25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Wapres Boediono: Ini Jawa Pos Semua Ya…

Dahlan Iskan Lepas Kangen di WAN-IFRA Publish Asia 2012

Gala Dinner dan penyerahan 11th Asian Media Awards di Nusa Dua Bali, tadi malam, menjadi ajang lepas kangen bagi Dahlan Iskan dengan segenap insan surat kabar.

Setelah tidak turut serta secara langsung mengurusi bisnis koran, Dahlan mengaku kangen dengan suasana kumpul-kumpul awak media “Terima kasih banyak sudah memberi saya kesempatan hadir di sini. Saya merindukan situasi seperti ini. Meskipun, saya di sini hanya sebagai ayahnya Azrul (Dirut PT Jawa Pos Azrul Ananda, Red),” kata Dahlan disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.

Dahlan mengatakan, dirinya selalu suka bertemu dengan sosok-sosok muda pemimpin awak media. “Di grup koran kami, ada kebijakan pemimpin redaksi sebisa mungkin usianya tidak lebih dari empat puluh tahun,” katanya.

Kepada para delegasi, Dahlan menceritakan asal mula dirinya memutuskan untuk berhenti mengurusi koran tujuh tahun silam. Yakni, ketika Dahlan berjuang menghadapi penyakit liver. “Saya harus membuat keputusan yang sulit. Saya memutuskan untuk transplantasi hati dan tinggal dua tahun di Tianjin, Tiongkok,” ujar Dahlan.

Saat itu pula, Dahlan menyerahkan bisnis koran yang ia bangun kepada kolega serta putranya. “Anak saya ketika berusia 21 tahun saya paksa untuk mengelola grup. Setelah dua tahun tinggal di Tiongkok dan saya pulih, transplantasi liver sukses, saya kembali ke Indonesia,” katanya.

Sesampai di tanah air, Dahlan mendapati Jawa Pos tetap tumbuh dengan cepat. “Tanpa saya, orangtua, Jawa Pos tumbuh sangat cepat. Pertanyaannya setelah itu saya mau ngapain?” katanya. Dahlan akhirnya benar-benar memutuskan hanya ingin menulis buku dan mendidik reporter-reporter muda.

Dahlan juga memutuskan hanya ingin melakukan aktivitas sosial, hingga pada pengujung 2009, Dahlan dipercaya presiden untuk menjadi Dirut PT PLN.

“Tidak ada pilihan waktu itu. Mungkin presiden juga tahu saya tengah menjadi penganggur,” ujar Dahlan disambut tawa hadirin. Tak sampai dua tahun menjadi orang nomor satu di PT PLN, Dahlan dipercaya menjadi Menteri BUMN pada Oktober 2011.

Chairman WAN-IFRA Asia Pasific Committee Pichai Chuensuksawadi mengatakan Dahlan telah memberikan inspirasi dan semangat kepada para pelaku media terutama surat kabar di dunia. “Pak Dahlan memberi contoh kepada kita bagaimana media bekerja,” kata Pemimpin Redaksi Bangkok Post tersebut.

Deputy CEO WAN-IFRA Thomas Jacob menambahkan, Dahlan telah memberi teladan kepemimpinan di bisnis media. “Etos kerjanya menjadi contoh kita semua,” katanya.

Sementara itu, Wapres Boediono saat pembukaan memuji peran media dalam turut menggerakkan perekonomian. Wapres juga berpandangan, media adalah industri yang secara serius telah menciptakan banyak lapangan kerja.

“Semua eksekutif dari berbagai belahan dunia telah membuktikan dengan jelas bahwa pertukaran informasi dan berita telah dipertimbangkan sebagai nilai ekonomi,” kata Boediono dalam pidato sambutan pembukaan WAN-IFRA Publish Asia 2012 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, kemarin (11/4). Boediono didampingi Ny Herawati Boediono, Menkominfo Tifatul Sembiring, serta Gubernur Bali I Made Mangku Pastika.

Ia menambahkan, industri media juga terkait dengan rantai ekonomi yang teramat panjang “Kita tidak tahu pasti berapa puluh juta orang yang terlibat dan menggantungkan kehidupannya pada industri media, baik langsung maupun tidak langsung,” kata mantan Menko Perekonomian tersebut.

Boediono mengatakan industri media akan tetap eksis. Ini karena kebutuhan orang akan informasi tidak akan pernah berhenti. “Itu hanya terkait dengan bisnis model yang akan selalu berubah, mengikuti transformasi teknologi dan perubahan selera apa yang tengah populer,” kata pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, tersebut.

Berdasarkan pengalaman sejarah, lanjut Boediono, media akan terus bertumbuh sejalan dengan perkembangan masyarakat yang selalu membutuhkan lebih banyak ragam informasi. “Dalam pandangan awam saya, kuncinya adalah kemampuan industri media untuk beradaptasi,” katanya.

Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada tersebut lebih lanjut menjelaskan, di negara berkembang seperti Indonesia, infrastruktur telekomunikasi masih terbatas. Di sisi lain, kebutuhan akan informasi terus bertumbuh. “Ini membuat masih banyak ruang bagi media cetak untuk tumbuh mengungguli online,” katanya.

