Berada di Pulau Wayag, Kabupaten Raja Ampat, serasa hidup di zaman purba. Alamnya masih murni dan perawan. Bebatuan di permukaan gunung karangnya terukir oleh percikan ombak dan masih sama sejak 2000 tahun lalu. Di dunia, saingan situs yang berusia 15 juta tahun ini hanya Kepulauan Galapagos di Ekuador.  

IRZAN ASLAM, Raja Ampat

Usia Kabupaten Raja Ampat baru 9 tahun. Tepat 9 Mei lalu, kabupaten pecahan Sorong, Papua Barat, ini merayakan hari berdirinya. Namun, pembangunan di kabupaten yang terdiri dari gugusan 1.844 pulau kecil ini sangat pesat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kabupaten yang berbatasan dengan Halmahera ini melesat dengan cepat meski nilainya masih di bawah Rp 15 miliar per tahun. Sektor pariwisata menjadi andalan utama pendapatan wilayah dengan sejuta pesona ini.

Dalam kurun waktu 4 tahun, Raja Ampat sangat tertolong oleh jumlah wisatawan mancanegara dan domestik. Pada 2011, PAD dari sektor pariwisata mencapai Rp1,7 miliar jauh dari 4 tahun sebelumnya yang hanya Rp107 juta. Naik 17 kali lipat dari tahun 2007. Pantas jika sektor pariwisata digenjot habis-habisan untuk menambah pundi-pundi kas daerah.

Yusdi  N Lamatenggo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat kini bisa tersenyum. Usaha timnya dalam kurun waktu hampir satu dekade membuahkan hasil. Dia tidak hanya merangkul pemerintah pusat untuk menggenjot segala fasilitas di kabupaten ini, pihaknya juga menggandeng kalangan swasta, khususnya pengusaha travel dan resort untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan ke daerah ini.

Yusdi pun menyodorkan sejumlah data. Pada 2011, turis asing yang melancong ke Raja Ampat mencapai 6.478 orang. Sedangkan turis lokal hanya 1.389 orang. Tak kurang dari 7.867 orang telah menikmati panorama unik bawah laut dan daratan serta budayanya. Dia mengakui, menjelajah Raja Ampat memang dinilai masih mahal. Namun, kata dia, biaya tinggi yang harus dibayar oleh wisatawan terbayar oleh nilai prestise serta panorama yang tidak dapat ditemukan di destinasi wisata lainnya.

Yusdi merujuk pada rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan asing dalam kunjungan 10 harinya. Bule yang mayoritas datang dari Eropa (48 persen) dan Amerika Serikat (31 persen), mengeluarkan biaya sebesar USD 3.000 atau sekitar Rp30 juta. “Wisata Raja Ampat memang eksklusif, namun mereka mengaku puas dan mengajukan permohonan wisata lagi di tahun berikutnya,” kata Yusdi dalam obrolan santai dengan INDOPOS (grup Sumut Pos) di atas kapal perang TNI AL KRI Banjarmasin 592 di perairan Sorong, Minggu (3/6) lalu.

Dia berharap, kehadiran Bandara Marinda yang diresmikan bertepatan dengan HUT Raja Ampat 9 Mei lalu memiliki efek domino yang positif. Bandara tersebut memiliki panjang 1.400 meter. Tahun ini, kata dia, tengah diupayakan bertambah menjadi 2.400 meter. Agar pesawat berbadan lebar bisa mendarat di bandara ini. “Kami harap, ada paket wisata dengan tujuan khusus. Tidak harus ke Jakarta, tapi ada penerbangan dengan jalur wisata Singapura-Manado-Raja Ampat. Atau Australia-Bali-Raja Ampat,” katanya.

Yusdi mengaku senang dengan ikut sertanya pengusaha yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata. Setidaknya, kata dia, saat ini sudah berdiri 40 resort dan tujuh usaha antar jemput menggunakan speed boat. Ini belum termasuk kalangan swasta dan LSM yang ikut menawarkan diri sebagai tour guide serta rental alat selam.

