JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Dua sosok calon kapolri yang baru saja masuk radar Kompolnas adalah Anang Iskandar dan Suhardi Alius.
Keduanya sebelumnya sama sekali tidak masuk daftar calon Kapolri usulan Kompolnas. Namun ternyata pada detik-detik akhir, nama keduanya mencuat. Kini menjadi enam jenderal bintang tiga yang masuk daftar calon.
Pengamat Kepolisian Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar menilai, penambahan dua nama itu kemungkinan karena dibutuhkan sosok yang mampu menyelesaikan konflik Polri vs KPK.
“Ini tentunya ada kriteria yang diinginkan untuk mampu menyelesaikan semua konflik ini. Sama seperti yang diinginkan Presiden Jokowi,” ujarnya.
Kriteria mampu menyelesaikan problem KPK-Polri ini, mau tidak mau harus sosok yang memiliki kemampuan untuk bisa mengendalikan setiap jenderal Polri. Salah satunya, dengan kebijaksaannya serta kepemimpinannya. “Perlu sosok Kapolri yang benar-benar dihormati semua Jenderal,” ujar purnawirawan Polisi tersebut.
Apakah calon Kapolri yang paling senior yang mampu mengendalikan pada Jenderal? Dia menuturkan bahwa tidak selalu lebih senior itu bisa mengendalikan setiap rekannya. “Yang pasti sosok seperti itu harus didapatkan,” ujarnya
Hal itu dikarenakan, saat ini para jenderal sedang terpecah dan saling mengalahkan. Dia mengatakan, untuk mencari siapa sosok yang berpamor seperti itu, tentu tidak mudah. Namun, ada cara yang bisa dilakukan. “Yakni, menelusuri kembali bagaimana rekam jejak dan prestasinya di setiap tugas yang diembangnya,” terangnya.
Dia mencontohkan bahwa misalnya calon kapolri A. Calon Kapolri A ini pernah bertugas menjadi Kapolda Jawa Tengah, lalu perlu ditelusuri bagaimana gebrakannya saat menjadi Kapolda Jateng tersebut.
“Kinerjanya baik atau tidak. Namun, yang pasti penelusuran rekam jejak itu harus dilihat secara utuh, tidak hanya dalam satu tugas saja,” ujarnya.
Data bagaimana kinerja dari setiap calon Kapolri ini tentu ada di Polri. Karena itu, lanjut dia, seharunya Kompolnas tidak hanya mewawancarai setiap calon Kapolri. Namun, mencari data bagaimana kinerja calon Kapolri dari awal bertugas hingga menjadi jenderal bintang tiga.
“Sebab, saya yakin Kompolnas sebenarnya tidak memiliki rekam jejak kinerja setiap calon Kapolri. Data tersebut tentu lebih valid dari pada sekedar wawancara dengan calon Kapolri,” tegasnya. (idr/dyn)