Ketua tim 9 Paguyuban Jawa H Ruslan mengatakan, dirinya termotivasi atas perjuangan Mayor Bedjo. Namun, belum diangkat sebagai Pahlawan Nasional sementara anak-anak buahnya ada yang sudah jadi Pahlawan Nasional. “Banyak tokoh Jawa di Medan ini, mohon doa restu masyarakat Sumut untuk pengusulan Mayor Bedjo menjadi Pahlawan Nasional,” ujarnya.
Wakil Rektor III USU Drs Mahyudin mengatakan, hasil seminar ini dapat dipublikasikan di media dan diharapkan harus tetap eksis secara global sesuai perkembangan teknologi. “Kalau kita tidak eksis bisa tidak ada gunanya. Demikian pula diharapkan semua dosen harus punya eksistensi,” katanya.
Mahyudin berharap supaya ada dorongan dari pemerintah untuk menjadikan Mayor Bedjo sebagai Pahlawan Nasional. Turut menyampaikan sambutan Dekan FIB Dr Budi Agustono. Juga Kolonel Kav Halilintar Sembiring SH mengatakan setuju Mayor Bedjo diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.
Untuk diketahui, semangat mendukung dan mempertahankan Kemerdekaan sudah terlihat dari seorang Mayor Bedjo dalam kehadirannya pada rapat BPI (Barisan Perjuangan Indonesia) di Kota Medan. Rapat ini menyatakan dukungan terhadap pemerintah RI di Jakarta.
Dari hasil mengikuti rapat BPI, Bedjo kemudian membentuk Laskar Perjuangan di Tanjung Mulia sebagai bagian dari Laskar Perjuangan BPI yang kemudian dikenal dengan nama “Pasukan Bedjo”.
Dalam masa perang Kemerdekaan 1945-1949, Bedjo berperan dalam melawan pasukan sekutu diboncengi pasukan Belanda yang masuk dari Belawan. Bedjo juga sering melakukan serangan terhadap basis-basis militer Belanda di Helvetia, sepanjang koridor jalan Medan-Belawan dan Pulau Brayan.
Bedjo termasuk salah satu tokoh yang menolak garis debarkasi Medan Area yang digagas oleh TED Kelly karena ketetapan yang dibuat sekutu ini sangat merugikan dan membatasi gerak pasukan perjuangan RI. Walaupun Medan Area telah dikuasai sepenuhnya oleh pasukan sekutu dan Belanda, namun tidak mematahkan semangat perjuangan Bedjo dalam mempertahankan kemerdekaan RI di Deliserdang, Asahan, Labuhanbatu, Simalungun dan Tapsel.
Di Padangsidimpuan Bedjo kemudian menjadi Komandan Sektor 1 Sub Teritorium VII yang bertanggungjawab atas wilayah Padangsidimpuan, Mandailing, perbatasan Tapteng, Padang Lawas, Sipirok, Asahan dan Labuhanbatu. Mayor Bedjo bertugas menahan gerak maju pasukan Belanda ke Sumbar dan terlibat langsung kontak senjata dengan pasukan Jenderal Spoor.
Setelah perang Kemerdekaan berakhir pada 1949, Bedjo kemudian pindah tugas ke Jawa Barat menjadi bagian dari Divisi Siliwangi untuk menumpas pemberontakan DI/TII pimpinan Kartosoewirjo. (ris/adz)