JAKARTA-Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) kembali dimatangkan. Rencananya, pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) yang kini diberi nama bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) Rp150 ribu per bulan kepada sekitar 15,5 juta rumah tangga miskin dan sangat miskin.
Rencananya, BLSM diberikan selama empat bulan. Dengan demikian, pemerintah perlu menyiapkan Rp13 triliun. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono menyatakan, alokasi BLSM tersebut diperuntukkan sekitar 30 persen dari penduduk Indonesia dengan kategori miskin hingga sangat miskin.
Kategori masyarakat yang berhak menerima BLSM itu berpenghasilan hanya USD 1 hingga USD 2 (Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu) per kapita per hari. Sasarannya sekitar 62 juta hingga 65 juta jiwa yang very-very poor (sangat miskin) atau extreme poor dan near poor (nyaris miskin). “Kelompok ini yang paling rentan (terdampak kenaikan harga BBM),” terang Agung.
Berbeda dengan BLT dalam kenaikan harga BBM pada 2008 yang diberikan selama enam bulan, kali ini BLSM hanya akan diberikan empat bulan saja. Alasan resminya, anggaran pemerintah tidak mencukupi. Namun, pemangkasan diduga juga merupakan upaya sejumlah partai politik agar program BLSM tidak disalahgunakan menjadi kampanye partai pendukung pemerintah. “Memang tidak sampai enam bulan, cuma empat bulan karena dihitung dari kemampuan keuangan cuma segitu. Tapi, tadi baru rancangan,” imbuh politikus Golkar itu.
Selain bantuan langsung tunai, pemerintah berencana menambah alokasi beras untuk masyarakat miskin (raskin). Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) berencana mendistribusikan beras murah tersebut 16 kali, atau naik empat kali penyaluran jika dibandingkan dengan saat ini 12 kali setahun. “Kami siap menambah berapa pun jumlah yang dibutuhkan karena stok beras Bulog sangat mencukupi. Tambahan yang disiapkan dari 13 hingga ke-16,” terang Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso kemarin (9/5).
Penambahan alokasi beras raskin itu diharapkan menurunkan pengeluaran masyarakat. Saat ini jumlah raskin yang diterima warga adalah 15 kilogram per keluarga, yang diperkirakan memenuhi 30″40 persen kebutuhan pangan bagi penerima. “Bulog sudah diminta pemerintah menambah volume raskin jika terjadi kenaikan harga BBM,” katanya.
Bulog saat ini menyalurkan 230 ribu ton beras raskin per bulan. Dengan tambahan empat kali penyaluran, volume beras murah mencapai 900 ribu ton. “Stok kita sekarang sudah lebih dari 2,6 juta ton, hampir 2,7 juta ton. Jadi tidak ada masalah,” ungkap pria kelahiran Pacitan itu. (wir/ken/c4/kim/jpnn)