Tangkiwood, Kampung Artis Tempo Dulu yang Kini Hampir Punah
Pada tahun 50-an, Kampung Tangkiwood di Jakarta sempat tenar sebagai penghasil aktor/aktris film hingga pemain figuran. Kini kampung itu sedang di ujung kepunahan.
M. HILMI SETIAWAN, Jakarta
MENCARI lokasi Kampung Tangkiwood tidak terlalu sulit. Jaraknya tidak lebih dari 10 kilometer arah utara Tugu Monas. Posisi kampung seluas 3.749 meter persegi itu persis di belakang Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari yang pada zaman Belanda dulu bernama Princen Park.
Kampung Tangkiwood memang pernah beken pada kurun 1950-an. Tapi, keberadaannya sebagai lumbung artis dan pemeran figuran mulai meredup pada pengujung 1970-an.
Tak berlebihan jika kampung yang sekarang terdiri atas 82 RT dan 7 RW itu pernah beken sebagai lumbung aktor dan artis. Sebab, di sana pernah tinggal artis-artis terkenal pada zamannya.
Di antaranya, Tan Tjeng Bok atau yang dikenal dengan nama panggung Pak Item, Wolly Sutinah alias Mak Wok, Netty Herawati, dan Misbach Jusa Biran. Selanjutnya, ada Bing Slamet, Eddy Sud, Ateng, dan Ishak, anggota kelompok pelawak Kwartet Jaya.
Musisi kondang Idris Sardi juga lahir dan besar di Tangkiwood. Artis lain yang pernah tinggal di Tangkiwood adalah Aminah Cendrakasih yang berperan sebagai enyak si Doel. Sayangnya, saat berkunjung ke Tangkiwood pada Sabtu lalu (8/10) nama-nama kondang di dunia perfilman yang menghidupkan Tangkiwood tersebut sudah tiada. Baik karena telah meninggal maupun memilih tinggal di tempat lain. Hanya tersisa satu nama artis yang menghuni Kampung Tangkiwood, yaitu Laela Sari.
Laela yang akrab dengan sapaan nenek itu menempati rumah mungil di mulut gang menuju perkampungan Tangkiwood. Sebelum menemukan rumah artis yang sering tampil ala rocker tersebut, kita harus melalui gang Tangkiwood yang cukup sempit. Lebarnya tidak lebih dari dua kali lebar setir motor. Akibatnya, setiap berpapasan dengan motor lain, salah satu harus mengalah dan berhenti.
Kesemrawutan Kampung Tangkiwood tidak hanya disebabkan sempitnya gang-gang, tapi juga perilaku penghuninya yang kurang tertib. Bayangkan, ada sebagian warga yang nekat menjadikan lorong gang sebagai tempat memasak dan mencuci piring. Tak ayal, gang semakin sempit di beberapa titik.
Setelah mengajak sebentar berkeliling Kampung Tangkiwood, Laela lantas meminta wawancara dilakukan di rumahnya saja. Maklum, menginjak usia 76 tahun, dia mengaku gampang pegal jika terlalu lama berdiri.
Sambil menyuguhkan sebotol teh dingin, artis yang berulang tahun setiap 4 November itu mulai bertutur tentang gemerlapnya Tangkiwood tempo dulu. “Saya benar-benar rindu Tangkiwood zaman dulu. Bukan yang sekarang,” katanya membuka cerita.
Laela menuturkan, kompleks artis Tangkiwood didirikan menjelang dekade 1950 oleh keluarga Idris Sardi. Saat itu, kampung atau Kelurahan Tangki dipilih karena lokasinya berdekatan dengan pusat hiburan Princen Park atau yang sekarang bernama Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari. Saat itu, THR Lokasari menjadi pusat kesenian. Setiap akhir pekan, ada pertunjukan lawak, musik, tari topeng, serta teater. “Sempat ada gedung bioskop dan lokasi syutingnya,” papar Laela.
Idris Sardi saat itu melihat kehidupan artis-artis dan seniman tidak teratur. Mereka tinggal di seluruh penjuru Jakarta. Karena itu, ketika ada order manggung atau syuting sewaktu-waktu, mereka sulit dihubungi. Akibatnya, order pun melayang. Dengan kompak, para artis yang sering manggung di THR Lokasari pun berembuk, lalu bersepakat untuk dibuatkan hunian di sudut Kelurahan Tangki.