Usai membuka acara, Boediono meninjau ruang pamer. Mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut menyempatkan diri mampir ke booth Kompas Gramedia dan Jawa Pos. Di booth Jawa Pos, Boediono memuji jejaring media yang dibangun di seluruh tanah air. “Ini Jawa Pos semua ya,” sebut Boediono sambil menujuk peta jejaring berita Jawa Pos.

Dengakan President WAN-IFRA Jacob Mathew mengungkapkan, Publish Asia 2012 yang diselenggarakan kali pertama di Indonesia kemarin merupakan ajang penting untuk saling berbagi pengalaman di tiap negara. “Indonesia cukup beruntung karena memiliki media-media yang terus tumbuh bergairah. Pertumbuhan koran di Indonesia sangat bagus, sejalan dengan pertumbuhan ekonominya,” kata Mathew.

Ya, Publish Asia ke-12 resmi dibuka kemarin. Dalam even yang dihadiri 800-an praktisi media ini, ruang pamer Jawa Pos banyak menarik perhatian. Ruang pamer Jawa Pos menampilkan banner dua edisi dengan desain unik. Edisi itu adalah cover page tentang ketua KPK yang baru Abraham Samad, dan halaman depan edisi tentang runtuhnya jembatan Tenggarong, Kalimantan Timur. Kedua edisi ini memenangkan penghargaan Best in Design Award kategori Newspaper Front Page Design, dalam 11th Asia Media Awards 2012 oleh WAN-IFRA yang diumumkan tadi malam.

Replika award sebagai pemenang World Young Reader Prize WAN IFRA 2011 juga dipajang secara mencolok. Begitu pula dengan peta jejaring media Jawa Pos di tanah air. Direktur Utama PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda pun menyempatkan diri memberi penjelasan kepada delegasi yang penasaran.

Shunjing Lu, Deputi Direktur Divisi Hubungan Internasional Guangzhou Daily Group, Tiongkok, termasuk yang mendapatkan penjelasan langsung dari Azrul. Bersama ketiga rekannya, Shunjing penasaran dengan cara Jawa Pos membangun jejaring media dari Sabang sampai Merauke. “Ini luar biasa,” kata Shunjing.

Guangzhou Daily sendiri bukan koran sembarangan di Tiongkok. Oplahnya lebih dari 1,8 juta. Koran yang tiap hari terbit sekitar 80 halaman itu hanya dijual seharga 1 yuan atau sekitar Rp 1.400 rupiah saja. “Guangzhou Daily itu lebih luar biasa,” puji Azrul. (sof/rdl/ttg)

Dahlan Iskan Lepas Kangen di WAN-IFRA Publish Asia 2012

Gala Dinner dan penyerahan 11th Asian Media Awards di Nusa Dua Bali, tadi malam, menjadi ajang lepas kangen bagi Dahlan Iskan dengan segenap insan surat kabar.

Setelah tidak turut serta secara langsung mengurusi bisnis koran, Dahlan mengaku kangen dengan suasana kumpul-kumpul awak media “Terima kasih banyak sudah memberi saya kesempatan hadir di sini. Saya merindukan situasi seperti ini. Meskipun, saya di sini hanya sebagai ayahnya Azrul (Dirut PT Jawa Pos Azrul Ananda, Red),” kata Dahlan disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.

Dahlan mengatakan, dirinya selalu suka bertemu dengan sosok-sosok muda pemimpin awak media. “Di grup koran kami, ada kebijakan pemimpin redaksi sebisa mungkin usianya tidak lebih dari empat puluh tahun,” katanya.

Kepada para delegasi, Dahlan menceritakan asal mula dirinya memutuskan untuk berhenti mengurusi koran tujuh tahun silam. Yakni, ketika Dahlan berjuang menghadapi penyakit liver. “Saya harus membuat keputusan yang sulit. Saya memutuskan untuk transplantasi hati dan tinggal dua tahun di Tianjin, Tiongkok,” ujar Dahlan.

Saat itu pula, Dahlan menyerahkan bisnis koran yang ia bangun kepada kolega serta putranya. “Anak saya ketika berusia 21 tahun saya paksa untuk mengelola grup. Setelah dua tahun tinggal di Tiongkok dan saya pulih, transplantasi liver sukses, saya kembali ke Indonesia,” katanya.

Sesampai di tanah air, Dahlan mendapati Jawa Pos tetap tumbuh dengan cepat. “Tanpa saya, orangtua, Jawa Pos tumbuh sangat cepat. Pertanyaannya setelah itu saya mau ngapain?” katanya. Dahlan akhirnya benar-benar memutuskan hanya ingin menulis buku dan mendidik reporter-reporter muda.

Dahlan juga memutuskan hanya ingin melakukan aktivitas sosial, hingga pada pengujung 2009, Dahlan dipercaya presiden untuk menjadi Dirut PT PLN.

“Tidak ada pilihan waktu itu. Mungkin presiden juga tahu saya tengah menjadi penganggur,” ujar Dahlan disambut tawa hadirin. Tak sampai dua tahun menjadi orang nomor satu di PT PLN, Dahlan dipercaya menjadi Menteri BUMN pada Oktober 2011.

