30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Terdakwa, Ahok Langsung Nonaktif

Tersangka kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat tiba di Kejaksaan Agung, Jakarta, Kamis (1/12). Bareskrim menyerahkan tersangka Ahok beserta berkas dan barang bukti setelah berkas perkara dugaan penistaan agama dinyatakan telah lengkap.FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS
Tersangka kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat tiba di Kejaksaan Agung, Jakarta, Kamis (1/12). Bareskrim menyerahkan tersangka Ahok beserta berkas dan barang bukti setelah berkas perkara dugaan penistaan agama dinyatakan telah lengkap.FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  –  Pemerintah memastikan akan langsung memberhentikan sementara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dari kursi Gubernur DKI Jakarta begitu terima surat keterangan terdakwa dari pengadilan. Kepastian itu disampaikan Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Soni Sumarsono saat dihubungi Rakyat Merdeka (grup Sumut Pos), kemarin (9/12).

Selasa, 13 Desember nanti, Ahok akan segera duduk sebagai terdakwa di kursi Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat (Jakpus), Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, dalam kasus dugaan penistaan agama. Saat ini, status Ahok sebagai gubernur nonaktif karena sedang cuti kampanye Pilgub dari 28 Oktober 2016 sampai 11 Februari 2017. Harusnya, setelah 11 Februari itu, Ahok bisa kembali menyandang jabatan gubernur, tapi kesempatan itu bisa melayang karena Ahok bakal berstatus terdakwa.

Menurut Soni Sumarsono yang juga menjabat Plt Gubernur DKI Jakarta ini, Kemendagri tidak pandang bulu dalam menerapkan undang-undang. “Kita (Kemendagri) profesional, tidak pandang bulu. Jadi, kalau sudah terdakwa mustinya (Ahok) diberhentikan sementara,” ujar  Sumarsono.

Namun, katanya, ada mekanisme birokrasi yang harus dilalui sebelum pemerintah memberhentikan sementara Ahok dari kursi gubernur. Yaitu, menunggu surat keterangan resmi dari pengadilan yang menetapkan Ahok sebagai terdakwa.

“Siapapun juga, ketika surat pengadilan (penetapan terdakwa) itu sampai, kita akan proses semuanya,” tegasnya.

Ketegasan Kemendagri ini bukan tanpa dasar. Sesuai amanat UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 1 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi UU atau disingkat menjadi UU Pilkada, khususnya pasal 83 disebutkan, setiap kepala daerah yang menjadi terdakwa dan menjalani persidangan akan diberhentikan sementara dari jabatannya.

Pada ayat 1 pasal ini disebutkan, “Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun, tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar, tindak pidana terhadap keamanan negara, dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Nah, peraturan ini juga sudah ditegakkan ke gubernur lainnya. Sejumlah gubernur telah diberhentikan sementara karena menyemat status terdakwa dalam sebuah kasus hukum. Misalnya, Wakil Wali Kota Probolinggo HM Suhadak yang diberhentikan sementara oleh Mendagri Tjahjo Kumolo pada 22 November 2016 setelah menjadi terdakwa kasus korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2009.

Bahkan, Menteri Tjahjo pernah memberhentikan kepala daerah yang baru berstatus tersangka, seperti yang dialami Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Nofiadi Mawardi pada Rabu 30 November 2016 setelah jadi tersangka kasus narkoba. Dalam kasus ini, sikap tegas Mendagri dinilai di luar kelaziman, karena biasanya kepala daerah diberhentikan sementara setelah jadi terdakwa.

Nah, bagaimana jika Ahok sudah dinyatakan bersalah alias terpidana? Sumarsono menjelaskan, jika sebuah putusan hukum sudah berkekuatan hukum tetap atau inkrah, maka Ahok akan diberhentikan tetap sebagai Gubernur DKI Jakarta.

“Misalnya, (Ahok) dinyatakan inkrah terpidana dan tidak ada upaya naik banding, maka dia (Ahok) akan diberhentikan sebagai Gubernur DKI Jakarta,” pungkasnya.

Sementara, Polisi memastikan jika kursi terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat (Jakpus), Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, yang menjadi kantor sementara PN Jakarta Utara akan diduduki Ahok pada Selasa (13/12) mendatang. “Untuk sidang pertama,  akan tetap dilakukan di Gajah Mada (Jakpus),” ujar Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Mochammad Iriawan, usai bersepeda bareng pejabat teras Polda Metro Jaya (PMJ) dan jajaran di Kawasan Wisata Ancol, Pademangan,Jakut, Jumat (9/12).

Iriawan mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Mahkamah Agung (MA). Mantan Kabid Propam Mabes Polri itu juga menegaskan, belum ada instruksi terkait pemindahan lokasi sidang ke daerah Cibubur, seperti yang sempat diisukan sebelumnya.

Selain itu, Kapolda menjamin sidang akan berjalan kondusif. Pihaknya, telah menyiapkan personel pengamanan sebagai langkah preventif jika terjadi unjuk rasa.

“Kita pasti amankan sidang Pak Ahok agar berjalan lancar. Jumlah personel cukup, saya rasa. Kita juga ada pasukan BKO dari wilayah luar PMJ,” demikian Iriawan.