Mahalnya biaya perjalanan di Raja Ampat tak lepas dari mahalnya harga BBM di kawasan tersebut. Pantauan INDOPOS, harga per liter bensin mencapai Rp10 ribu. Sementara, untuk sekali perjalanan dari Sorong menuju Raja Ampat dan berputar hingga Pulau Wayag dengan masa perjalanan 6 jam membutuhkan 1.000 ton BBM.

“Sekali jalan saja, biaya yang dibutuhkan Rp6 juta. Itu baru BBM nya saja. Rate sewa speed mencapai Rp20 juta hingga Rp25 juta. Yang mahal adalah model kapal pesiar mini berjenis Life on Boat,” katanya. “Kalau mau murah, bisa pakai kapal motor nelayan. Harganya nego, tapi tentu harganya tetap di atas Rp6 juta untuk BBM-nya saja,” tambahnya.

Belakangan, kesibukan Yusdi makin bertambah. Peneliti dari Unesco, badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi masalah pendidikan dan kebudayaan, mondar-mandir ke kawasan ini. Para peneliti tersebut sedang menilai dari berbagai dimensi mengenai kelayakan Raja Ampat sebagai situs warisan dunia, khususnya mengenai geo park.

Geo park merupakan taman yang terbentuk oleh kekuatan alam. Kata Yusdi, geo park sangat unik dan langka, karena terbantuk oleh faktor alam yang kemudian dilengkapi oleh spesies langka baik di daratan maupun di bawah lautnya. “Memang, Raja Ampat tidak sendirian untuk diajukan ke Unesco sebagai warisan dunia. Ada empat daerah lain yang diajukan oleh Kementerian Pariwisata, seperti Danau Toba (Sumut), Gunung Rinjani (Sumbar), Danau Batur (Bali), dan Gua Pacitan (Jatim). Tapi saya lihat Raja Ampat yang paling layak,” katanya optimistis.

Jika Raja Ampat masuk dalam situs geo park dunia pilihan Unesco, kawasan dengan sejumlah spesies endemiknya akan bersanding dengan Kepulauan Galapagos, Ekuador. Menurut Wikipedia, Galapagos terbentuk sejak 4 juta tahun lalu. Terdapat gunung berapi paling aktif di dunia. Masuk ke dalam situs dunia, sejak 1987 lalu. Pengelola kepulauan ini adalah Yayasan Charles Darwin.

Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini terjun langsung melihat panorama Raja Ampat. Dia naik ke atas atol setinggi 174 meter di atas permukaan laut. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai puncak tertinggi. Yang bikin sulit adalah jalannya yang terjal dan harus mendaki bebatuan karang dengan kemiringan 85 derajat. Meski demikian, Helmy mengaku takjub dengan kondisi alam yang sedemikian indah.

Dalam perjalanan ke daerah terpencil ke seluruh Indonesia, Helmy belum pernah menemukan kawasan yang sedemikian lengkap panorama alamnya. Sebagai bentuk apresiasinya terhadap kawasan terpencil ini, Helmy pun memutuskan untuk membuat seri kedua KPDT Expo di Kabupaten Raja Ampat. Mengusung nama ‘Jelajah Raja Ampat’, dia mengaku puas dengan expo yang dihelat timnya.

“Jelajah Raja Ampat ditujukan untuk mendukung daerah tertinggal dan terpencil seperti Raja Ampat sebagai destinasi utama di masa yang akan datang. Tiap daerah punya keunggulan, nah Raja Ampat sangat kuat untuk bersanding dengan Bali, Lombok hingga Bunaken di Manado. Pemda harus didukung oleh pusat, termasuk dukungan dana untuk pembangunan di daerahnya,” kata menteri yang suka dengan dunia fotografi tersebut.

Setelah KPDT Expo 2012 di Raja Ampat, Helmy akan menindaklanjuti kegiatan kementeriannya di Jakarta. Dalam waktu dekat, kata Helmy, pihaknya akan memamerkan kekayaan alam dan panorama Raja Ampat dalam bentuk roadshow ke sejumlah kedutaan dan komunitas asing di Jakarta. Cukup dengan pameran foto saja, disertai dengan pembagian brosur serta mengundang media asing, Helmy yakin cara ini bisa menarik wisatawan lebih banyak ke Raja Ampat.

