25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Pesawat tak Layak Dipaksa Terbang

Penyebab Jatuhnya Pesawat Merpati

MA 60 Diminta Digrounded

JAKARTA-Peristiwa kecelakaan pesawat jenis MA 60 milik maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airline yang jatuh di Teluk Kaimana, Papua Barat, Sabtu (7/5) kemarin, telah membuka bobrok pemerintah, yakni  kementerian perhubungan, terutama Dirjen Perhubungan Udara.

“Menteri Perhubungan dan Dirjen Perhubungan Udara harus bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Merpati tersebut,” kata anggota Komisi V DPR Rendy Lamajido, Minggu (8/5).

Pihak Merpati Nusantara Airline juga disalahkan politisi PDI Perjuangan itu karena membeli pesawat buatan Xian Aircraft, Cina, yang belum memiliki lisensi dari Federal Aviation Administration (FAA) AS. Sertifikat FAA selama ini dijadikan standar pemeliharaan teknis pesawat.

Rendy menduga Dirjen Perhubungan Udara  melakukan keteledoran karena tidak mengecek dulu apakah pesawat MA 60 buatan Cina tersebut layak dioperasikan untuk rute penerbangan di Papua. Pasalnya selama ini kondisi alam dan iklim di Papua sangat berbahaya bagi penerbangan. “Untuk mobil saja, tipe Kijang tidak bisa melintas di jalan becek. Pesawat pun demikian. Saya menduga Dirjen Perhubungan Udara teledor dengan membiarkan pesawat itu beroperasi. Sebab bisa saja pesawat itu tidak bisa dioperasikan pada iklim dan kondisi alam seperti di Papua,” ujarnya.

Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla ternyata tak menolak sejak awal rencana pembelian pesawat buatan Cina itu. “Kalau ditanya sejarahnya, dulu memang penuh perdebatan. Pesawat MA 60 tak punya track record,” kata Jusuf Kalla di Semarang, kemarin.

Kalau pun pesawat jadi ihadirkan, lanjut Kalla, mekanismenya harus sewa, bukan beli. Dengan demikian, urusan maintenance dan lain-lain masih menjadi urusan sang produsen. “Kalau pada akhirnya dibeli, ya saya tidak tahu,” jelasnya.

Mantan Ketum DPP Partai Golkar ini mengaku pernah ke Beijing untuk urusan pesawat itu. Di sana, ia menyatakan produsen harus bertanggung jawab jika ada masalah dengan pesawat tersebut. Salah satu caranya, produsen diharuskan membangun pabrik dan menyiapkan teknisi dari Cina.

Kalla juga menyebutkan, pesawat MA 60 sangat tidak cocok dengan iklim Indonesia. “Indonesia kan kepulauan. Butuh pesawat yang tangguh. Makanya saya tidak setuju,” ungkap Jusuf Kalla lagi.
Pengadaan pesawat itu sempat terganjal karena ditemukan crack di bagian rudder (sayap pesawat bagian belakang). Namun pihak Xian Aircraft kemudian memperbaikinya.

Merpati memesan 15 armada dari Xian dan telah datang 13 unit. Meskipun body buatan Cina, tapi mesin tetap menggunakan buatan Kanada. Selain Indonesia dan Filipina, pesawat itu digunakan di berbagai negara dunia ketiga seperti Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Myanmar, Tajikistan, Zambia, Sri Lanka, Zimbabwe, Laos, Ghana, Ekuador, dan Bolivia.

Lepas dari ada atau tidaknya lisensi FAA, seluruh pesawat itu harus di grounded. “Untuk menghindari pesawat itu mengalami kecelakaan, seluruh pesawat MA 60 milik Merpati digrounded saja. Ini persoalan nyawa manusia,” tegas Rendi.

Menurut dia, ketika pesawat Adam Air direncanakan terbang dari Jakarta menuju Makasar ternyata mendarat di Tambolaka, Nusa Tenggara Timur, pihaknya meminta seluruh pesawat boeing 737-300 di-grounded karena ada ketidakberesan navigasi jenis pesawat itu. Namun, grounded itu tidak dilakukan sampai akhirnya pesawat boeing tipe yang sama jatuh di sekitar pantai Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sebanyak 102 penumpang tewas.