Tersangka kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat tiba di Kejaksaan Agung, Jakarta, Kamis (1/12). Bareskrim menyerahkan tersangka Ahok beserta berkas dan barang bukti setelah berkas perkara dugaan penistaan agama dinyatakan telah lengkap.FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS
Tersangka kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat tiba di Kejaksaan Agung, Jakarta, Kamis (1/12). Bareskrim menyerahkan tersangka Ahok beserta berkas dan barang bukti setelah berkas perkara dugaan penistaan agama dinyatakan telah lengkap.FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  –  Pemerintah memastikan akan langsung memberhentikan sementara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dari kursi Gubernur DKI Jakarta begitu terima surat keterangan terdakwa dari pengadilan. Kepastian itu disampaikan Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Soni Sumarsono saat dihubungi Rakyat Merdeka (grup Sumut Pos), kemarin (9/12).

Selasa, 13 Desember nanti, Ahok akan segera duduk sebagai terdakwa di kursi Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat (Jakpus), Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, dalam kasus dugaan penistaan agama. Saat ini, status Ahok sebagai gubernur nonaktif karena sedang cuti kampanye Pilgub dari 28 Oktober 2016 sampai 11 Februari 2017. Harusnya, setelah 11 Februari itu, Ahok bisa kembali menyandang jabatan gubernur, tapi kesempatan itu bisa melayang karena Ahok bakal berstatus terdakwa.

Menurut Soni Sumarsono yang juga menjabat Plt Gubernur DKI Jakarta ini, Kemendagri tidak pandang bulu dalam menerapkan undang-undang. “Kita (Kemendagri) profesional, tidak pandang bulu. Jadi, kalau sudah terdakwa mustinya (Ahok) diberhentikan sementara,” ujar  Sumarsono.

Namun, katanya, ada mekanisme birokrasi yang harus dilalui sebelum pemerintah memberhentikan sementara Ahok dari kursi gubernur. Yaitu, menunggu surat keterangan resmi dari pengadilan yang menetapkan Ahok sebagai terdakwa.

“Siapapun juga, ketika surat pengadilan (penetapan terdakwa) itu sampai, kita akan proses semuanya,” tegasnya.

Ketegasan Kemendagri ini bukan tanpa dasar. Sesuai amanat UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 1 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi UU atau disingkat menjadi UU Pilkada, khususnya pasal 83 disebutkan, setiap kepala daerah yang menjadi terdakwa dan menjalani persidangan akan diberhentikan sementara dari jabatannya.

Pada ayat 1 pasal ini disebutkan, “Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun, tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar, tindak pidana terhadap keamanan negara, dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Nah, peraturan ini juga sudah ditegakkan ke gubernur lainnya. Sejumlah gubernur telah diberhentikan sementara karena menyemat status terdakwa dalam sebuah kasus hukum. Misalnya, Wakil Wali Kota Probolinggo HM Suhadak yang diberhentikan sementara oleh Mendagri Tjahjo Kumolo pada 22 November 2016 setelah menjadi terdakwa kasus korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2009.

Bahkan, Menteri Tjahjo pernah memberhentikan kepala daerah yang baru berstatus tersangka, seperti yang dialami Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Nofiadi Mawardi pada Rabu 30 November 2016 setelah jadi tersangka kasus narkoba. Dalam kasus ini, sikap tegas Mendagri dinilai di luar kelaziman, karena biasanya kepala daerah diberhentikan sementara setelah jadi terdakwa.

Nah, bagaimana jika Ahok sudah dinyatakan bersalah alias terpidana? Sumarsono menjelaskan, jika sebuah putusan hukum sudah berkekuatan hukum tetap atau inkrah, maka Ahok akan diberhentikan tetap sebagai Gubernur DKI Jakarta.

“Misalnya, (Ahok) dinyatakan inkrah terpidana dan tidak ada upaya naik banding, maka dia (Ahok) akan diberhentikan sebagai Gubernur DKI Jakarta,” pungkasnya.

Sementara, Polisi memastikan jika kursi terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat (Jakpus), Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, yang menjadi kantor sementara PN Jakarta Utara akan diduduki Ahok pada Selasa (13/12) mendatang. “Untuk sidang pertama,  akan tetap dilakukan di Gajah Mada (Jakpus),” ujar Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Mochammad Iriawan, usai bersepeda bareng pejabat teras Polda Metro Jaya (PMJ) dan jajaran di Kawasan Wisata Ancol, Pademangan,Jakut, Jumat (9/12).

Iriawan mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Mahkamah Agung (MA). Mantan Kabid Propam Mabes Polri itu juga menegaskan, belum ada instruksi terkait pemindahan lokasi sidang ke daerah Cibubur, seperti yang sempat diisukan sebelumnya.

Selain itu, Kapolda menjamin sidang akan berjalan kondusif. Pihaknya, telah menyiapkan personel pengamanan sebagai langkah preventif jika terjadi unjuk rasa.

“Kita pasti amankan sidang Pak Ahok agar berjalan lancar. Jumlah personel cukup, saya rasa. Kita juga ada pasukan BKO dari wilayah luar PMJ,” demikian Iriawan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/