“Apalagi mayoritas pengunjung berasal dari Eropa dan AS. Mungkin dari komunitas ini masih banyak yang belum tahu tentang Raja Ampat,” kata pria yang sudah menelurkan sebuah buku berjudul My Homeland ini.

Meski panorama Raja Ampat begitu indah, namun fasilitas primer seperti listrik di pusat kota Raja Ampat masih melempem. Listrik masih byar pet. Dalam sehari, listrik cuma hidup antara 4 hingga 6 jam saja.

Informasi yang didapat INDOPOS, PLTD di Raja Ampat yang dikelola oleh BUMD setempat hanya satu unit generator yang berfungsi. Padahal, idealnya ada empat unit yang terus berjalan. Dengan jumlah satu unit saja, tak heran hanya sebagian kecil warga saja yang kebagian listrik dari total populasi 60 ribu jiwa.

Mengenai hal tersebut, Bupati Kepulauan Raja Ampat Marcus Wanna hanya memberi komentar, pihaknya tengah memperbaiki PLTD Raja Ampat. Sejauh ini sudah diturunkan tim untuk memperbaiki fasilitas listrik. “Kami coba semaksimal mungkin memperbaiki PLTD ini. Tapi kerusakannya demikian parah,” katanya.

Namun, anggota DPRD Raja Ampat Benny Weror menganggap, Pemda terlalu lamban dalam mengatasi masalah listrik. Benny sempat mencak-mencak ke petugas listrik PLTD karena rumahnya juga mengalami pemadaman di saat banyak tamu penting dari Jakarta. “Saya malu sekali dengan kondisi ini. Kami akan memanggil BUMD pengelola listrik. Padahal kami sudah mengucurkan anggaran besar untuk listrik raja Ampat, kalau tidak mampu serahkan saja pusat untuk soal listrik ini,” kata Benny yang juga Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Cabang Raja Ampat tersebut. (*)

Berita sebelumnya: Disebut Surga Dunia, Biaya Sekali Jalan Setara Berangkat Haji

Berkunjung ke Raja Ampat, Wisata Dunia yang Terbentuk sejak 15 Juta Tahun Lalu (2/Habis)

Berada di Pulau Wayag, Kabupaten Raja Ampat, serasa hidup di zaman purba. Alamnya masih murni dan perawan. Bebatuan di permukaan gunung karangnya terukir oleh percikan ombak dan masih sama sejak 2000 tahun lalu. Di dunia, saingan situs yang berusia 15 juta tahun ini hanya Kepulauan Galapagos di Ekuador.  

IRZAN ASLAM, Raja Ampat

Usia Kabupaten Raja Ampat baru 9 tahun. Tepat 9 Mei lalu, kabupaten pecahan Sorong, Papua Barat, ini merayakan hari berdirinya. Namun, pembangunan di kabupaten yang terdiri dari gugusan 1.844 pulau kecil ini sangat pesat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kabupaten yang berbatasan dengan Halmahera ini melesat dengan cepat meski nilainya masih di bawah Rp 15 miliar per tahun. Sektor pariwisata menjadi andalan utama pendapatan wilayah dengan sejuta pesona ini.

Dalam kurun waktu 4 tahun, Raja Ampat sangat tertolong oleh jumlah wisatawan mancanegara dan domestik. Pada 2011, PAD dari sektor pariwisata mencapai Rp1,7 miliar jauh dari 4 tahun sebelumnya yang hanya Rp107 juta. Naik 17 kali lipat dari tahun 2007. Pantas jika sektor pariwisata digenjot habis-habisan untuk menambah pundi-pundi kas daerah.

Yusdi  N Lamatenggo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat kini bisa tersenyum. Usaha timnya dalam kurun waktu hampir satu dekade membuahkan hasil. Dia tidak hanya merangkul pemerintah pusat untuk menggenjot segala fasilitas di kabupaten ini, pihaknya juga menggandeng kalangan swasta, khususnya pengusaha travel dan resort untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan ke daerah ini.