Chairman WAN-IFRA Asia Pasific Committee Pichai Chuensuksawadi mengatakan Dahlan telah memberikan inspirasi dan semangat kepada para pelaku media terutama surat kabar di dunia. “Pak Dahlan memberi contoh kepada kita bagaimana media bekerja,” kata Pemimpin Redaksi Bangkok Post tersebut.

Deputy CEO WAN-IFRA Thomas Jacob menambahkan, Dahlan telah memberi teladan kepemimpinan di bisnis media. “Etos kerjanya menjadi contoh kita semua,” katanya.

Sementara itu, Wapres Boediono saat pembukaan memuji peran media dalam turut menggerakkan perekonomian. Wapres juga berpandangan, media adalah industri yang secara serius telah menciptakan banyak lapangan kerja.

“Semua eksekutif dari berbagai belahan dunia telah membuktikan dengan jelas bahwa pertukaran informasi dan berita telah dipertimbangkan sebagai nilai ekonomi,” kata Boediono dalam pidato sambutan pembukaan WAN-IFRA Publish Asia 2012 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, kemarin (11/4). Boediono didampingi Ny Herawati Boediono, Menkominfo Tifatul Sembiring, serta Gubernur Bali I Made Mangku Pastika.

Ia menambahkan, industri media juga terkait dengan rantai ekonomi yang teramat panjang “Kita tidak tahu pasti berapa puluh juta orang yang terlibat dan menggantungkan kehidupannya pada industri media, baik langsung maupun tidak langsung,” kata mantan Menko Perekonomian tersebut.

Boediono mengatakan industri media akan tetap eksis. Ini karena kebutuhan orang akan informasi tidak akan pernah berhenti. “Itu hanya terkait dengan bisnis model yang akan selalu berubah, mengikuti transformasi teknologi dan perubahan selera apa yang tengah populer,” kata pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, tersebut.

Berdasarkan pengalaman sejarah, lanjut Boediono, media akan terus bertumbuh sejalan dengan perkembangan masyarakat yang selalu membutuhkan lebih banyak ragam informasi. “Dalam pandangan awam saya, kuncinya adalah kemampuan industri media untuk beradaptasi,” katanya.

Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada tersebut lebih lanjut menjelaskan, di negara berkembang seperti Indonesia, infrastruktur telekomunikasi masih terbatas. Di sisi lain, kebutuhan akan informasi terus bertumbuh. “Ini membuat masih banyak ruang bagi media cetak untuk tumbuh mengungguli online,” katanya.

Usai membuka acara, Boediono meninjau ruang pamer. Mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut menyempatkan diri mampir ke booth Kompas Gramedia dan Jawa Pos. Di booth Jawa Pos, Boediono memuji jejaring media yang dibangun di seluruh tanah air. “Ini Jawa Pos semua ya,” sebut Boediono sambil menujuk peta jejaring berita Jawa Pos.

Dengakan President WAN-IFRA Jacob Mathew mengungkapkan, Publish Asia 2012 yang diselenggarakan kali pertama di Indonesia kemarin merupakan ajang penting untuk saling berbagi pengalaman di tiap negara. “Indonesia cukup beruntung karena memiliki media-media yang terus tumbuh bergairah. Pertumbuhan koran di Indonesia sangat bagus, sejalan dengan pertumbuhan ekonominya,” kata Mathew.

Ya, Publish Asia ke-12 resmi dibuka kemarin. Dalam even yang dihadiri 800-an praktisi media ini, ruang pamer Jawa Pos banyak menarik perhatian. Ruang pamer Jawa Pos menampilkan banner dua edisi dengan desain unik. Edisi itu adalah cover page tentang ketua KPK yang baru Abraham Samad, dan halaman depan edisi tentang runtuhnya jembatan Tenggarong, Kalimantan Timur. Kedua edisi ini memenangkan penghargaan Best in Design Award kategori Newspaper Front Page Design, dalam 11th Asia Media Awards 2012 oleh WAN-IFRA yang diumumkan tadi malam.

Replika award sebagai pemenang World Young Reader Prize WAN IFRA 2011 juga dipajang secara mencolok. Begitu pula dengan peta jejaring media Jawa Pos di tanah air. Direktur Utama PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda pun menyempatkan diri memberi penjelasan kepada delegasi yang penasaran.

Shunjing Lu, Deputi Direktur Divisi Hubungan Internasional Guangzhou Daily Group, Tiongkok, termasuk yang mendapatkan penjelasan langsung dari Azrul. Bersama ketiga rekannya, Shunjing penasaran dengan cara Jawa Pos membangun jejaring media dari Sabang sampai Merauke. “Ini luar biasa,” kata Shunjing.

Guangzhou Daily sendiri bukan koran sembarangan di Tiongkok. Oplahnya lebih dari 1,8 juta. Koran yang tiap hari terbit sekitar 80 halaman itu hanya dijual seharga 1 yuan atau sekitar Rp 1.400 rupiah saja. “Guangzhou Daily itu lebih luar biasa,” puji Azrul. (sof/rdl/ttg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/