SUMUTPOS.CO- Ricky Elson, pencipta mobil listrik ‘Selo’ dan ‘Gendhis’, memilih tidak ikut-ikutan dalam polemik seputar mobnas yang menggandeng Proton. Sosok yang dihadirkan khusus Menteri Dahlan Iskan dari Jepang, pada awal 2012 itu, memilih tetap berkonsentrasi mengembangkan teknologi mobil listrik bagi Indonesia.
“Kita serahkan saja pada pemangku kebijakan soal gonjang-ganjing (mobnas) ini,” tutur Ricky saat dihubungi kemarin (8/2). Dia tidak mau terpengaruh dengan rencana menghidupkan mobnas berbahan bakar BBM.
Dia mengatakan, penelitian-penelitian baik mesin maupun komponen untuk mobil listrik akan terus dilakukan. Mobil listrik diyakini sesuai dengan kebutuhan masa depan karena irit dan ramah lingkungan.
Setidaknya, dua produk telah diciptakan Ricky dan timnya. Yaitu, “Selo” yang masuk di kelas mobil sport dan “Gendis” untuk kelas mobil MPV. Hingga saat ini, proses sertifikasi oleh pemerintah pada dua mobil yang sempat dipamerkan di ajang KTT APEC di Bali, 2013 lalu, masih berlarut-larut dan tak kunjung keluar.
“Kami yang 100 persen anak-anak Indonesia ini hanya ingin menghadirkan yang terbaik untuk bangsa ini kedepan. Urusan jadi mobil nasional atau tidak itu bukan wilayah kita,” katanya kembali.
Ricky adalah salah seorang teknokrat muda yang telah memiliki belasan paten teknologi motor penggerak listrik dari pemerintah Jepang. Dia bersedia pulang ke tanah air untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia. Belakangan, bersama sejumlah anak-anak muda lainnya, juga sedang mengembangkan teknologi listrik energi terbarukan pembangkit listrik kincir angin, di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Impian menciptakan mobil listrik nasional karya anak negeri pun memang kian jauh dari kenyataan. Di pengujung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sejatinya sudah digagas proyek bertajuk mobil listrik nasional (molina). Bahkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat itu menunjuk beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) untuk menggarap penelitian dan pengembangan untuk membidani kelahiran molina.
PTN yang ditunjuk itu adalah Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Di tahun pertamanya (2014), seluruh kampus ini digelontor dana penelitian Rp 100 miliar. Tahun ini mereka juga masih mendapatkan suntikan dana riset dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Rektor UNS Ravik Karsidi mengatakan, kampusnya mendapat tugas spesial untuk membuat baterai molina. “Tahun ini UNS masih mendapatkan dana riset molina sebesar Rp 25 miliar,” kata pria yang baru terpilih kembali menjadi rektor UNS itu kemarin.
Ravik menjelaskan mereka berharap program molina tetap berjalan. Meskipun nantinya mobnas digarap oleh Proton dan PT Adiperkasa Citra Lestari, dia berharap tetap menggunakan komponen-komponen lokal.
Sementara itu Wakil Rektor ITB Wawan Gunawan menjelaskan, ITB juga menggarap komponen baterai untuk molina itu. Tahun ini kampus Ganesha itu mendapatkan suntikan dana riset molina mencapai Rp19,7 miliar.
Sama seperti Ravik, Wawan juga berharap pemerintah saat ini tidak menyia-nyiakan riset molina yang sudah berjalan sekitar dua tahun terakhir. Menurut Wawan, mobil berteknologi listrik sudah menjadi kebutuhan atau tren baru masa depan. Mobil berbahan bakar listrik bisa menjadi solusi semakin tipisnya cadangan minyak serta dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. (dee/wir/dyn/wan/sof/jpnn/rbb)