26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Yakin Antasari Kambing Hitam

Sejak Nasrudin Zulkarnaen tewas ditembak, Andi Syamsuddin penasaran. Adik Nasrudin itu tidak percaya bahwa kakaknya ditembak tanpa alasan kuat. Apalagi, selama ini Nasrudin bukan pribadi yang punya banyak musuh.

“Saya putuskan untuk investigasi sendiri setelah kakak meninggal,” kata Syamsuddin saat dihubungi dari Jakarta kemarin (8/5).

Syamsuddin juga tidak percaya ketika polisi menyatakan bahwa Antasari Azhar menjadi aktor intelektual di balik pembunuhan tragis itu. Setelah kematian Nasrudin, Syamsuddin menemui sejumlah pihak yang mengetahui kasus tersebut. Mulai Rani Juliani, sejumlah penyidik, bahkan juga Antasari. Terakhir dia menemui Antasari pada pertengahan Maret lalu. “Saya akhirnya percaya bukan dia pelakunya. Ada dalang di balik kasus ini. Itu yang harus diungkap,” katanya.

Syamsuddin mengatakan, investigasi yang dia lakukan menunjukkan bahwa bukan Antasari otak penembakan tersebut. Apa lagi dengan diperkuat pesan dari almarhum kepada dirinya. “Antasari memiliki kartu truf yang berbahaya kalau diungkap. Itulah mengapa diperkarakan,” ujarnya.

Antasari, kata Syamsuddin, hanya pihak yang dijadikan kambing hitam atas pembunuhan tersebut. Orang-orang yang berada di sekelilingnya dibikin sedemikian rupa untuk memperkuat dugaan bahwa lelaki kelahiran Bangka Belitung itulah yang merencanakan pembunuhan.

Lelaki berkumis lebat itu mengaku memiliki sejumlah informasi tentang pembunuhan tersebut. Dia juga memiliki data terkait dalang di balik rekayasa itu. Namun, dia menolak mengungkapkan. Dia khawatir dirinya justru akan diperkarakan jika membuka informasi itu. Sebab, kasus tersebut melibatkan sejumlah pejabat tinggi di Indonesia.

“Apakah LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, Red) bisa melindungi saya” Orang sekelas Susno Duadji dan Gayus Tambunan saja tidak bisa dilindungi. Apalagi, mereka menjalin kerja sama dengan kejaksaan dan kepolisian, bagaimana bisa independen kalau ada intervensi dari mereka,” katanya.

Karena itu, Syamsuddin hanya bisa memberikan dorongan moral. Dia tidak bisa terlibat lebih jauh terhadap kasus yang dihadapi mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu. Dia juga menuntut Antasari lebih transparan dalam mengungkap pihak-pihak yang ingin memerkarakan dirinya. Sebab, selama ini Antasari cenderung tertutup setiap ditanya dalang kasusnya. “Soal kasus hukum, hanya Pak Antasari yang bisa terus mengungkap. Dia yang punya kartu,” kata mantan wartawan itu. (aga/c4/iro/jpnn)

Sejak Nasrudin Zulkarnaen tewas ditembak, Andi Syamsuddin penasaran. Adik Nasrudin itu tidak percaya bahwa kakaknya ditembak tanpa alasan kuat. Apalagi, selama ini Nasrudin bukan pribadi yang punya banyak musuh.

“Saya putuskan untuk investigasi sendiri setelah kakak meninggal,” kata Syamsuddin saat dihubungi dari Jakarta kemarin (8/5).

Syamsuddin juga tidak percaya ketika polisi menyatakan bahwa Antasari Azhar menjadi aktor intelektual di balik pembunuhan tragis itu. Setelah kematian Nasrudin, Syamsuddin menemui sejumlah pihak yang mengetahui kasus tersebut. Mulai Rani Juliani, sejumlah penyidik, bahkan juga Antasari. Terakhir dia menemui Antasari pada pertengahan Maret lalu. “Saya akhirnya percaya bukan dia pelakunya. Ada dalang di balik kasus ini. Itu yang harus diungkap,” katanya.

Syamsuddin mengatakan, investigasi yang dia lakukan menunjukkan bahwa bukan Antasari otak penembakan tersebut. Apa lagi dengan diperkuat pesan dari almarhum kepada dirinya. “Antasari memiliki kartu truf yang berbahaya kalau diungkap. Itulah mengapa diperkarakan,” ujarnya.

Antasari, kata Syamsuddin, hanya pihak yang dijadikan kambing hitam atas pembunuhan tersebut. Orang-orang yang berada di sekelilingnya dibikin sedemikian rupa untuk memperkuat dugaan bahwa lelaki kelahiran Bangka Belitung itulah yang merencanakan pembunuhan.

Lelaki berkumis lebat itu mengaku memiliki sejumlah informasi tentang pembunuhan tersebut. Dia juga memiliki data terkait dalang di balik rekayasa itu. Namun, dia menolak mengungkapkan. Dia khawatir dirinya justru akan diperkarakan jika membuka informasi itu. Sebab, kasus tersebut melibatkan sejumlah pejabat tinggi di Indonesia.

“Apakah LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, Red) bisa melindungi saya” Orang sekelas Susno Duadji dan Gayus Tambunan saja tidak bisa dilindungi. Apalagi, mereka menjalin kerja sama dengan kejaksaan dan kepolisian, bagaimana bisa independen kalau ada intervensi dari mereka,” katanya.

Karena itu, Syamsuddin hanya bisa memberikan dorongan moral. Dia tidak bisa terlibat lebih jauh terhadap kasus yang dihadapi mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu. Dia juga menuntut Antasari lebih transparan dalam mengungkap pihak-pihak yang ingin memerkarakan dirinya. Sebab, selama ini Antasari cenderung tertutup setiap ditanya dalang kasusnya. “Soal kasus hukum, hanya Pak Antasari yang bisa terus mengungkap. Dia yang punya kartu,” kata mantan wartawan itu. (aga/c4/iro/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/