“Makanya saya minta kepada pemerintah yakni Departemen Perhubungan, dalam hal ini Dirjen Perhubungan Udara  untuk menggrounded seluruh pesawat tersebut,” tegas Rendy.
Sebab, kata dia, ada indikasi komponen pesawat tidak memenuhi syarat keselamatan. Dugaan itu diperkuat keraguan dunia penerbangan internasional terhadap uji kelayakan pesawat produk Cina tersebut.

Black box pesawat Merpati Nusantara Airlines telah ditemukan Minggu sore kemarin. Kondisi kotak hitam utuh dan ditemukan di kedalaman 12 meter, Teluk Kaimana, Papua Barat. “Ditemukan pukul 16.00 WIT di 500 meter dari landasan,” ujar Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Wachyono.

Menurut Wachyono, kondisi kotak hitam masih utuh. “Pada kedalaman 12 meter, kondisi utuh,” imbuh dia.
Kemarin, Tim SAR juga telah menemukan 3 jenazah korban pesawat. “Ada tiga jenazah yang baru ditemukan. Jadi sekarang tinggal 5 jenazah lagi yang belum ditemukan,” kata Kepala Bandara Kaimana Papua Gagarin Mulyansah kemarin petang.

Pesawat naas tersebut mengangkut 19 penumpang dan 6 orang awak. Sebelumnya, 17 jenazah telah ditemukan dan berhasil diidentifikasi. Dengan ditemukannya 3 jenazah itu, berarti sudah 20 jenazah yang ditemukan.

Ke-20 jasad korban tadi malam disemayamkan di RSUD Kaimana. “Kami berharap proses evakuasi keseluruhan korban pesawat bisa diselesaikan secepatnya, sehingga proses pengembalian jenazah kepada pihak keluarga bisa dilakukan serentak,” jelas Kepala Basarnas Pusat Nono Sampono.
Nono mengakui, proses pencaharian sedikit lambat mengingat kondisi badan pesawat hancur berkeping-keping. Cuaca buruk yang menyelimuti Kota Kaimana, Papua Barat, Sabtu siang hingga sore, mengakibatkan bangkai pesawat terseret hingga 500 meter dari bibir pantai.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Wachyono mengatakan, Polda Papua menambah personel dari Polair Polres Kaimana guna mempercepat proses pencaharian para korban pesawat naas tersebut.(dry/rmo/jpnn)

Penyebab Jatuhnya Pesawat Merpati

MA 60 Diminta Digrounded

JAKARTA-Peristiwa kecelakaan pesawat jenis MA 60 milik maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airline yang jatuh di Teluk Kaimana, Papua Barat, Sabtu (7/5) kemarin, telah membuka bobrok pemerintah, yakni  kementerian perhubungan, terutama Dirjen Perhubungan Udara.

“Menteri Perhubungan dan Dirjen Perhubungan Udara harus bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Merpati tersebut,” kata anggota Komisi V DPR Rendy Lamajido, Minggu (8/5).

Pihak Merpati Nusantara Airline juga disalahkan politisi PDI Perjuangan itu karena membeli pesawat buatan Xian Aircraft, Cina, yang belum memiliki lisensi dari Federal Aviation Administration (FAA) AS. Sertifikat FAA selama ini dijadikan standar pemeliharaan teknis pesawat.

Rendy menduga Dirjen Perhubungan Udara  melakukan keteledoran karena tidak mengecek dulu apakah pesawat MA 60 buatan Cina tersebut layak dioperasikan untuk rute penerbangan di Papua. Pasalnya selama ini kondisi alam dan iklim di Papua sangat berbahaya bagi penerbangan. “Untuk mobil saja, tipe Kijang tidak bisa melintas di jalan becek. Pesawat pun demikian. Saya menduga Dirjen Perhubungan Udara teledor dengan membiarkan pesawat itu beroperasi. Sebab bisa saja pesawat itu tidak bisa dioperasikan pada iklim dan kondisi alam seperti di Papua,” ujarnya.

Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla ternyata tak menolak sejak awal rencana pembelian pesawat buatan Cina itu. “Kalau ditanya sejarahnya, dulu memang penuh perdebatan. Pesawat MA 60 tak punya track record,” kata Jusuf Kalla di Semarang, kemarin.

Kalau pun pesawat jadi ihadirkan, lanjut Kalla, mekanismenya harus sewa, bukan beli. Dengan demikian, urusan maintenance dan lain-lain masih menjadi urusan sang produsen. “Kalau pada akhirnya dibeli, ya saya tidak tahu,” jelasnya.

