30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Presiden ‘Eksodus’ ke Bogor

Banjir di Jakarta yang juga menyentuh sekitar kompleks Istana Negara membuat wacana kepindahan Presiden Joko Widodo ke Istana Bogor makin kencang. Soal eksodus itu muncul pertama kali menyusul pertemuan Mensesneg Pratikno dengan Walikota Bogor Bima Arya, akhir pekan lalu.

Pertemuan keduanya ketika itu, secara garis besar, adalah terkait makin seringnya presiden beraktivitas di Istana Bogor, hingga beberapa waktu terakhir. Atas hal tersebut, kemudian muncul rencana pembenahan kawasan sekitar Istana Bogor sebagai wilayah heritage(cagar budaya). Salah satunya dengan memperlebar jalan dan pedestrian di sekitarnya.

Dikonfirmasi, Bima Arya menyatakan kalau masih belum mendapat kepastian atas wacana kepindahan presiden dari Istana Negara, Jakarta, ke Istana Bogor. Meski demikian, dia menyambut baik kalau benar nanti presiden akan lebih banyak berkantor ke kota yang dipimpinnya.

“Belum tahu kepastiannya, tapi kalau benar, tentu kami (warga Bogor) akan sangat mengapresiasi,” kata Bima saat dihubungi kemarin.

Dia menambahkan, bahwa ketika bertemu dengan Pratikno, pembicaraan soal rencana presiden pindah kantor ke kota hujan itu belum sampai dibahas.Pertemuan fokus pada koordinasi terkait agenda penataan kawasan kota sekitar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor.Hingga tiga bulan lebih sejak dilantik, Jokowi memang telah beberapa kali beraktivitas di Istana Bogor. Pertama kali, pada 24 November 2014, Jokowi mengumpulkan para gubernur seluruh Indonesia. “Acara berlangsung dari pagi hingga petang.

Selang beberapa hari kemudian, pada 28 November 2014, presiden kembali menggunakan Istana yang sejak dulu memiliki rusa-rusa yang langsung didatangkan dari Nepal tersebut. Ketika itu, presiden melakukan pertemuan dengan para petinggi TNI dan pimpinan kejaksaan tinggi seluruh Indonesia.

Tidak berhenti di situ, sejumlah kegiatan kembali dilakukan presiden di Istana Bogor. Terakhir, adalah pertemuan Jokowi dengan mantan rivalnya di Pilpres 2014, Prabowo Subianto. Pertemuan itu dilaksanakan disela Jokowi mengumpulkan para bupati seluruh Indonesia seri ke-3.

“Memang sepertinya presiden nyaman untuk beraktivitas di istana Bogor,” imbuh Bima. Meski demikian, dia lagi-lagi menegaskan kalau mendapat kepastian terkait wacana kepindahan ke Bogor tersebut.”Sampai saat ini saya kira belum ada keputusan beliau (Presiden Jokowi, Red) akan menetap di Istana Bogor,” jelasnya.

Hingga malam ini, belum ada keterangan langsung dari pihak istana atas wacana kepidandahan presiden berkantor ke Istana Bogor. Saat dihubungi dan dikirim pesan pendek, Pratikno belum merespons.

Sebagai Informasi, hujan deras yang mengguyur kota Jakarta sejak Minggu malam kemarin mengakibatkan banjir di mana-mana. Tidak terkecuali di kompleks sekitar Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat.

Banjir dengan ketinggian sekitar lutut orang dewasa ini terlihat di perempatan Medan Merdeka Barat, yang di depan Istana Negara dan Monas. Hingga ke depan Jalan Majapahit, tempat pintu masuknya Gedung Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet.

Akibatnya pegawai dua kementerian tersebut sulit masuk ke kompleks Istana Negara. Kecuali dengan nekat berjalan kaki melewati banjir tersebut atau dengan mobil yang sulit untuk menembus banjir.

“Di dalam sih kayaknya enggak kena banjir. Tapi potensi kebanjiran di Istana itu ada,” ujar Usman salah satu petugas kebersihan yang tengah menyaksikan banjir depan istana.

Dari pantauan JPNN, saat ini, kendaraan baik roda dua maupun roda empat sulit untuk menembus banjir di sekitar kompleks halaman luar istana tersebut. Sehingga macet panjang pun terjadi di di jalan Majapahit.

Saat ini beruntung Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana sedang kunjungan kenegaraan ketiga negara sehingga tidak ikut mengalami banjir tersebut.

Ahok Curiga Ada Sabotase
Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menduga ada sabotase terkait banjir di depan Istana Negara dan Monas. Pasalnya, CCTV atau kamera pengawas di Masjid Istiqlal mati.

“Tadi saya kebangun jam 02.00 WIB karena hujan langsung cek CCTV, ternyata CCTV Istiqlal mati. Saya curiga kerendam nih, pasti istana kerendam. Saya enggak tahu sabotase atau sengaja, saya enggak berani menduga,” kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Senin (9/2).

