Apalagi, hampir semua negara di dunia menghadapi ancaman kejahatan terorisme, yang bukan hanya terjadi di negara-negara dilanda konflik, tapi juga negara maju, seperti Amerika Serikat, dan Uni Eropa. “Kita tidak pernah melupakan tindakan biadab dan pengecut dari para pelaku bom bunuh diri yang bukan hanya menimbulkan korban jiwa masyarakat, tapi juga aparat kepolisian sebagai target aksi terornya,” tegas Paulus.
Untuk itu, Paulus meminta kepada seluruh anggota Polri agar jangan pernah lengah, tetap sigap dan waspada dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, selalu mengembangkan diri dan melakukan terobosan-terobosan untuk terus mengatasi berbagai ancaman yang ada.
Paulus menegaskan, Polri harus selalu melakukan pemetaan dini atas potensi ancaman keamanan dan ketertiban yang terjadi dalam masyarakat dan segera lakukan langkah-langkah pencegahan. Polri juga perlu senantiasa menjalankan perannya dalam menjaga kerukunan serta menjaga nilai-nilai kebhinekaan, terus mengantisipasi dan mencegah berbagai potensi konflik horizontal dengan mengangkat sentimen primordial, seperti mempertentangkan perbedaan suku, agama, dan ras.
Serta Polri harus tetap membangkitkan rasa persaudaraan, menggalang kerukunan dan persatuan antar elemen masyarakat, sehingga tidak terjebak dalam lingkaran permusuhan dan kebencian. “Saya yakin dengan ikhtiar untuk melakukan perbaikan-perbaikan terus memperkuat soliditas dan berpegang teguh kepada profesionalisme, maka Polri bisa menjadi institusi yang semakin dipercara rakyat, dalam menjaga stabilitas kamtibmas, penegakan hukum, dan sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat,” pungkas Paulus. (mag-1/saz)