Setelah bersepakat tinggal dalam sebuah kompleks khusus artis dan seniman, pekerjaan selanjutnya adalah memberi nama atau sebutan. Maestro lawak Bing Slamet pun menceletuk. Dia punya ide kampung artis itu diberi nama Tangkiwood. Dengan penuh canda, Bing Slamet berharap Tangkiwood bisa mengalahkan ketenaran Hollywood di Amerika.
Saat Tangkiwood diresmikan, kata Laela, dirinya menginjak umur belasan tahun. Saat itu, karirnya sebagai bintang film belia sedang menanjak. Di antaranya ketika berperan dalam film Air Mata Ibu, Kembang Kacang, dan Sepasang Burung Merpati. “Dulu banyak artis populer yang tinggal di Tangkiwood. Termasuk saya,” ungkapnya lantas tertawa.
Nenek tiga cucu itu menjelaskan, kehidupan artis yang tinggal di Tangkiwood tidak bisa disejajarkan dengan artis-artis di Hollywood. Laela menuturkan, saat itu artis dan figuran yang tinggal di Tangkiwood menempati rumah-rumah berdinding anyaman bambu. Jumlahnya mendekati seratus orang. Padahal, di luar Kampung Tangkiwood, sudah banyak rumah bertingkat dan berdinding batu bata. “Meski berdinding bambu, tidak sekumuh saat ini,” tegasnya.
Istri mendiang seniman drama panggung M. Iskandar tersebut mengungkapkan, dirinya masih ingat betul, kala itu masih ada jarak antara satu rumah dan rumah lainnya. Bahkan, rumah Laela kala itu dilengkapi sebuah kolam ikan kecil di bagian depan.
Dia menuturkan, meski tinggal bersama rekan seprofesi, tidak pernah terjadi pertengkaran gara-gara berebut jatah manggung atau order main film. Dia menegaskan, para artis dan figuran sama-sama paham bahwa pilihan produser atau sutradara adalah mutlak. Pada zaman itu, tidak berlaku lobi-lobi atau suap-menyuap untuk tampil di layar lebar.
Namun, kata Laela, setelah memiliki tabungan cukup, banyak artis yang meninggalkan Kampung Tangkiwood. “Banyak yang pergi karena bisa membeli rumah mewah,” ujarnya.
Gelombang eksodus artis ke luar Kampung Tangkiwood semakin santer ketika era film tanah air sedang berkembang pada dekade 1970-an.
Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin (masa jabatan 1966?1977), sempat mengerem keluarnya artis-artis dari Kampung Tangkiwood. Laela masih ingat betul, Ali Sadikin sempat merenovasi beberapa rumah artis dan figuran yang bernasib kurang mujur. Selain itu, tiap tahun gubernur yang meninggal pada umur 80 tahun tersebut memberikan santunan kepada artis-artis penghuni Tangkiwood.
Upaya Ali Sadikin itu ternyata tidak bisa mencegah kematian Kampung Tangkiwood. Laela menuturkan, di Kampung Tangkiwood saat ini sudah tidak ada artis yang tinggal selain dirinya. “Saya saja sekarang rumahnya sedikit di luar Tangkiwood. Pokoknya, beda sekali Tangkiwood sekarang dengan dulu,” tegas artis yang tahun lalu main dalam film Hantu Tanah Kusir tersebut.
Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan dan sudah tidak populer, Laela tidak punya harapan besar terkait dengan Tangkiwood. Jika pemerintah memang berniat mendirikan kampung khusus artis, dia menyatakan sulit jika diwujudkan di Tangkiwood. Sebab, kampung tersebut sudah penuh sesak dengan kos-kosan serta rumah kontrakan.
Selain itu, Laela tidak bisa menjamin artis-artis atau pemain film bakal mau ditempatkan dalam sebuah kompleks atau kampung khusus artis. “Sekarang hampir sulit mencari artis yang tidak memiliki rumah. Berbeda dari zaman kami dulu,” ujarnya.
Meski begitu, dia berharap seniman atau tokoh industri film saat ini tidak melupakan sejarah Tangkiwood yang pernah tenar sebagai lumbung artis-artis papan atas negeri ini. (c5/kum/jpnn)