Menurut ýAhok, kawasan sekitar Istana dan Monas seharusnya tidak terendam banjir. Pasalnya saluran di Pluit dalam keadaan baik. Selain itu pintu air Manggarai juga dibuka terus.

“Makanya saya begitu lihat CCTV Istiqlal connection lost, saya sudah curiga. Ada apa tiba-tiba. Istiqlal itu harus selalu rendah posisinya, kalau dia mulai tinggi buangnya ke sini, ke Tangki, ke Gajah Mada-Hayam Wuruk. Gajah Mada-Hayam Wuruk begitu rendah airnya, Pasar Ikan begitu baik pompanya kenapa enggak mau ke situ,”ý tutur Ahok.

Atas peristiwa banjir tersebut, Ahok ýmenyatakan akan memanggil pihak terkait untuk meminta penjelasan. “Saya mau dengar jawaban, enggak ada alasan Monas-Istana kerendam,” tegasnya.

Puncak Banjir
Seperti diketahui, hujan dengan intensitas ringan sampai sedang mengguyur Jakarta dan sekitarnya mulai Minggu malam (8/2) sampai kemarin sore. Tak pelak guyuran hujan ini membuat sejumlah titik di ibu kota banjir. Genangan air membuat sejumlah akses transportasi publik lumpuh, serta sarana perkantoran dan pusat perbelanjaan juga terendam air.

Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG Hary T. Djatmiko menuturkan, Februari adalah masa puncak curah hujan. “Lebih detailnya puncak hujan itu terjadi antara pertengahan Januari hingga pertengahan Februari,” katanya di Jakarta kemarin. Sehingga dalam beberapa hari ke depan, Jakarta dan sekitarnya masih akan diguyur hujan.

Hary menjelaskan curah hujan yang tinggi diperkirakan akan kembali mengguyur Jakarta malam tadi. Kiriman air hujan dari Bendung Katulampa Bogor juga diperkirakan baru masuk Jakarta dini hari tadi. Sekitar pukul 20.00 WIB tadi malam, debit air di bendung Katulampa masuk kategori siaga IV. Kondisi ini mengindikasikan banjir di Jakarta kemarin lebih disebabkan tingginya curah hujan.

Dari data prakiraan cuaca harian BMKG, hari ini (10/2) hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih berpotensi mengguyur seluruh wilayah Jakarta. Hary mengatakan, salah satu tanda puncak hujan adalah, intensitas hujan yang turun tidak terlalu lebat. Tetapi hujan turun dalam durasi waktu yang lama dan hampir terjadi setiap hari. (wok/ibl/dyn/flo/gil/jpnn/rbb)

Banjir di Jakarta yang juga menyentuh sekitar kompleks Istana Negara membuat wacana kepindahan Presiden Joko Widodo ke Istana Bogor makin kencang. Soal eksodus itu muncul pertama kali menyusul pertemuan Mensesneg Pratikno dengan Walikota Bogor Bima Arya, akhir pekan lalu.

Pertemuan keduanya ketika itu, secara garis besar, adalah terkait makin seringnya presiden beraktivitas di Istana Bogor, hingga beberapa waktu terakhir. Atas hal tersebut, kemudian muncul rencana pembenahan kawasan sekitar Istana Bogor sebagai wilayah heritage(cagar budaya). Salah satunya dengan memperlebar jalan dan pedestrian di sekitarnya.

Dikonfirmasi, Bima Arya menyatakan kalau masih belum mendapat kepastian atas wacana kepindahan presiden dari Istana Negara, Jakarta, ke Istana Bogor. Meski demikian, dia menyambut baik kalau benar nanti presiden akan lebih banyak berkantor ke kota yang dipimpinnya.

“Belum tahu kepastiannya, tapi kalau benar, tentu kami (warga Bogor) akan sangat mengapresiasi,” kata Bima saat dihubungi kemarin.

Dia menambahkan, bahwa ketika bertemu dengan Pratikno, pembicaraan soal rencana presiden pindah kantor ke kota hujan itu belum sampai dibahas.Pertemuan fokus pada koordinasi terkait agenda penataan kawasan kota sekitar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor.Hingga tiga bulan lebih sejak dilantik, Jokowi memang telah beberapa kali beraktivitas di Istana Bogor. Pertama kali, pada 24 November 2014, Jokowi mengumpulkan para gubernur seluruh Indonesia. “Acara berlangsung dari pagi hingga petang.

Selang beberapa hari kemudian, pada 28 November 2014, presiden kembali menggunakan Istana yang sejak dulu memiliki rusa-rusa yang langsung didatangkan dari Nepal tersebut. Ketika itu, presiden melakukan pertemuan dengan para petinggi TNI dan pimpinan kejaksaan tinggi seluruh Indonesia.

Tidak berhenti di situ, sejumlah kegiatan kembali dilakukan presiden di Istana Bogor. Terakhir, adalah pertemuan Jokowi dengan mantan rivalnya di Pilpres 2014, Prabowo Subianto. Pertemuan itu dilaksanakan disela Jokowi mengumpulkan para bupati seluruh Indonesia seri ke-3.

