23 C
Medan
Sunday, February 23, 2025
spot_img

Pulang dari Sulawesi, Suliono Berubah

Suliyono membawa sebilah samurai berwarna putih ke dalam Gereja Katolik Santa Lidwina, Bedog,dan menyerang Romo dan beberapa jemaat.

Saat pulang, Suliono membikin kaget keluarganya di Banyuwangi. Pakaiannya selalu model jubah. Dia secara terbuka juga menentang kebiasaan puji-pujian menjelang salat lima waktu di musala dan masjid kampung. ”Pujian dianggap teriak-teriak dan mengganggu orang tidur,” ujar Mistaji menirukan ucapan anaknya.

Mistaji menegaskan, perubahan pada anaknya itu hanya terjadi dalam cara ibadah. Suliono tidak pernah membahas masalah lain seperti bendera atau kenegaraan. ”Saya sudah berusaha menyadarkan, tapi tidak bisa,” ungkapnya.

Setelah pulang dari Palu, Suliono lalu berpamitan kepada keluarganya untuk menuntut ilmu di salah satu pesantren di Magelang, Jawa Tengah. Di pesantren tersebut lembaga pendidikan tersedia lengkap. ”Saya belum pernah datang ke pesantren itu, tapi katanya ada sekolah umum juga,” ujarnya.

Nuraini, sepupu Suliono, menyatakan sempat bertemu dengan Suliono pada Ramadan lalu. Dia pulang selama 18 hari. ”Saat itu saya disuruh pakai jilbab dengan bercadar,” ungkapnya.

Saat bertemu itu, lanjut Nuraini, Suliono juga bercerita soal rencana pernikahannya. Menurut dia, tidak semua perempuan menarik dirinya. Dia hanya akan menikahi perempuan yang sesuai dengan dirinya, misalnya memakai cadar. ”Saya tidak akan menikah. Saya akan menikah dengan yang hanya terlihat matanya,” ucap Nuraini menirukan ucapan Suliono. (sli/abi/c9/ang)

Suliyono membawa sebilah samurai berwarna putih ke dalam Gereja Katolik Santa Lidwina, Bedog,dan menyerang Romo dan beberapa jemaat.

Saat pulang, Suliono membikin kaget keluarganya di Banyuwangi. Pakaiannya selalu model jubah. Dia secara terbuka juga menentang kebiasaan puji-pujian menjelang salat lima waktu di musala dan masjid kampung. ”Pujian dianggap teriak-teriak dan mengganggu orang tidur,” ujar Mistaji menirukan ucapan anaknya.

Mistaji menegaskan, perubahan pada anaknya itu hanya terjadi dalam cara ibadah. Suliono tidak pernah membahas masalah lain seperti bendera atau kenegaraan. ”Saya sudah berusaha menyadarkan, tapi tidak bisa,” ungkapnya.

Setelah pulang dari Palu, Suliono lalu berpamitan kepada keluarganya untuk menuntut ilmu di salah satu pesantren di Magelang, Jawa Tengah. Di pesantren tersebut lembaga pendidikan tersedia lengkap. ”Saya belum pernah datang ke pesantren itu, tapi katanya ada sekolah umum juga,” ujarnya.

Nuraini, sepupu Suliono, menyatakan sempat bertemu dengan Suliono pada Ramadan lalu. Dia pulang selama 18 hari. ”Saat itu saya disuruh pakai jilbab dengan bercadar,” ungkapnya.

Saat bertemu itu, lanjut Nuraini, Suliono juga bercerita soal rencana pernikahannya. Menurut dia, tidak semua perempuan menarik dirinya. Dia hanya akan menikahi perempuan yang sesuai dengan dirinya, misalnya memakai cadar. ”Saya tidak akan menikah. Saya akan menikah dengan yang hanya terlihat matanya,” ucap Nuraini menirukan ucapan Suliono. (sli/abi/c9/ang)

spot_img

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

spot_imgspot_imgspot_img

Artikel Terbaru

/