Mantan Ketum DPP Partai Golkar ini mengaku pernah ke Beijing untuk urusan pesawat itu. Di sana, ia menyatakan produsen harus bertanggung jawab jika ada masalah dengan pesawat tersebut. Salah satu caranya, produsen diharuskan membangun pabrik dan menyiapkan teknisi dari Cina.

Kalla juga menyebutkan, pesawat MA 60 sangat tidak cocok dengan iklim Indonesia. “Indonesia kan kepulauan. Butuh pesawat yang tangguh. Makanya saya tidak setuju,” ungkap Jusuf Kalla lagi.
Pengadaan pesawat itu sempat terganjal karena ditemukan crack di bagian rudder (sayap pesawat bagian belakang). Namun pihak Xian Aircraft kemudian memperbaikinya.

Merpati memesan 15 armada dari Xian dan telah datang 13 unit. Meskipun body buatan Cina, tapi mesin tetap menggunakan buatan Kanada. Selain Indonesia dan Filipina, pesawat itu digunakan di berbagai negara dunia ketiga seperti Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Myanmar, Tajikistan, Zambia, Sri Lanka, Zimbabwe, Laos, Ghana, Ekuador, dan Bolivia.

Lepas dari ada atau tidaknya lisensi FAA, seluruh pesawat itu harus di grounded. “Untuk menghindari pesawat itu mengalami kecelakaan, seluruh pesawat MA 60 milik Merpati digrounded saja. Ini persoalan nyawa manusia,” tegas Rendi.

Menurut dia, ketika pesawat Adam Air direncanakan terbang dari Jakarta menuju Makasar ternyata mendarat di Tambolaka, Nusa Tenggara Timur, pihaknya meminta seluruh pesawat boeing 737-300 di-grounded karena ada ketidakberesan navigasi jenis pesawat itu. Namun, grounded itu tidak dilakukan sampai akhirnya pesawat boeing tipe yang sama jatuh di sekitar pantai Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sebanyak 102 penumpang tewas.

“Makanya saya minta kepada pemerintah yakni Departemen Perhubungan, dalam hal ini Dirjen Perhubungan Udara  untuk menggrounded seluruh pesawat tersebut,” tegas Rendy.
Sebab, kata dia, ada indikasi komponen pesawat tidak memenuhi syarat keselamatan. Dugaan itu diperkuat keraguan dunia penerbangan internasional terhadap uji kelayakan pesawat produk Cina tersebut.

Black box pesawat Merpati Nusantara Airlines telah ditemukan Minggu sore kemarin. Kondisi kotak hitam utuh dan ditemukan di kedalaman 12 meter, Teluk Kaimana, Papua Barat. “Ditemukan pukul 16.00 WIT di 500 meter dari landasan,” ujar Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Wachyono.

Menurut Wachyono, kondisi kotak hitam masih utuh. “Pada kedalaman 12 meter, kondisi utuh,” imbuh dia.
Kemarin, Tim SAR juga telah menemukan 3 jenazah korban pesawat. “Ada tiga jenazah yang baru ditemukan. Jadi sekarang tinggal 5 jenazah lagi yang belum ditemukan,” kata Kepala Bandara Kaimana Papua Gagarin Mulyansah kemarin petang.

Pesawat naas tersebut mengangkut 19 penumpang dan 6 orang awak. Sebelumnya, 17 jenazah telah ditemukan dan berhasil diidentifikasi. Dengan ditemukannya 3 jenazah itu, berarti sudah 20 jenazah yang ditemukan.

Ke-20 jasad korban tadi malam disemayamkan di RSUD Kaimana. “Kami berharap proses evakuasi keseluruhan korban pesawat bisa diselesaikan secepatnya, sehingga proses pengembalian jenazah kepada pihak keluarga bisa dilakukan serentak,” jelas Kepala Basarnas Pusat Nono Sampono.
Nono mengakui, proses pencaharian sedikit lambat mengingat kondisi badan pesawat hancur berkeping-keping. Cuaca buruk yang menyelimuti Kota Kaimana, Papua Barat, Sabtu siang hingga sore, mengakibatkan bangkai pesawat terseret hingga 500 meter dari bibir pantai.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Wachyono mengatakan, Polda Papua menambah personel dari Polair Polres Kaimana guna mempercepat proses pencaharian para korban pesawat naas tersebut.(dry/rmo/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/