“Memang sepertinya presiden nyaman untuk beraktivitas di istana Bogor,” imbuh Bima. Meski demikian, dia lagi-lagi menegaskan kalau mendapat kepastian terkait wacana kepindahan ke Bogor tersebut.”Sampai saat ini saya kira belum ada keputusan beliau (Presiden Jokowi, Red) akan menetap di Istana Bogor,” jelasnya.

Hingga malam ini, belum ada keterangan langsung dari pihak istana atas wacana kepidandahan presiden berkantor ke Istana Bogor. Saat dihubungi dan dikirim pesan pendek, Pratikno belum merespons.

Sebagai Informasi, hujan deras yang mengguyur kota Jakarta sejak Minggu malam kemarin mengakibatkan banjir di mana-mana. Tidak terkecuali di kompleks sekitar Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat.

Banjir dengan ketinggian sekitar lutut orang dewasa ini terlihat di perempatan Medan Merdeka Barat, yang di depan Istana Negara dan Monas. Hingga ke depan Jalan Majapahit, tempat pintu masuknya Gedung Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet.

Akibatnya pegawai dua kementerian tersebut sulit masuk ke kompleks Istana Negara. Kecuali dengan nekat berjalan kaki melewati banjir tersebut atau dengan mobil yang sulit untuk menembus banjir.

“Di dalam sih kayaknya enggak kena banjir. Tapi potensi kebanjiran di Istana itu ada,” ujar Usman salah satu petugas kebersihan yang tengah menyaksikan banjir depan istana.

Dari pantauan JPNN, saat ini, kendaraan baik roda dua maupun roda empat sulit untuk menembus banjir di sekitar kompleks halaman luar istana tersebut. Sehingga macet panjang pun terjadi di di jalan Majapahit.

Saat ini beruntung Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana sedang kunjungan kenegaraan ketiga negara sehingga tidak ikut mengalami banjir tersebut.

Ahok Curiga Ada Sabotase
Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menduga ada sabotase terkait banjir di depan Istana Negara dan Monas. Pasalnya, CCTV atau kamera pengawas di Masjid Istiqlal mati.

“Tadi saya kebangun jam 02.00 WIB karena hujan langsung cek CCTV, ternyata CCTV Istiqlal mati. Saya curiga kerendam nih, pasti istana kerendam. Saya enggak tahu sabotase atau sengaja, saya enggak berani menduga,” kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Senin (9/2).

Menurut ýAhok, kawasan sekitar Istana dan Monas seharusnya tidak terendam banjir. Pasalnya saluran di Pluit dalam keadaan baik. Selain itu pintu air Manggarai juga dibuka terus.

“Makanya saya begitu lihat CCTV Istiqlal connection lost, saya sudah curiga. Ada apa tiba-tiba. Istiqlal itu harus selalu rendah posisinya, kalau dia mulai tinggi buangnya ke sini, ke Tangki, ke Gajah Mada-Hayam Wuruk. Gajah Mada-Hayam Wuruk begitu rendah airnya, Pasar Ikan begitu baik pompanya kenapa enggak mau ke situ,”ý tutur Ahok.

Atas peristiwa banjir tersebut, Ahok ýmenyatakan akan memanggil pihak terkait untuk meminta penjelasan. “Saya mau dengar jawaban, enggak ada alasan Monas-Istana kerendam,” tegasnya.

Puncak Banjir
Seperti diketahui, hujan dengan intensitas ringan sampai sedang mengguyur Jakarta dan sekitarnya mulai Minggu malam (8/2) sampai kemarin sore. Tak pelak guyuran hujan ini membuat sejumlah titik di ibu kota banjir. Genangan air membuat sejumlah akses transportasi publik lumpuh, serta sarana perkantoran dan pusat perbelanjaan juga terendam air.

Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG Hary T. Djatmiko menuturkan, Februari adalah masa puncak curah hujan. “Lebih detailnya puncak hujan itu terjadi antara pertengahan Januari hingga pertengahan Februari,” katanya di Jakarta kemarin. Sehingga dalam beberapa hari ke depan, Jakarta dan sekitarnya masih akan diguyur hujan.

Hary menjelaskan curah hujan yang tinggi diperkirakan akan kembali mengguyur Jakarta malam tadi. Kiriman air hujan dari Bendung Katulampa Bogor juga diperkirakan baru masuk Jakarta dini hari tadi. Sekitar pukul 20.00 WIB tadi malam, debit air di bendung Katulampa masuk kategori siaga IV. Kondisi ini mengindikasikan banjir di Jakarta kemarin lebih disebabkan tingginya curah hujan.

Dari data prakiraan cuaca harian BMKG, hari ini (10/2) hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih berpotensi mengguyur seluruh wilayah Jakarta. Hary mengatakan, salah satu tanda puncak hujan adalah, intensitas hujan yang turun tidak terlalu lebat. Tetapi hujan turun dalam durasi waktu yang lama dan hampir terjadi setiap hari. (wok/ibl/dyn/flo/gil/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/