26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Jokowi Buka Luka Lama

8feb kartun HL copy-sumutposSUMUTPOS.CO- Terobosan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggandeng produsen mobil Malaysia, Proton, menimbulkan polemik. Pasalnya, kesepakan itu tercipta selang beberapa hari setelah Malaysia melukai Indonesia dengan iklan ‘Fire Your Indonesian Maid’.  Selain itu, kesepakatan itu bak menutup impian memiliki mobil nasional (mobnas) karya anak negeri. Tak pelak, Jokowi pun dianggap membuka lama yang belum juga terobati.

“Saat ini, kita sedang tersinggung oleh iklan produk Malaysia ‘Pecat Pembantu Indonesia!’ Iklan tersebut jelas tidak terpuji, rasis, merendahkan dan melukai perasaan rakyat Indonesia. Kalau saya presiden, saya tidak akan hadiri acara MoU itu jika dilaksanakan sekarang karena saya mesti mewakili rasa tersinggung rakyat,” kata Anggota DPR RI Komisi I Elnino MH Mohi, Sabtu (7/2).

Politisi Gerindra ini menilai bahwa penandatanganan MoU antara CEO Proton Holdings, Abdul Harith Abdullah dengan CEO PT Adiperkasa Citra Lestari, AM Hendropriyono, sangat tidak tepat.

“Kalau saya presiden, saya tidak akan hadiri acara MoU itu jika dilaksanakan sekarang karena saya mesti mewakili rasa tersinggung rakyat,” tambahnya.

Senada, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan, kalau sedari awal dijelaskan bahwa ini murni kerja sama business to business, masyarakat juga tidak akan ambil pusing. Apalagi, penandatanganan itu terjadi di saat TKI kita di Malaysia sedang dilecehkan lewat iklan robot pembersih, ‘Fire Your Indonesian Maid ‘. “Ini kan seperti air tuba dibalas dengan air susu. Jadi, tugas pemerintah sekarang agar tidak jadi berlarut-larut, jelaskan dengan sejelas-jelasnya ke rakyat, ini bukan proyek Mobnas. Jadi tidak akan ada Penyertaan Modal Negara yang artinya APBN. Jelaskan bahwa ini murni kerjasama swasta. Mudah-mudahan rakyat meminati produk Malaysia ini nantinya,” kata Tantowi, Minggu (8/2).

Jelas dia, masih harus dibuktikan apakah rakyat Indonesia tidak lagi emoh dengan produk-produk Malaysia. “Liat saja pom bensin Petronas yang tutup satu per satu,” cetusnya.

Menurut Tantowi, itu menjadi indikasi sentimen rakyat Indonesia atas pelecehan-pelecehan yang dilakukan negara itu. Semua jadi berkomentar ketika sekonyong-sekonyong Proton akan dijadikan mobil nasional.

Ketua DPP Golkar ini mengungkapkan, paling tidak ada dua alasan mengapa rakyat jadi gemes. Pertama, apa alasannya kerja dengan Proton yang nota bene penjelmaan dari Mitsubishi dan sudah sekarat di Malaysia dijadikan mitra untuk pembangunan mobil nasional.

“Kenapa nggak sekalian kerja sama dengan Mitsubishi-nya saja? Bagaimana pula nasib Esemka yang telah berhasil mendongkrak Pak Jokowi jadi tokoh nasional?” tanya Tantowi.

Lucunya, manajemen Proton di Indonesia ternyata tak tahu soal kerja sama tersebut. Head of Marketing PT Proton Edar Indonesia Rully Septiadi mengakui, manajemen Proton di Indonesia juga baru mengetahui berita sepitar rencana kerjasama tersebut setelah muncul di berbagai media. ‘Biasanya ada guide (petunjuk) segala macam, tapi ini kami sama sekali tidak tahu,’ ujarnya saat dihubungi Jawa Pos (grup Sumut Pos) akhir pecan lalu.

Sebagaimana diketahui, Jumat lalu (6/2), Jokowi dalam lawatannya ke Malaysia menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Proton Holdings Bhd dengan Chief Executive Officer PT Adiperkasa Citra Lestari AM Hendropriyono. Wacana pun bergulir bahwa Proton digandeng untuk mengembangkan mobil nasional (mobnas) Indonesia.

Menurut Rully, dalam setiap kerja sama atau aksi strategis sebelumnya oleh manajemen Proton pusat di Malaysia, manajemen Proton di Indonesia selalu diberi tahu terlebih dahulu atau bahkan diajak berkoordinasi. “Jadi, untuk kerja sama atau MoU ini, kami kurang tahu detilnya seperti apa. Bahkan, nama perusahaannya (PT Adiperkasa Citra Lestari, Red) pun baru kali ini saya dengar,” katanya.

Di bagian lain, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mulai bungkam  terkait pengembangan mobnas yang menggandeng produsen mobil asal Malaysia tersebut. Sekretaris Utama (Sekum) Gaikindo Noegardijto menyatakan enggan berkomentar. “Soal itu saya nggak mau komentar ya,”katanya saat dihubungi koran ini, kemarin. Begitu juga dengan para pengurus Gaikindo lainnya, mereka tidak membalas sms maupun mengangkat telepon saat dihubungi.

Namun, berdasarkan salah seorang sumber di Gaikindo, kemunculan perusahaan milik AM Hendropriyono PT Adiperkasa Citra Lestari cukup mengagetkan. Menurut sumber itu, keberadaan perusahaan tersebut  menjadi kasak kusuk di kalangan internal Gaikindo. Karena, sebagai pelaku industri otomotif, Gaikindo tidak pernah mendengar keberadaan perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) tersebut.

“Kita belum pernah dengar ya, kalau Pak Hendro ternyata juga punya perusahaan otomotif.  Kita baru dengar hari ini (kemarin) ada perusahaan itu. Ini kita (anggota Gaikindo) sms-an saling menanyakan soal perusahaan baru ini. Karena nggak ada yang tahu soal  PT Adiperkasa Citra Lestari ini,”kata sumber tersebut.

Informasi seputar PT Adiperkasa Citra Lestari memang minim. Berdasar penelusuran di database Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum KemenkumHAM, hanya ada satu perusahaan bernama Adiperkasa Citra Lestari.

Perusahaan tersebut tercatat didirikan pada 22 Februari 2012, lalu sempat mengajukan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan pada 22 Juli 2013. Alamat yang tertera dalam dokumen tersebut adalah Komplek Rukan Tendean Square 26, Jl. Woltermonginsidi 122 – 124 Jakarta Selatan. Namun, saat Jawa Pos menyambangi alamat tersebut, saat ini sudah digunakan untuk Kantor Notaris Muhammad Hanafi.

Sementara itu, pengamat industri otomotif  Suhari Sargo mengatakan, kerjasama antara perusahaan Hendropriyono dan Proton terkait produksi mobil, tidak lantas bisa disebut Mobnas. Sebab, lanjut dia, industri mobil hasil kerjasama kedua perusahaan tersebut tidak memberikan penawaran-penawaran khusus, seperti pada era mobnas Timor dan Cakra pada 1997 lalu.

“Itu kan hanya kerja sama dua perusahaan otomotif. Jadi perusahaan Indonesia ini tertarik untuk ngajak Proton masuk ke Indonesia  dan Proton memang ingin mengembangkan lagi pasar di Indonesia. Dengan cara ini, mereka (proton) mau bangkit lagi. Tapi kan nggak ada yang ditawarkan, apa ada perlakuan khusus, kayak pengurangan bea pajak? nggak ada,”paparnya saat dihubungi koran ini, kemarin.

Suhari melanjutkan, jika pemerintah memaksakan memberi perlakuan khusus pada produsen mobil tersebut, produsen-produsen lain yang sudah lama berada di Indonesia akan protes. Selain itu, pemberian kemudahan-kemudahan tersebut, juga terganjal aturan dari World Trade Organization (WTO).

“Jangan sampai seperti Timor. Itu kan dulu yang beli dapat fasilitas segala macam. Padahal waktu itu Indonesia sudah teken di WTO, lalu diprotes dan Timor harus mencabut semua fasilitasnya. Saya yakin, nggak mungkin lagi diberikan fasilitas khusus seperti itu,” paparnya.

Karena itu, terkait definisi mobnas tersebut, Suhari mengatakan, tampaknya masyarakat salah kaprah dengan hal tersebut. Dia menilai, keikutsertaan Hendropriyono dalam kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Malaysia yang mengakibatkan banyak pihak menganggap, kedua perusahaan tersebut berniat memproduksi mobnas. “Padahal kan Jokowi cuma menyaksikan. Karena ikut Presiden, kesannya ya jadi lain,”katanya.

Menyoal PT Adiperkasa Citra Lestari sendiri, Suhari yang sudah belasan tahun menggeluti dunia otomotif mengaku belum pernah mendengar perusahaan tersebut. Dia justru balik menanyakan pada koran ini, ketika ditanya soal perusahaan tersebut. “Itu perusahaan baru ya? Kok saya belum pernah dengar,’ ucapnya. (bbs/rbb)

8feb kartun HL copy-sumutposSUMUTPOS.CO- Terobosan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggandeng produsen mobil Malaysia, Proton, menimbulkan polemik. Pasalnya, kesepakan itu tercipta selang beberapa hari setelah Malaysia melukai Indonesia dengan iklan ‘Fire Your Indonesian Maid’.  Selain itu, kesepakatan itu bak menutup impian memiliki mobil nasional (mobnas) karya anak negeri. Tak pelak, Jokowi pun dianggap membuka lama yang belum juga terobati.

“Saat ini, kita sedang tersinggung oleh iklan produk Malaysia ‘Pecat Pembantu Indonesia!’ Iklan tersebut jelas tidak terpuji, rasis, merendahkan dan melukai perasaan rakyat Indonesia. Kalau saya presiden, saya tidak akan hadiri acara MoU itu jika dilaksanakan sekarang karena saya mesti mewakili rasa tersinggung rakyat,” kata Anggota DPR RI Komisi I Elnino MH Mohi, Sabtu (7/2).

Politisi Gerindra ini menilai bahwa penandatanganan MoU antara CEO Proton Holdings, Abdul Harith Abdullah dengan CEO PT Adiperkasa Citra Lestari, AM Hendropriyono, sangat tidak tepat.

“Kalau saya presiden, saya tidak akan hadiri acara MoU itu jika dilaksanakan sekarang karena saya mesti mewakili rasa tersinggung rakyat,” tambahnya.

Senada, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan, kalau sedari awal dijelaskan bahwa ini murni kerja sama business to business, masyarakat juga tidak akan ambil pusing. Apalagi, penandatanganan itu terjadi di saat TKI kita di Malaysia sedang dilecehkan lewat iklan robot pembersih, ‘Fire Your Indonesian Maid ‘. “Ini kan seperti air tuba dibalas dengan air susu. Jadi, tugas pemerintah sekarang agar tidak jadi berlarut-larut, jelaskan dengan sejelas-jelasnya ke rakyat, ini bukan proyek Mobnas. Jadi tidak akan ada Penyertaan Modal Negara yang artinya APBN. Jelaskan bahwa ini murni kerjasama swasta. Mudah-mudahan rakyat meminati produk Malaysia ini nantinya,” kata Tantowi, Minggu (8/2).

Jelas dia, masih harus dibuktikan apakah rakyat Indonesia tidak lagi emoh dengan produk-produk Malaysia. “Liat saja pom bensin Petronas yang tutup satu per satu,” cetusnya.

Menurut Tantowi, itu menjadi indikasi sentimen rakyat Indonesia atas pelecehan-pelecehan yang dilakukan negara itu. Semua jadi berkomentar ketika sekonyong-sekonyong Proton akan dijadikan mobil nasional.

Ketua DPP Golkar ini mengungkapkan, paling tidak ada dua alasan mengapa rakyat jadi gemes. Pertama, apa alasannya kerja dengan Proton yang nota bene penjelmaan dari Mitsubishi dan sudah sekarat di Malaysia dijadikan mitra untuk pembangunan mobil nasional.

“Kenapa nggak sekalian kerja sama dengan Mitsubishi-nya saja? Bagaimana pula nasib Esemka yang telah berhasil mendongkrak Pak Jokowi jadi tokoh nasional?” tanya Tantowi.

Lucunya, manajemen Proton di Indonesia ternyata tak tahu soal kerja sama tersebut. Head of Marketing PT Proton Edar Indonesia Rully Septiadi mengakui, manajemen Proton di Indonesia juga baru mengetahui berita sepitar rencana kerjasama tersebut setelah muncul di berbagai media. ‘Biasanya ada guide (petunjuk) segala macam, tapi ini kami sama sekali tidak tahu,’ ujarnya saat dihubungi Jawa Pos (grup Sumut Pos) akhir pecan lalu.

Sebagaimana diketahui, Jumat lalu (6/2), Jokowi dalam lawatannya ke Malaysia menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Proton Holdings Bhd dengan Chief Executive Officer PT Adiperkasa Citra Lestari AM Hendropriyono. Wacana pun bergulir bahwa Proton digandeng untuk mengembangkan mobil nasional (mobnas) Indonesia.

Menurut Rully, dalam setiap kerja sama atau aksi strategis sebelumnya oleh manajemen Proton pusat di Malaysia, manajemen Proton di Indonesia selalu diberi tahu terlebih dahulu atau bahkan diajak berkoordinasi. “Jadi, untuk kerja sama atau MoU ini, kami kurang tahu detilnya seperti apa. Bahkan, nama perusahaannya (PT Adiperkasa Citra Lestari, Red) pun baru kali ini saya dengar,” katanya.

Di bagian lain, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mulai bungkam  terkait pengembangan mobnas yang menggandeng produsen mobil asal Malaysia tersebut. Sekretaris Utama (Sekum) Gaikindo Noegardijto menyatakan enggan berkomentar. “Soal itu saya nggak mau komentar ya,”katanya saat dihubungi koran ini, kemarin. Begitu juga dengan para pengurus Gaikindo lainnya, mereka tidak membalas sms maupun mengangkat telepon saat dihubungi.

Namun, berdasarkan salah seorang sumber di Gaikindo, kemunculan perusahaan milik AM Hendropriyono PT Adiperkasa Citra Lestari cukup mengagetkan. Menurut sumber itu, keberadaan perusahaan tersebut  menjadi kasak kusuk di kalangan internal Gaikindo. Karena, sebagai pelaku industri otomotif, Gaikindo tidak pernah mendengar keberadaan perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) tersebut.

“Kita belum pernah dengar ya, kalau Pak Hendro ternyata juga punya perusahaan otomotif.  Kita baru dengar hari ini (kemarin) ada perusahaan itu. Ini kita (anggota Gaikindo) sms-an saling menanyakan soal perusahaan baru ini. Karena nggak ada yang tahu soal  PT Adiperkasa Citra Lestari ini,”kata sumber tersebut.

Informasi seputar PT Adiperkasa Citra Lestari memang minim. Berdasar penelusuran di database Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum KemenkumHAM, hanya ada satu perusahaan bernama Adiperkasa Citra Lestari.

Perusahaan tersebut tercatat didirikan pada 22 Februari 2012, lalu sempat mengajukan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan pada 22 Juli 2013. Alamat yang tertera dalam dokumen tersebut adalah Komplek Rukan Tendean Square 26, Jl. Woltermonginsidi 122 – 124 Jakarta Selatan. Namun, saat Jawa Pos menyambangi alamat tersebut, saat ini sudah digunakan untuk Kantor Notaris Muhammad Hanafi.

Sementara itu, pengamat industri otomotif  Suhari Sargo mengatakan, kerjasama antara perusahaan Hendropriyono dan Proton terkait produksi mobil, tidak lantas bisa disebut Mobnas. Sebab, lanjut dia, industri mobil hasil kerjasama kedua perusahaan tersebut tidak memberikan penawaran-penawaran khusus, seperti pada era mobnas Timor dan Cakra pada 1997 lalu.

“Itu kan hanya kerja sama dua perusahaan otomotif. Jadi perusahaan Indonesia ini tertarik untuk ngajak Proton masuk ke Indonesia  dan Proton memang ingin mengembangkan lagi pasar di Indonesia. Dengan cara ini, mereka (proton) mau bangkit lagi. Tapi kan nggak ada yang ditawarkan, apa ada perlakuan khusus, kayak pengurangan bea pajak? nggak ada,”paparnya saat dihubungi koran ini, kemarin.

Suhari melanjutkan, jika pemerintah memaksakan memberi perlakuan khusus pada produsen mobil tersebut, produsen-produsen lain yang sudah lama berada di Indonesia akan protes. Selain itu, pemberian kemudahan-kemudahan tersebut, juga terganjal aturan dari World Trade Organization (WTO).

“Jangan sampai seperti Timor. Itu kan dulu yang beli dapat fasilitas segala macam. Padahal waktu itu Indonesia sudah teken di WTO, lalu diprotes dan Timor harus mencabut semua fasilitasnya. Saya yakin, nggak mungkin lagi diberikan fasilitas khusus seperti itu,” paparnya.

Karena itu, terkait definisi mobnas tersebut, Suhari mengatakan, tampaknya masyarakat salah kaprah dengan hal tersebut. Dia menilai, keikutsertaan Hendropriyono dalam kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Malaysia yang mengakibatkan banyak pihak menganggap, kedua perusahaan tersebut berniat memproduksi mobnas. “Padahal kan Jokowi cuma menyaksikan. Karena ikut Presiden, kesannya ya jadi lain,”katanya.

Menyoal PT Adiperkasa Citra Lestari sendiri, Suhari yang sudah belasan tahun menggeluti dunia otomotif mengaku belum pernah mendengar perusahaan tersebut. Dia justru balik menanyakan pada koran ini, ketika ditanya soal perusahaan tersebut. “Itu perusahaan baru ya? Kok saya belum pernah dengar,’ ucapnya. (bbs/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/