Ridwan disebut lulus pelatihan pilot dari AirAsia Academy pada Januari 2010. Bersama AirAsia, dia melintasi rute internasional termasuk Hong Kong dan Singapura serta rute domestik.
Pada September 2014, profil Ridwan Ahmad berubah nama menjadi Ridwan Ahmad Indonesiy. Saat itu dirinya menyatakan keinginan untuk bertempur di Kobani.
Di saat menyuarakan keinginan bergabung ISIS di Suriah, Ridwan berinteraksi dengan pilot Indonesia lainnya dari maskapai berbeda. Pilot itu diketahui juga kerap memposting dukungan untuk ISIS.
Sementara pada pertengahan Maret 2015, Ridwan memposting lokasi terakhirnya yang berada di Raqqa, Suriah.
The Intercept pada 8 Juli 2015 merilis dokumen yang berjudul “Identification of Indonesian pilots with possible extremist persuasions” atau berarti “Dua pilot Indonesia teridentifikasi dengan kemungkinan terlibat ekstremisme”.
“Kedua pilot sepertinya terpengaruh dengan elemen pro ISIS, termasuk propaganda ekstremis secara online yang disebarkan oleh kelompok radikal. Mereka juga diperkirakan terpengaruh oleh warga Indonesia yang sudah berada di Suriah atau Irak,” tulis The Intercept, berdasarkan dokumen itu.
“Pilot, awak kabin dan lainnya yang memiliki akses dalam lingkungan industri penerbangan jelas bisa menimbulkan ancaman bahaya bisa mereka berubah radikal. Akses dan pengetahuan mereka akan keamanan dan keselamatan, menunjukkan kemampuan melakukan serangan,” isi dari peringatan dokumen milik Australian Federal Police.
Sementara Ridwan yang diyakini sudah berada di Suriah, keberadaan dari istrinya Diah Suci Wulandari hingga saat ini masih belum diketahui. Diah diketahui juga sebagai karyawan AirAsia dan sempat memposting dukungan untuk ISIS.