Yusdi pun menyodorkan sejumlah data. Pada 2011, turis asing yang melancong ke Raja Ampat mencapai 6.478 orang. Sedangkan turis lokal hanya 1.389 orang. Tak kurang dari 7.867 orang telah menikmati panorama unik bawah laut dan daratan serta budayanya. Dia mengakui, menjelajah Raja Ampat memang dinilai masih mahal. Namun, kata dia, biaya tinggi yang harus dibayar oleh wisatawan terbayar oleh nilai prestise serta panorama yang tidak dapat ditemukan di destinasi wisata lainnya.

Yusdi merujuk pada rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan asing dalam kunjungan 10 harinya. Bule yang mayoritas datang dari Eropa (48 persen) dan Amerika Serikat (31 persen), mengeluarkan biaya sebesar USD 3.000 atau sekitar Rp30 juta. “Wisata Raja Ampat memang eksklusif, namun mereka mengaku puas dan mengajukan permohonan wisata lagi di tahun berikutnya,” kata Yusdi dalam obrolan santai dengan INDOPOS (grup Sumut Pos) di atas kapal perang TNI AL KRI Banjarmasin 592 di perairan Sorong, Minggu (3/6) lalu.

Dia berharap, kehadiran Bandara Marinda yang diresmikan bertepatan dengan HUT Raja Ampat 9 Mei lalu memiliki efek domino yang positif. Bandara tersebut memiliki panjang 1.400 meter. Tahun ini, kata dia, tengah diupayakan bertambah menjadi 2.400 meter. Agar pesawat berbadan lebar bisa mendarat di bandara ini. “Kami harap, ada paket wisata dengan tujuan khusus. Tidak harus ke Jakarta, tapi ada penerbangan dengan jalur wisata Singapura-Manado-Raja Ampat. Atau Australia-Bali-Raja Ampat,” katanya.

Yusdi mengaku senang dengan ikut sertanya pengusaha yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata. Setidaknya, kata dia, saat ini sudah berdiri 40 resort dan tujuh usaha antar jemput menggunakan speed boat. Ini belum termasuk kalangan swasta dan LSM yang ikut menawarkan diri sebagai tour guide serta rental alat selam.

Mahalnya biaya perjalanan di Raja Ampat tak lepas dari mahalnya harga BBM di kawasan tersebut. Pantauan INDOPOS, harga per liter bensin mencapai Rp10 ribu. Sementara, untuk sekali perjalanan dari Sorong menuju Raja Ampat dan berputar hingga Pulau Wayag dengan masa perjalanan 6 jam membutuhkan 1.000 ton BBM.

“Sekali jalan saja, biaya yang dibutuhkan Rp6 juta. Itu baru BBM nya saja. Rate sewa speed mencapai Rp20 juta hingga Rp25 juta. Yang mahal adalah model kapal pesiar mini berjenis Life on Boat,” katanya. “Kalau mau murah, bisa pakai kapal motor nelayan. Harganya nego, tapi tentu harganya tetap di atas Rp6 juta untuk BBM-nya saja,” tambahnya.

Belakangan, kesibukan Yusdi makin bertambah. Peneliti dari Unesco, badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi masalah pendidikan dan kebudayaan, mondar-mandir ke kawasan ini. Para peneliti tersebut sedang menilai dari berbagai dimensi mengenai kelayakan Raja Ampat sebagai situs warisan dunia, khususnya mengenai geo park.

Geo park merupakan taman yang terbentuk oleh kekuatan alam. Kata Yusdi, geo park sangat unik dan langka, karena terbantuk oleh faktor alam yang kemudian dilengkapi oleh spesies langka baik di daratan maupun di bawah lautnya. “Memang, Raja Ampat tidak sendirian untuk diajukan ke Unesco sebagai warisan dunia. Ada empat daerah lain yang diajukan oleh Kementerian Pariwisata, seperti Danau Toba (Sumut), Gunung Rinjani (Sumbar), Danau Batur (Bali), dan Gua Pacitan (Jatim). Tapi saya lihat Raja Ampat yang paling layak,” katanya optimistis.

Jika Raja Ampat masuk dalam situs geo park dunia pilihan Unesco, kawasan dengan sejumlah spesies endemiknya akan bersanding dengan Kepulauan Galapagos, Ekuador. Menurut Wikipedia, Galapagos terbentuk sejak 4 juta tahun lalu. Terdapat gunung berapi paling aktif di dunia. Masuk ke dalam situs dunia, sejak 1987 lalu. Pengelola kepulauan ini adalah Yayasan Charles Darwin.

Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini terjun langsung melihat panorama Raja Ampat. Dia naik ke atas atol setinggi 174 meter di atas permukaan laut. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai puncak tertinggi. Yang bikin sulit adalah jalannya yang terjal dan harus mendaki bebatuan karang dengan kemiringan 85 derajat. Meski demikian, Helmy mengaku takjub dengan kondisi alam yang sedemikian indah.

Dalam perjalanan ke daerah terpencil ke seluruh Indonesia, Helmy belum pernah menemukan kawasan yang sedemikian lengkap panorama alamnya. Sebagai bentuk apresiasinya terhadap kawasan terpencil ini, Helmy pun memutuskan untuk membuat seri kedua KPDT Expo di Kabupaten Raja Ampat. Mengusung nama ‘Jelajah Raja Ampat’, dia mengaku puas dengan expo yang dihelat timnya.

“Jelajah Raja Ampat ditujukan untuk mendukung daerah tertinggal dan terpencil seperti Raja Ampat sebagai destinasi utama di masa yang akan datang. Tiap daerah punya keunggulan, nah Raja Ampat sangat kuat untuk bersanding dengan Bali, Lombok hingga Bunaken di Manado. Pemda harus didukung oleh pusat, termasuk dukungan dana untuk pembangunan di daerahnya,” kata menteri yang suka dengan dunia fotografi tersebut.

Setelah KPDT Expo 2012 di Raja Ampat, Helmy akan menindaklanjuti kegiatan kementeriannya di Jakarta. Dalam waktu dekat, kata Helmy, pihaknya akan memamerkan kekayaan alam dan panorama Raja Ampat dalam bentuk roadshow ke sejumlah kedutaan dan komunitas asing di Jakarta. Cukup dengan pameran foto saja, disertai dengan pembagian brosur serta mengundang media asing, Helmy yakin cara ini bisa menarik wisatawan lebih banyak ke Raja Ampat.

“Apalagi mayoritas pengunjung berasal dari Eropa dan AS. Mungkin dari komunitas ini masih banyak yang belum tahu tentang Raja Ampat,” kata pria yang sudah menelurkan sebuah buku berjudul My Homeland ini.

Meski panorama Raja Ampat begitu indah, namun fasilitas primer seperti listrik di pusat kota Raja Ampat masih melempem. Listrik masih byar pet. Dalam sehari, listrik cuma hidup antara 4 hingga 6 jam saja.

Informasi yang didapat INDOPOS, PLTD di Raja Ampat yang dikelola oleh BUMD setempat hanya satu unit generator yang berfungsi. Padahal, idealnya ada empat unit yang terus berjalan. Dengan jumlah satu unit saja, tak heran hanya sebagian kecil warga saja yang kebagian listrik dari total populasi 60 ribu jiwa.

Mengenai hal tersebut, Bupati Kepulauan Raja Ampat Marcus Wanna hanya memberi komentar, pihaknya tengah memperbaiki PLTD Raja Ampat. Sejauh ini sudah diturunkan tim untuk memperbaiki fasilitas listrik. “Kami coba semaksimal mungkin memperbaiki PLTD ini. Tapi kerusakannya demikian parah,” katanya.

Namun, anggota DPRD Raja Ampat Benny Weror menganggap, Pemda terlalu lamban dalam mengatasi masalah listrik. Benny sempat mencak-mencak ke petugas listrik PLTD karena rumahnya juga mengalami pemadaman di saat banyak tamu penting dari Jakarta. “Saya malu sekali dengan kondisi ini. Kami akan memanggil BUMD pengelola listrik. Padahal kami sudah mengucurkan anggaran besar untuk listrik raja Ampat, kalau tidak mampu serahkan saja pusat untuk soal listrik ini,” kata Benny yang juga Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Cabang Raja Ampat tersebut. (*)

Berita sebelumnya: Disebut Surga Dunia, Biaya Sekali Jalan Setara Berangkat Haji

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru